Bayar dengan mahal!

890 Kata
Kesal. Itulah yang dirasakan Safira detik ini. Tidak bisa berbuat apa-apa mau pun menolak keinginan konyol dari pemuda di sampingnya yang tengah fokus menyetir. Kebohongan demi kebohongan seakan menjadi teman baik dalam kehidupan Safira selama hampir tiga bulan terakhir ini. Walaupun itu bukanlah maunya. Akan tetapi, Safira juga terlalu pengecut untuk berkata jujur kepada Arkana—pria baik yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. 'Hfft …' Helaan frustrasi tak pernah berhenti berembus dari hidung dan mulut Safira. Rasa bersalahnya seolah-olah membuat dadanya terasa sangat sesak. Arkana sangat mempercayai serta mencintai Safira. Tak pandang bulu meski status sosial mereka amatlah berbeda jauh. Cinta Arkanalah yang membuat Safira menjadi tidak percaya diri, memilih memendam masalahnya sendiri sekaligus menutupi fakta lain mengenai pekerjaan sambilan yang dilakoninya selama ini. Namun, rahasia yang coba dia tutupi dari Arkana lantaran malu, malah justru diketahui tanpa sengaja oleh Kai. Safira tak pernah berhenti merutuk kejadian hari itu—ketika Kai memergokinya. Dan, karena kejadian itulah, kini dia harus berurusan dengan Kai. Pemuda yang tidak lain dan tidak bukan calon adik iparnya. "Gue gak nyangka aja, kalo calon istri sekaligus calon menantu dari keluarga Barack ternyata jadi pemandu karaoke di Bar. Ck, malu-maluin!" Malam itu Kai tidak segan berbicara ketus dan memandang remeh Safira, ketika mereka tak sengaja bertemu di Bar yang ternyata adalah milik temannya Kai. Kepergok bukanlah kemauan Safira. Apalagi, yang memergoki merupakan calon adik iparnya. Mengelak pun tak ada gunanya. Jika fakta yang ada di depan mata telah memberikan bukti yang nyata. Sebelumnya, hubungan Safira dengan Kai memang tidak terlalu dekat. Bisa dikatakan keduanya jarang sekali bertemu. Namun, dengan adanya kejadian sialan itu, mau tidak mau Safira harus berurusan dengan pemuda itu, karena Kai telah mengambil keuntungan dari nasib miris yang dialami oleh Safira. Alasan Safira bekerja sambilan pun hanya ditanggapi enteng oleh pewaris kedua dari keluarga terpandang di Jakarta tersebut. "Kerja jadi SPG itu gajinya kecil. Kalo cuma ngandelin itu aja, mana bisa aku bayar utang bapakku yang jumlahnya hampir ratusan juta itu. Makanya, aku ambil kerjaan sambilan ini demi bayar utang bapakku. Ngerti kamu!" kata Safira pada malam di mana Kai memergokinya dan menuduhnya yang tidak-tidak. Reaksi Kai di luar dugaan. Safira pikir, pemuda yang hobi bertato itu merasa bersalah karena sudah menganggapnya sebagai perempuan murahan. Akan tetapi, tanggapan Kai sungguh membuat Safira semakin muak. "Alesan! Bilang aja kalo emang lu nikmatin kerjaan lu ini." Kai berdecih di depan Safira yang geram. "Ngomong sama kamu emang gak ada gunanya, ya! Kamu itu cuma anak manja yang gak pernah kenal apa itu namanya hidup susah! Kamu sama Mas Arkana memang beda jauh!" Kai tersenyum miring mendengar ocehan Safira sambil mengorek telinga kirinya dengan kelingking. Tak acuh dengan cibiran Safira yang membandingkannya dengan Arkana, sebab dia dan Arkana memang tidak bisa disamakan. Kai hanyalah orang asing bagi keluarganya sendiri, sementara Arkana adalah orang yang selalu dibangga-banggakan. Hidup ini memang penuh dengan orang-orang munafik, pikir Kai. "Abang gue ternyata bego! Gampang banget ketipu sama muka polos lu!" celetuk Kai, lalu meneliti penampilan Safira yang sangat jauh berbeda bila saat bekerja menjadi Sales Promosion Girl di sebuah pusat perbelanjaan. Dia bersedekap, dan berkata lagi, "Gue penasaran, kira-kira Abang gue masih mau, gak, ya, nikahin elu? Atau kalo perlu gue bantu sampein ke dia aja, ya?" Pemuda itu bersiap hendak menghubungi Arkana dengan mengutak-atik ponsel di tangan. "Jangan!" Safira seketika panik, membuat Kai mengurungkan niatnya untuk menelepon Arkana. "Kenapa? Elu takut?" sindir Kai sambil memainkan lidah di dalam rongga dinding pipi kanan, dan memasukkan ponselnya ke saku celana bagian kiri. Tubuhnya yang menjulang bersandar pada bingkai pintu ruang VIP di bar tersebut. Raut panik Safira membuat Kai ingin tertawa. Bagaimana mungkin dia menghubungi Arkana jika nomornya saja dia tidak punya. ckckck... Perempuan di depannya ini sungguh sangat naif, pikir Kai. Safira menelan ludah atas dugaan yang dilayangkan Kai padanya. Takut? Mungkin bisa dikatakan Safira lebih merasa malu dibandingkan takut. "Aku …" Dia menggigit bibir bawah bagian dalam, sambil berpikir keras supaya Kai tidak membongkarnya pada Arkana. Tak pernah sedikit pun dia berniat membohongi calon suaminya yang baik hati itu. "Pokoknya Mas Arkana gak boleh sampe tau kalo aku kerja di bar ini," pintanya dengan nada bicara memohon dan raut memelas, tetapi lagi-lagi tanggapan Kai membuat Safira mengepalkan tangannya kuat-kuat. Kalau tidak ingat Kai itu siapa, mungkin sedari tadi heels yang dipakai Safira sudah melayang ke kepala pemuda bertindik di telinga itu. Ck! "Kenapa?" Sebelah alis Kai yang terdapat tindikan naik sangat tinggi, tangannya bersedekap di d**a, dan semakin melayangkan tatapan remeh. "Ya ... pokoknya aku gak mau! Aku belum siap!" sahut Safira, mulai merendahkan suaranya agar Kai mau berbaik hati padanya. "Alasan utamanya tentu kamu udah tau," lanjutnya sambil melangkah mendekati Kai. "Aku mohon ...." Bila perlu Safira akan berlutut di depan pemuda itu. Tak masalah jika dia harus menurunkan sedikit harga dirinya. Tetapi, kalimat selanjutnya yang terlontar dari mulut Kai membuat Safira tidak jadi melakukan niatnya. "Oke. Gue gak akan kasih tau Abang gue," ucap Kai mengedikkan bahunya sekilas seakan-akan dia tidak peduli dengan pekerjaan sampingan Safira. "Yang bener? Kamu ... beneran gak akan ngomong 'kan sama Mas Arkana?" cicit Safira sumringah. "Ma—" Baru saja dia ingin mengucapkan terima kasih, Kai lebih dulu memotong perkataannya. "Ets! Elu jangan seneng dulu! Karena ini semua harus lu bayar dengan mahal, Nona Safira." Kai menyeringai penuh arti, hingga mampu membuat Safira bergidik dengan sorot mata itu. *** bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN