PART. 6 UDIK, KATRO, NDESO

1002 Kata
Mereka naik ke lantai dua restoran itu, dengan di antar salah satu karyawan restoran, Raja berbicara sesuatu kepada orang itu, sebelum mereka masuk ke dalam sebuah ruangan khusus, yang ada di restoran itu. Di sana sudah menunggu Vonny dengan dandanannya yang sempurna. Riasan wajah paripurna. Dress ketat warna hitam. Dan high heels yang menambah tinggi tubuhnya beberapa centimeter. Raja dan Vonny cipika cipiki sesaat. Lalu Vonny menatap Rani dengan tatapan menyelidik. "Kamu sama siapa?" Vonny menunjuk Rani. "Ini Rani, keponakan aku, dia baru datang dari kampung, Ayahnya sudah meninggal karena bencana tanah longsor, ibunya sedang dalam perawatan akibat kejadian itu, jadi dia dikirim untuk sekolah di sini" Raja menjelaskan sambil menunjuk Rani yang berdiri di dekat jendela. Rani asik menikmati suasana di luar jendela. Menatap kelak kelip lampu ibukota. Baginya suasana di luar sana lebih menarik dari pada percakapan antara Raja, dan wanita yang entah siapa namanya. Rani merasa tampaknya Raja tidak ingin memperkenalkan dirinya dengan wanita teman Raja itu. "Dia tinggal di rumahmu?" Rani bisa mendengar suara wanita itu. "Ya, dia bisu". Raja menjelaskan. "Ooh, lalu kenapa kamu bawa dia ke sini?" Pertanyaan Rani bernada protes. "Dia suka melihat suasana ibukota, karena itu aku ingin mengajaknya jalan-jalan setelah kita makan," jawab Raja. "Padahal aku ingin, kita menghabiskan malam ini cuma berdua," gumam Vonny kecewa. "Maaf Vonny, aku tidak bisa" 'Itulah tujuanku membawa Rani, untuk menghindari berduaan denganmu Vonny, aku merasa kamu semakin agresif akhir-akhir ini, aku tidak ingin hubungan kita mengarah ke hal yang lebih intim, aku tidak ingin hidupku di atur perempuan, dan aku tahu kamu jenis wanita yang suka mengatur pria Vonny' batin Raja. "Dia mau duduk di mana kursinya kan cuma untuk kita berdua?" Tanya Vonny. "Aku sudah minta pelayan menyediakan satu kursi, dan satu meja di dekat jendela, nah itu mereka datang." Dua orang karyawan restoran masing-masing membawa kursi, dan meja kecil, mereka meletakan kedua benda itu di dekat jendela. Dua orang pelayan wanita datang, menanyakan menu apa yang ingin dipesan. Rani tampak kebingungan dengan nama-nama makanan, dan minuman yang tertulis di buku menu. Raja yang berada tidak jauh darinya segera berdiri dari duduk, lalu mendekati Rani. "Kamu mau makan apa?" Tanya Raja. Rani mengambil notes, dan pulpen dari dalam tasnya. 'Nasi campur' tulisnya. "Tidak ada nasi campur di sini Rani!" 'Nasi goreng' "Tidak ada" 'Soto, sate, baso, gado-gado' "Tidak ada!" Kata Raja mulai tidak sabar. Rani menatapnya dengan sedikit takut. 'Aku minum air putih saja, tidak usah makan' tulis Rani dengan wajah cemberut. Raja menarik nafas, lalu di hembuskan untuk membuang rasa kesalnya. "Air putih saja," kata Raja akhirnya. 'Dasar udik, katro, ndeso, hhhh,' gerutu Raja di dalam hati. Raja kembali duduk di tempatnya. "Kenapa dia tidak tinggal dengan orang tuamu saja?" "Di rumah orang tuaku ada nenekku yang agak pemarah orangnya, setiap hari ada saja orang yang dia marahi. Meski bisu, tapi Rani bisa mendengar. Jalau tinggal di rumah orang tuaku, takutnya nanti dia semakin tertekan, dia perlu ketenangan untuk memulihkan perasaannya, karena peristiwa tanah longsor itu" "Hmm begitu ya" "Hmmn" Raja menganggukan kepalanya. "Raja" "Ya" "Kapan kamu akan memperkenalkan aku pada orang tuamu?" "Untuk apa?" "Untuk apa? Tentu saja karena aku ingin mengenal mereka" "Untuk apa kamu ingin mengenal mereka?" "Aku ingin hubungan kita bisa lebih serius lagi Raja" "Tapi aku tidak Vonny, kita sudah sepakatkan kalau diantara kita tidak akan pernah ada komitmen, kamu tahukan aku tidak ingin terikat dalam satu komitmen dengan seseorang" "Tapi aku mencintaimu Raja, aku ingin hubungan kita bisa berlanjut kejenjang..." "Tidak Vonny, maafkan aku, sekarang terserah padamu, kalau ingin tetap bertemu denganku, ikuti kemauanku, jika kamu terus memaksa, aku pikir pertemanan kita cukup sampai di sini saja" kata Raja tegas. Terdengar Vonny menarik nafas berat. "Aku masih ingin berada di dekatmu Raja, meski tanpa status sebagai kekasihmu" "Hmm makanlah!" Raja melirik ke arah Rani yang duduk dengan menopang dagu, pandangannya ke luar jendela, tampaknya ia tidak perduli dengan Raja dan teman wanitanya. Setelah selesai makan, Raja dan Rani berpisah dengan Vonny. Dengan berat hati Vonny melepaskan kepergian Raja, karena tadinya ia berharap bisa menghabiskan malam ini bersama Raja. Di dalam mobil, Rani masih tetap asik memperhatikan sepanjang jalan yang mereka lewati. "Aku akan membawamu putar-putar kota Jakarta malam ini" kata Raja, Rani memutar tubuhnya, ditatapnya Raja dengan mata berbinar ceria. 'Terimakasih' ucapnya tanpa bersuara. Rani benar-benar antusias dengan jalan-jalan mereka malam ini. Raja yakin andai Rani bisa bicara, pasti mulutnya tidak akan berhenti bicara untuk mengagumi keindahan Jakarta di malam hari. Kriuuk..kriuukk Tiba-tiba perut Rani berbunyi. Rani menatap Raja dengan rona merah di wajahnya. "Kamu lapar?" Tanya Raja. 'Ya laparlah, aku kan belum makan malam' batin Rani. Kepala Rani mengangguk sebagai jawaban. "Kita cari restoran yang masih buka" kata Raja, tapi Rani menggoyangkan tangannya tanda penolakan. "Kenapa?" Tanya Raja. Rani menunjuk ke arah tukang nasi goreng gerobak pinggir jalan. "Kamu ingin makan di situ?" Tanya Raja, Rani mengangguk. "Hhhhh ya sudahlah, Pak Japri berhenti kalau ada gerobak nasi goreng ya" pinta Raja pada supirnya. "Baik Tuan" sahut Pak Japri. - Rani memakan nasi gorengnya di dalam mobil, sementara Pak Japri menikmati nasi gorengnya dengan duduk di dekat gerobak nasi goreng. Rani menyodorkan satu sendok nasi goreng ke hadapan Raja. 'Mau' bibirnya bergerak mengucapkan itu. Raja menggeleng dengan tatapan jijik ke arah nasi goreng di tangan Rani. 'Enak' kembali gerak bibir Rani mengucapkan itu. Raja tetap menggeleng. 'Cobain dulu' itu yang terbaca oleh Raja dari gerak bibir Rani. "Tidak! Terimakasih!" Raja menggelengkan kepalanya. Akhirnya Rani tidak memaksa lagi, ia terlihat sangat menikmati nasi gorengnya. Raja memperhatikannya, tanpa sadar Raja menelan air liurnya. 'Rani makan lahap sekali, seakan nasi goreng itu makanan paling enak yang pernah dia santap, hhhh dasar kampungan, sukanya ya makanan pinggir jalan' gumam Raja di dalam hatinya. Tiba di rumah Rani menahan lengan Raja saat mereka berada dipuncak tangga. "Ada apa?" Tanya Raja. 'Terimakasih' gerak bibir Rani mengatakan itu. "Hmmm" sahut Raja, lalu melangkah menuju kamarnya. Rani menuju kamarnya dengan langkah ceria, hatinya merasa bahagia karena bisa melihat suasana Jakarta di malam hari. Sejenak ia melupakan segala masalah dan kepedihan di dalam hatinya. *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN