Jingga di ufuk barat langit kota Tokyo terlihat begitu memukau, seorang gadis nampak asyik menikmati pemandangan sunset di depannya, bibir plumnya menyunggingkan senyum, senyum miris lebih tepatnya, kejadian empat tahun lalu, yang membuatnya memutuskan untuk melanjutkan sekolah di Jepang, negeri kelahiran kakek dan neneknya itu, ia tidak pernah menyangka jika semuanya akan menjadi seperti ini, karena perasaannya pada pria itu, saat dirinya merasakan hal lain lebih dari perasaan seorang sahabat terhadap Aksa, rasa itu yang telah lama ia miliki pada pria yang sudah menjadi sahabatnya bertahun-tahun, namun saat perasaan itu semakin kuat, pria itu justru secara langsung menyakiti hatinya begitu dalam, kenyataan jika Aksa justru mencintai saudara kembarnya menohok telak ulu hatinya, saudara kembarnya yang selalu menang dalam segala hal dibanding dirinya.
Kirania, gadis asia berwajah oriental yang berasal dari Indonesia itu tengah menjalani pendidikannya sebagai mahasiswa tahun terakhir jurusan Management Bussines di Universitas Tokyo atau orang-orang biasa menyingkatnya Todai. Universitas terbaik di Jepang yang selalu menjadi incaran semua mahasiswa baru agar bisa menjadi salah satu dari ribuan orang beruntung yang bisa menyandang status sebagai mahasiswa Todai.
Ia sendiri tidak pernah menyangka bisa mengambil keputusan ini, menekan perasaannya pada sahabatnya karena sahabatnya lebih mencintai saudaranya, entah itu hanya rasa suka atau cinta monyet saat Senior High School, tapi melihat semua perhatian yang biasa ia dapatkan dari sahabatnya beralih ke saudaranya, membuat ia lagi-lagi tersenyum miris, ia merasa semua hal selalu tertuju pada Kirana. Saudara kembarnya.
Kasih sayang orang tua yang ia dapatkan tak sebanding dengan yang Kirana dapatkan, tapi ia selalu diam, ia tahu karena Kirana selalu membanggakan orang tuanya dengan prestasi dan kelakuannya yang sangat sopan, berbeda dengan dirinya, yang saat Senior High School berpenampilan urakan, bahkan beberapa kali dirinya terlibat perkelahian dengan siswa lain dan membuat orang tuanya dipanggil, ia juga sering membolos saat pelajaran dengan tidur di rooftop sekolah, namun itu semua selalu ia lakukan dengan Aksa, sahabatnya sejak kecil yang bertetangga dengannya juga, mereka selalu melakukan kenakalan-kenakalan itu bersama, hingga akhirnya Aksa menyadari kelakuan buruknya, dan mencoba untuk berubah menjadi siswa yang baik dan belajar dengan serius karena mereka sama-sama berada di tingkat akhir sebagai siswa menegah atas, dan Aksa selalu meminta Kirana untuk membantunya dalam memahami materi-materi ujian, sejak saat itu Aksa lebih fokus terhadap pelajaran dan mulai mengurangi tindakan-tindakan bengalnya bersama Rania.
“Rania-chan, jadi setelah lulus kau ingin melanjutkan ke mana? Apa kau akan pulang ke Indonesia atau tetap di sini?” Asia, orang pertama yang ia kenal sejak ia menginjakkan kaki di Universitas Tokyo itu bertanya dengan senyum yang selalu terukir di wajahnya, menunggu jawaban gadis di depannya, ia tahu semua yang dialami oleh Rania, yang menyebabkan dirinya memilih pergi dari Indonesia dan melanjutkan study-nya di Jepang.
“Entahlah, aku masih belum memikirkan itu.” Rania menggumam sendu dengan pikiran yang berkecamuk dan menerawang jauh ke depan tentang keputusannya akan tetap tinggal atau kembali.
***
Flashback~
“Rania, Ayo pergi!” Aksa menarik Rania begitu saja, tujuannya adalah rooftop sekolah.
“Aaaa......Shit. Aku tidak menyangka jika Theo serius memberikan pukulannya padaku, apa dia benar-benar pria? Bagaimana mungkin pria berani melayangkan tinjunya pada gadis manis sepertiku?!” Rania masih mengumpat kesal pada Theo yang dengan beraninya memberi tanda biru pada sudut bibirnya.
“Apa kau pikir kau seorang gadis? Mana ada gadis yang berkelakuan brutal sepertimu, kau lebih cocok menjadi preman sekolah.” Aksa menautkan kedua alisnya dan menyeringai, sanksi dengan ucapan sahabatnya.
“Maksudmu?” Rania bertanya memandang Aksa tajam dengan nada tak terima.
“Kelakuanmu itu tidak menunjukkan jika kau adalah seorang gadis Kirania, kemari.” Aksa menarik tangan Rania untuk duduk pada bangku panjang di rooftop sekolah tersebut.
“Wajahmu harus diobati, kau lihat ini, ini, ini, seluruh wajahmu lebam dan membiru. Tunggu di sini, aku akan mengambil P3K di ruang kesehatan, jangan kemana-mana, aku tahu kau sangat benci masuk ke ruang kesehatan itu, jadi kau cukup diam di sini, dan tunggu aku mengambil obatnya.” ada nada cemas dalam ucapan Aksa melihat bagaimana kondisi Rania, baru saja gadis itu berkelahi dengan siswa lain, Rania berkelahi bukan tanpa alasan, ia melawan pemuda yang diketahui bernama Theo itu karena ia akan melakukan hal tidak senonoh pada siswi lain yang tak berdaya, dan tanpa aba-aba Rania langsung menghajarnya, tapi tanpa disangka Theo justru membalas Rania, tidak peduli Rania seorang perempuan.
“Baiklah baiklah, kau lebih cerewet dari pada ibu-ibu yang menawar harga di pasar dengan harga mencekik.” Rania mencebikkan bibirnya melihat sifat over Aksa.
Flashback end~
***
“Yakk.” Seseorang mengagetkan Rania membuatnya tersadar dari lamunan masa lalunya.
“Hishh...” Rania melotot kesal pada Tatsuya, pria berlesung pipi yang satu jurusan dengannya.
“Kau mengagetkanku.”
“Ck. Kau suka sekali melamun akhir-akhir ini, apa ada hal yang mengganggu pikiranmu?”
“Ooh, aku hanya sedang memikirkan skripsiku yang tidak selesai-selesai.”
“Kau bisa bertanya padaku jika mengalami kesulitan.” Kata Tatsuya dengan cengiran lebarnya.
“Ya. Tentu saja, aku akan merepotkanmu jika skripsiku masih harus direvisi setelah bimbingan ini.” Kata Rania dengan nada mengancam, membuat pria itu meringis takut, skripsinya saja sudah membuatnya pusing tujuh keliling, lalu gadis ini akan meminta bantuannya tanpa ampun, sepertinya ia harus menarik perkataannya untuk membantu gadis di hadapannya.