"Nona, apakah anda mau mandi?" tanya seorang wanita berwajah lembut pada Jieya.
Jieya menggeleng sebagai jawaban pertanyaan wanita itu. Jieya pikir, biar saja ia tidak mandi dan berpenampilan gembel agar pria berambut pink jahat itu atau pria manapun jijik padanya dan tidak mau menyentuhnya.
Wanita paruh baya bernama Ahn Ella yang ditugasi Loey untuk menyiapkan semua keperluan Jieya menghela nafas, tampak prihatin pada Jieya tapi juga tidak berdaya. Tugas Ella hanya membantu Jieya untuk mandi, menyiapkan makanan dan hal yang berhubungan dengan segala kebutuhan sehari-hari Jieya, Ella tidak memiliki kekuatan apapun untuk menolong Jieya.
"Kalau begitu nona makan ya? Saya akan siapkan makanan untuk nona," Ella menawarkan pada Jieya.
Jieya kembali menggeleng. Ia tidak ingin makan apapun. Keadaan saat ini membuat Jieya tidak nafsu makan. Siapa yang bisa makan dengan nyaman jika ditahan di sebuah rumah, dan tidak tahu bagaimana nasibnya di masa depan. Jieya terus menerus berpikir apakah masih mungkin membebaskan diri dari tempat ini? Semakin sering Jieya memikirkannya, semakin buntu otak Jieya, dan tidak mendapatkan jawaban.
"Nona jangan seperti ini, tuan Loey akan marah pada saya kalau nona seperti ini."
Oh, jadi pria berambut pink itu bernama Loey. Jieya membatin.
Tapi tak ada gunanya Jieya mengetahui nama pria itu, toh tidak akan merubah apapun. Pria itu juga tidak menolongnya, membiarkannya kembali pulang ke rumah.
"Katakan saja kalau aku sudah makan bi," sahut Jieya pelan. Jieya tidak mau kalau Ella mendapatkan masalah karenanya. Jieya sudah melihat seperti apa Loey jika marah dan itu mengerikan. Loey melakukan hal nekat yang tidak bisa ditebak.
"Aku mau tidur," ucap Jieya sambil merebahkan diri di ranjang.
"Baiklah nona. Saya akan keluar. Nona bisa memanggil saya bila memerlukan sesuatu." Ella kemudian meninggalkan Jieya sendirian di kamar.
Tangan Jieya masih terikat dan jendela sudah disegel dari luar, membuat cahaya hangat matahari, semilir angin dan pemandangan taman berbunga tidak bisa Jieya lihat lagi. Kini, dua penjaga ada di depan pintu, ditambah seorang asisten rumah tangga bernama Ella, membuat semakin sulit bagi Jieya untuk keluar. Jieya tidak tahu apakah ia harus menyerah pada nasib seperti ini. Membiarkan dirinya terjebak di tempat pelacuran dan dijual pada p****************g. Tidak ada jalan keluar sama sekali. Jieya kembali menangis dan meratap, mempertanyakan mengapa nasibnya seperti ini. Jieya merasa ia tidak melakukan kesalahan apapun, tetapi mengapa orang-orang ini menculiknya, menyekapnya dan menjualnya sebagai pemuas nafsu? Bagaimanapun, Jieya merasa tidak terima, namun Jieya tidak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Ia hanya seperti pelanduk yang terjebak di tengah para predator. Tidak ada yang bisa dilakukannya Jieya saat ini selain menangis, mencurahkan semua perasaan sedih dan amarahnya dalam kucuran air mata. Jieya benar-benar tidak berdaya dan merasa frustasi atas ketidakmampuannya ini, Jieya merindukan Bryan kekasihnya dan ingin pulang, memeluk dan bertemu Bryan.
Mobil yang membawa Loey dari pabrik XTC terparkir sembarangan di depan rumah, membuat penjaga yang melihat hal itu mengernyit heran karena tidak biasanya Loey memarkir mobilnya sembarangan, seakan ada sesuatu hal yang sangat penting hingga membuat Loey terburu-buru. Loey masuk ke dalam rumah dengan langkah cepat, dan saat bertemu Ella, Loey langsung menanyakan Jieya.
"Apa gadis itu baik-baik saja bi?" tanya Loey langsung pada Ella.
"Iya dia baik-baik saja tuan."
"Apa dia sudah makan?"
"Itu...." Ella tidak segera menjawab. Bibi paruh baya itu agak ragu menjawab, apakah harus berbohong atau jujur.
"Baiklah aku akan bertanya sendiri padanya," putus Loey dan pria jangkung itu melangkahkan kakinya menuju ke kamar yang dihuni Jieya. Dua penjaga berbaju hitam mengangguk hormat saat Loey mendekat ke kamar Jieya. Loey membuka kamar Jieya, dan melangkah masuk ke kamar, pria tinggi itu berjalan pelan mendekati ranjang Jieya dan menemukan Jieya menangis. Air mata membasahi wajahnya yang kusut dan berantakan.
"Kau menangis?" tanya Loey yang tidak mendapatkan jawaban. Jieya hanya memalingkan wajah, menyembunyikan air matanya dari Loey.
Loey memandang Jieya, entah mengapa ada rasa pedih merayap dalam hati Loey. Jieya mengingatkan Loey pada seorang gadis yang sangat disayanginya di masa lalu. Gadis itu pasti merasakan kepedihan yang sama seperti Jieya sebelum kematiannya. Kemudian rasa sesal mulai menyelubungi Loey. Sesal karena Loey tidak bisa menyelamatkan gadis yang disayanginya. Melihat Jieya dalam keadaan menyedihkan seperti ini, membuat Loey merasa bayangan gadis yang disayanginya hadir kembali.
"Jieya...." Loey memanggil Jieya.
Jieya tak bergeming dan tak bersuara hanya isakan yang terdengar, membuat hati Loey semakin dihantam oleh rasa pedih. Loey kemudian duduk di tepi ranjang dan mengambil tangan Jieya yang terikat, perlahan membuka tali yang mengikat tangan Jieya.
"Aku tidak akan mengikatmu lagi, tapi tolong jangan lakukan hal berbahaya," ucap Loey lembut pada Jieya.
Jieya memandang Loey, merasa heran karena Loey tiba-tiba saja bersikap baik. Apa Loey mulai lunak dan mulai merasa kasihan padanya? Ataukah ini hanya sebuah sandiwara agar Jieya tidak lagi melawan dan Loey bisa lebih mudah menjual Jieya. Berbagai pertanyaan hilir mudik di benak Jieya, tentang sikap Loey padanya.
Loey beranjak dari tepi ranjang dan mengambil sebuah wadah mungil, kemudian kembali ke sisi Jieya. Loey membuka wadah itu yang ternyata berisi semacam cream, mengambil isinya dengan ujung jemarinya dan mengoleskan itu di pergelangan tangan Jieya yang memerah, membuat Jieya berjengit, bukan saja karena rasa menyengat saat bekas ikatan yang memerah di kulit diolesi cream, namun juga karena sikap baik Loey setelah perlakuan kasar Loey padanya hari kemarin. Sikap Loey ini semakin membuat Jieya heran, sekaligus takut. Kenapa Loey sebaik ini? Apa dia punya maksud tertentu? Mengapa sikap Loey mendadak berubah, belum lama Loey mengancam akan memperkosa Jieya dan menjual Jieya, tapi kini pria itu bersikap sangat baik dan lembut. Apa Loey sedang berpura-pura? Nanti saat Jieya lengah, pria itu akan memperkosanya atau menjualnya atau hal lainnya yang kejam dan mengerikan. Jieya bergidik. Jieya pikir, Loey bisa melakukan apapun yang kejam dan mengerikan, bukankah Loey adalah anggota geng penjahat? Melakukan sesuatu hal yang jahat adalah pekerjaan mudah baginya.
"A-apa...k-au akan menjualku...?" tanya Jieya dengan suara tercekat. Kebaikan Loey malah membuat Jieya semakin curiga bahwa Loey sedang merencanakan maksud jahat.
Loey menatap Jieya dengan bola mata hitamnya, tidak mengerti mengapa Jieya selalu menuduhnya seperti itu, bahkan setelah Loey bersikap baik seperti ini, Jieya masih saja menuduhnya.
"Tidak. Aku tidak akan menjualmu Ji," balas Loey pelan, dengan nada lelah, karena Jieya terus saja mencurigainya, hingga Loey merasa tidak berguna menjelaskan apapun pada Jieya.
Jieya tidak tahu apakah jawaban Loey itu jawaban jujur atau dusta. Begitu banyak pendusta di dunia ini dan Loey adalah anggota geng kejahatan, berbohong bukan hal yang sulit baginya, jika melakukan kejahatan yang lebih besar dan kejam saja dia bisa melakukannya.
"Bisakah...kau...melepaskan...."
"Tidak!" sentak Loey kasar, bahkan sebelum Jieya menyelesaikan kata-katanya.
"Aku tidak mau mendengar kau meminta hal itu lagi Ji! Aku bersumpah tidak akan menjualmu pada lelaki manapun, tapi kau harus tinggal di sini! Kau tidak bisa pulang ke rumahmu. Tidak sekarang!"
"Kenapa? Kenapa aku tidak bisa pulang? Aku hanya ingin pulang...," tuntut Jieya. Gadis itu kembali menangis, air mata bergulir mengalir di pipi pucatnya.
Loey menghembuskan nafas kasar. Haruskah ia mengatakan pada gadis keras kepala di hadapannya ini alasan mengapa Loey tidak mengijinkan Jieya pulang ke rumah?
"Pokoknya, kau harus tinggal di sini!" tegas Loey.
"Sebaiknya kau jangan bertanya mengapa. Ini rumahku dan kau harus tunduk padaku."
"Aku mau pulang...." Jieya bersikeras, ia berkata di tengah isakannya.
"Demi Tuhan! Jangan menangis lagi. Kau membuatku gila dengan tangisanmu! Bisakah kau tidak menangis?"
"Hapus air matamu! Aku tidak suka melihatmu menangis," perintah Loey gusar.
Loey tidak suka melihat air mata Jieya karena setiap kali melihat air mata Jieya, Loey merasa hatinya terseret pedih, tapi Loey tidak bisa mengabulkan permintaan Jieya, Loey tidak bisa melepaskan Jieya sekarang, karena bila Loey melakukannya, Jieya bisa mati mengenaskan. Seseorang yang masuk ke Lotus tidak bisa keluar hidup-hidup dari Lotus dan Loey tidak ingin Jieya kehilangan nyawanya, sama seperti seseorang yang Loey sayangi. Loey tidak bisa membiarkan Jieya menghilang dari dunia ini.
Tangisan Jieya justru semakin menjadi saat mendengar perintah Loey.
"Ji... jangan bilang aku tidak memperingatkanmu!" ucap Loey, menahan kejengkelan di hatinya karena sikap keras kepala Jieya.
"Kenapa...?! Kenapa aku tidak boleh menangis? Aku tiba-tiba saja diculik, disekap, tanpa aku tahu apa salahku, aku di sini sendirian, dijebloskan ke rumah prostitusi dan entah nasib mengenaskan apa yang terjadi padaku. Sekarang kau melarang aku menangis. Kau memang gila!" teriak Jieya mendadak beranjak dari ranjang dan berlari keluar kamar. Entah, Jieya tidak tahu mau kemana, Jieya sama sekali tidak tahu seluk beluk rumah ini, satu hal yang ia inginkan sekarang menjauh dari Loey, orang gila yang melarangnya menangis.
"Jieya!" Loey memanggil nama Jieya dan mengejar Jieya yang berlari ke pintu.
"Jangan bertindak bodoh Ji! Aku sudah memperingatkanmu!" teriak Loey dengan marah.
Beberapa penjaga mencoba mengejar Jieya tapi Loey melarang mereka. Loey mengatakan bahwa ia sendiri yang akan mengatasi Jieya.
Jieya terus berlari menyusuri ruang-ruang yang sama sekali asing seperti tikus yang terjebak di rumah kucing. Sampai akhirnya Jieya berada di ruangan yang berisi rak-rak buku. Agak mengherankan pria seperti Loey memiliki perpustakaan dan mengoleksi buku sebanyak ini. Apakah ia gemar membaca? Sepertinya mustahil, mengingat kepalanya saja seperti gulali berwarna pink.
Jieya terpojok, tidak ada sela lagi di ruangan itu. Jieya ingin keluar dari ruangan perpustakaan itu tapi suara Loey menggelegar memanggil namanya terdengar dari arah pintu. Jieya menengok ke kanan dan ke kiri dengan panik. Kemudian dilihatnya sebuah celah di balik rak, membuat Jieya berpikir mungkin untuk sementara ia bisa bersembunyi di celah itu, nanti setelah Loey pergi dari tempat ini, ia akan keluar dari persembunyian dan kabur. Jieya mencoba menyisipkan tubuh mungilnya di antara rak, tangan Jieya berpegangan pada dinding rak dan tepat saat Loey masuk ke perpustakaan, rak buku itu bergeser, memperlihatkan sebuah ruangan lain di baliknya.
"Jieya!" teriak Loey keras.
Jieya tidak peduli. Jieya langsung masuk ke ruangan yang berada di balik rak. Jieya tidak tahu ruangan apa itu, dengan posisinya yang rahasia seperti ini Jieya berharap ruangan ini semacam emergency exit, pintu untuk melarikan diri bila terjadi sesuatu di rumah ini.
Jieya menerobos masuk ke dalam ruangan itu dengan langkah cepat, sambil sesekali menoleh kebelakang, mengecek keberadaan Loey. Di dalam ruangan ini tampak terdapat rak berisi senjata api dan senjata tajam aneka rupa, membuat Jieya yakin bahwa Loey adalah penjahat kelas kakap dengan koleksi senjata sebanyak itu. Jieya tidak sempat melihat detail dari ruangan itu karena Loey berhasil menyusulnya dan menarik lengan Jieya, mencegah Jieya masuk lebih jauh ke dalam ruangan.
"Kau sudah keterlaluan Jieya!" hardik Loey. Jieya melihat bahwa tatapan mata Loey seakan berubah menjadi lebih gelap oleh amarah. Jieya bergidik, lagi-lagi ia salah langkah. Entah apa yang akan menimpanya kali ini saat Loey marah.
"Aku hanya memintamu tidak menangis dan kau malah lari dan bahkan masuk ke ruang pribadiku!"
"Aku tidak!" elak Jieya.
Tadi Jieya benar-benar tidak sengaja. Ia tidak menyangka ada sebuah ruang di balik rak buku. Jieya hanya menyangka ada sedikit celah untuk bersembunyi dari Loey.
"Lepas...!" seru Jieya sambil mencoba melepaskan lengannya dari cengkraman Loey dengan panik. Jieya benci dan takut pada Loey.
"Apa kau suka dipaksa Ji?" tanya Loey dengan suara rendah yang membuat tubuh Jieya merinding. Jieya menduga-duga, jangan-jangan Loey benar-benar marah dan akan memperkosanya sekarang. Jantung Jieya berdebar keras karena takut, terlebih saat Loey mengikis jarak di antara mereka berdua dan Loey mendesak Jieya ke dinding, membuat Jieya bisa merasakan rasa yang dingin merambat di punggungnya yang dilapisi piyama katun. Loey mencengkeram tangan Jieya erat, sampai Jieya merasa tangannya kebas akibat peredaran darah di tangannya terhambat karena cengkraman Loey. Loey menahan kedua tangan Jieya ke atas kepala, membuat Jieya terkunci tidak berkutik dan wajah Loey mendekat. Manik mata hitam Loey menatap tajam Jieya, membuat Jieya benar-benar gemetar oleh rasa takut sekarang, Jieya merasa bahwa Loey akan melakukan suatu hal yang kejam padanya, atau mungkin Loey akan menghabisinya, dan tidak akan ada seorang pun yang tahu Jieya menghilang dari dunia ini.