028:ZIA-KALI PERTAMA MENATAP LEKAT

1709 Kata

Aku mendengar kakinya yang menapak, kian dekat. Pun aroma sabun dan parfumnya yang berpadu semakin intens tercium. Namun, sebuah surat elektronik yang tengah kutanggapi ini tak bisa membuatku beralih atensi. Rain kemudian duduk di sampingku, bertopang dagu, menatapku lekat. “Makan, bee. Katanya lapar?” “Hmm. Nunggu kamu.” “Aku kerja.” “Butuh makan biar ada tenaga buat kerja.” “Kan tadi aku sudah makan, bee.” “Rasanya ngga enak kalau makan sendiri.” Aku mendengus. Ia terkekeh. Jemarinya lalu menyisipkan suraiku ke balik telinga, pun membelai lembut pipiku. “Tunggu ya, satu email aja kok, ditunggu Papa soalnya,” pintaku. “Iya.” Terus saja begitu, memandangiku tanpa jemu. Terkadang jarinya menyusuri alisku, terkadang mencubit pipiku, terkadang memilin-milin suraiku. Niatnya sih jela

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN