Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Nadya melihat Jingga dan Biru tengah bersantai di ruang keluarga bersama ayah mereka. Nadya masuk ke rumahnya tanpa mengucapkan salam. Bukan karena tidak paham agama, tapi netra dan hatinya sudah begitu ji*ik melihat sosok seorang Harun Pratama. “Sayang ... kamu sudah pulang, dari mana saja?” Harun bangkit seraya membisikkan sesuatu ke telinga anak-anaknya. Nadya diam, wanita itu segera berlalu ke dalam kamarnya. Dengan penuh emosi, Nadya mulai mengeluarkan semua pakaian dan barang-barang milik Harun. Semua tanpa tersisa. Bahkan, pakaian dalam yang terletak di keranjang kain kotor, semua dikumpulkan oleh Nadya. “Nad, apa-apaan ini. mengapa kamu melempar ke lantai semua pakaianku?” Harun menyusul ke dalam kamar dan berusaha memegang lem