“Bunda, sepertinya aku harus menyiapkan beberapa berkas untuk hari pertamaku masuk kerja besok. Bolehkah aku pergi sekarang?” Tanya Rania dengan tatapan memohon, dan Akira memahami itu, ia hanya mengangguk dan mengusap lengan Rania seolah menguatkan anak gadisnya itu.
Aksa yang melihat itu tersenyum miris, bahkan Rania kini enggan untuk menatapnya, mungkinkah kesalahannya di masa lalu begitu meninggalkan goresan luka yang dalam di hati Rania? Ia merindukan Rania- nya, Rania yang selalu tersenyum dan selalu ada untuknya. Bolehkah Aksa berharap jika Rania juga memiliki perasaan yang sama dengannya? Ia bisa melihatnya dari mata sendu itu.
Kepergian Rania tujuh tahun lalu, meninggalkan luka yang dalam bagi orang tuanya, Kirana dan Aksa, bahkan Kirana sempat frustasi dan selalu mencoba bunuh diri karena ia merasa dirinyalah yang menjadi penyebab Rania mengalami penderitaan itu, Kirana begitu terpuruk dengan kepergian Rania, yang dilakukan gadis itu hanya mengurung dirinya di kamar, ia menolak semua orang yang hendak mengunjunginya, bahkan orang tuanya. Hingga Aksa yang tidak tega melihat saudara kembar sahabatnya terpuruk seperti itu bertekad untuk membuat Kirana sembuh, ia tidak ingin melihat Kirana mati konyol karena perasaan bersalah dengan mencoba menghukum dirinya melalui bunuh diri. Dan perlahan Kirana mulai berubah semenjak Aksa selalu mengunjunginya, menceritakan hal-hal konyol yang selalu membuat gadis itu tersenyum, dan tanpa Aksa sadari, perlakuan Aksa yang sangat lembut dan begitu memperhatikan Kirana membuat Kirana memiliki perasaan pada Aksa.
Dan saat Kirana mengungkapkan perasaannya pada Aksa, pria itu tidak mempunyai pilihan lain selain menerimanya, ia tidak ingin Kirana kembali terpuruk dan melukai dirinya sendiri, saat rasa cintanya semakin besar untuk Rania dan pria itu merindukan sahabat yang dicintainya begitu banyak, ia harus menerima kenyataan jika kini ia memiliki gadis lain yang berstatus sebagai kekasihnya. Tak banyak yang bisa Aksa lakukan selain mengikuti alur yang dibuat Kirana, apalagi orang tua Kirana yang berpesan padanya untuk menjaga Kirana karena gadis itu masih begitu labil, Akira dan Keanu takut jika Kirana melakukan hal yang membahayakan dirinya jika harapan dan keinginan gadis itu tidak terpenuhi, dan mungkin ini memang kesalahan mereka yang terlalu memanjakan Kirana saat kecil bahkan hingga beranjak dewasa.
***
“Sayang,”Akira membuka pintu kamar Rania dan melihat Rania yang tengah meringkuk di ranjang. Ia menghampiri anaknya dan melihat wajah damainya yang telah tertidur, entah mengapa ia merasa Rania akan kembali pergi darinya, namun kini gadis itu akan pergi ke tempat yang bahkan tak bisa ia jangkau. ”Hiks...hiks..”Isakan tiba-tiba terdengar dari bibir Akira, bahkan ia tidak tahu alasan mengapa ia menangis hanya karena memikirkan hal yang jelas-jelas tidak akan terjadi.
Bunda,” Rania menggeliat saat mendengar suara isakan, gadis itu menatap Bundanya dengan pandangan bertanya sekaligus khawatir.
”Ada apa Bunda. Kenapa Bunda menangis?” Akira tidak menjawab pertanyaan Rania ia justru memeluk erat anak gadisnya itu, membuat Rania lagi-lagi dibuat bingung dengan tingkah Akira.
“Bunda sangat merindukanmu sayang, bolehkan malam ini Bunda tidur bersamamu?” Tanya Akira di balik punggung Rania, tangis paruh baya itu masih terdengar begitu memilukan.
Rania melepaskan pelukan itu dan tersenyum, menghapus air mata Akira, dan menggeser tubuhnya.
“Aku juga sangat merindukan Bunda,” Rania kembali merengkuh tubuh Akira dan menangis dalam diam.
“Jangan pernah lagi meninggalkan Bunda.” Ujar Akira terisak, membuat air mata semakin banyak membasahi wajah gadis itu. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, ia tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya Akira jika mengetahui fakta yang sebenarnya.
“Tidurlah Bunda, aku sangat mengantuk. Dan aku ingin tidur dengan memeluk Bunda.” Rania melepaskan pelukan Akira dan tersenyum, ia membaringkan tubuhnya dan menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya, meminta Akira juga ikut tidur di sampingnya.
Keanu yang tidak melihat istrinya di kamar, segera mencari ke penjuru ruangan, setelah tadi mereka menyelesaikan makan malam, ia langsung membahas tentang kerja sama perusahaannya dengan Aksa di ruang kerjanya, sedangkan Kirana menyelesaikan tugas kuliahnya. Setelah menyelesaikan sarjananya, Kirana langsung melanjutkan pasca sarjananya di salah satu universitas di Jakarta.
Keanu mengetuk pintu kamar Rania, karena hanya ruangan itu satu-satunya yang belum ia kunjungi untuk menemukan keberadaan istrinya, tak ada sahutan dari dalam, Keanu mencoba memutar handle pintu, ternyata tidak terkunci dan begitu ia membuka pintu ia tersenyum melihat istri dan anak gadisnya yang tidur dengan posisi saling memeluk, Keanu menghampiri mereka dan mengecup sayang kening keduanya.
Ia tersenyum, andai sejak dulu mereka seperti ini, andai sejak dulu mereka bersikap adil, sebagai orang tua mereka telah dibutakan oleh perbedaan keduanya yang sangat berbanding terbalik.
“Ayah,” Kirana memeluk Keanu dari belakang, setelah mengantarkan Aksa ke depan, ia mencari keberadaan ayahnya yang ternyata sedang berada di kamar saudara kembarnya.
“Aksa sudah pulang?” Tanya Keanu, Kirana mengangguk pelan, dan semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang ayahnya, menyandarkan kepalanya pada bahu Keanu.
“Ayah. Ck! Bagaimana mungkin Bunda tidur dengan Rania tanpa mengajakku?” Ujar Kirana setengah berbisik, membuat Keanu tersenyum. Dan menatap anak gadisnya.
“Apa kau ingin tidur dengan Ayah, gadis kecilku?” Keanu tersenyum, mengacak rambut Kirana sayang.
“Baiklah. Gadis kecilmu ini begitu merindukan Ayahnya yang selalu sibuk dengan urusan kantor, jadi untuk malam ini ijinkan aku bermanja-manja denganmu. Ayah harus membacakan dongeng untukku dan tetap berada di sampingku hingga aku terlelap. Bagaimana? Setuju?” Senyum di bibir Kirana semakin tercetak jelas.
“Setuju. Ayo. Dongeng apa yang ingin kau dengar? Snow White? Cinderella?”
“Bukan. Dongeng tentang Bunda dan Ayah.” Kirana tersenyum, merangkul Keanu dan mereka meninggalkan kamar Rania.