20 menit setelah Mas Aiden berangkat, aku juga sudah siap ke kantor. Sebelum beranjak, sekali lagi, aku mengecek tampilan di cermin. Jangan sampai ada tampilan 'Ayya' dalam diriku sekarang. Perfect! Aku mengambil tas pundak, kemudian keluar dari kamar. Sambil menuruni tangga, aku menelpon Adi untuk mengkonfirmasi bahwa ia sudah menunggu di luar. Pria itu dengan sigap menyalakan motornya ketika aku sudah mendekat. Setelah naik, motor langsung bergerak. Perjalanan yang seharusnya 20 menitan ini terasa lebih lama. Aku berkali-kali menguap karena kantuk, tidak jarang, kepalaku merebah di punggung Adi. Semalam, kami pulang hampir jam sebelas malam dari rumah Pak Burhan, Papanya Mas Aiden. Beruntungnya, Mas Aiden sedang tidur saat aku sampai di rumah, dan paginya tidak banyak bertanya. Di
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari