"Mama kamu bekerja di Bar saya sebagai pelayan. Saya tahu kamu terkejut, tetapi ajaklah Mamamu untuk masuk terlebih dahulu. Kondisinya sudah teler, Paula. Tolong kasihani Mamamu. Saya tahu, saya tidak berhak ikut campur. Tetapi saya rasa, masalah Mamamu sangat berat. Jangan salahkan Mamamu jika ia melampiaskannya dengan minum." "Siapa anda!? Jangan sok tahu mengenai kehidupan Mama saya! Dan, Jangan panggil nama saya! Saya tidak mengenal anda, kita tidak saling mengenal.." Tidak berhenti di situ saja. Dadaa Paula yang sudah kembang-kempis membuatnya tetap bisa mengeluarkan kata-kata yang dirasa dapat membuat pria asing di depannya ini merasa malu. Bukannya bangga dengan menjelaskan bahwasannya Pewita bekerja dengannya sebagai pelayan di bar. Dengan mata memanas, dan sekali tarikan nap