025:RAIN-MAKSUD DI BALIK SIKAP

1949 Kata

“Mau ke mana?” tanya gue seraya mengeratkan pelukan di pinggang Zia. Baru satu ronde lho padahal, masa gue sudah mau ditinggal? “Kamu mau istirahat dulu kan, bee? Aku cek email sebentar. Aku korupsi waktu kerja tau ngga!” tanggapnya. Bukannya melepas, gue justru semakin merapatkan diri sembari menciumi wajah, bahu, dad4 dan lengannya. “Tapi masih mau tuh,” ujar gue kemudian berhubung Zia diam saja gue kecup-kecup begitu. “Ngeseks sama kamu tuh candu banget tau ngga! Kalau ngga ingat resiko vaginaku bengkak kayaknya seharian suntuk pun aku mau-mau aja.” Gue tergelak. Ya, terkadang istri gue memang seterbuka itu. Namun, di kesempatan lain, seolah dirinya penuh dengan teka-teki tanpa petunjuk yang jelas. “Mau aku kasih tau fakta versi aku?” tanya gue. “Apa?” “Butuh kerja keras dan kerj

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN