BAB 1

1568 Kata
"Cut!" Semua orang bertepuk tangan sambil melepaskan alat elektronik yang masing-masing mereka pegang. Syuting yang sudah berlangsung selama 3 jam berakhir dengan baik, meskipun harus beberapa kali mengulang untuk hasil yang maksimal, tapi semua terlaksana dan berjalan dengan baik berkat kerja keras dari seluruh anggota tim. "Terima kasih, kerja bagus semuanya. Terima kasih," ucap produser kepada semua tim yang telah berkerja keras baik di dalam layar maupun di balik layar. "Terima kasih," ucap Aura bersamaan dengan yang lainnya, ini sudah menjadi kebiasaan untuk saling memberi dukungan dan ucapan terima kasih setelah menyelesaikan pekerjaan dengan baik bersama - sama. "Aura, terima kasih, ya. Kerja kamu bagus banget, emang gak sia-sia kalo manggil kamu buat jadi model iklan ini." Gadis bernama Aura itu tersenyum lebar, ia ingin menyeka keringat yang turun dari dahinya namun masih belum bisa. Meskipun pakai pendingin udara, namun ruangan ini terasa panas karena banyaknya orang yang ada di dalamnya, terlebih ia memakai sebuah kostum. "Terima kasih untuk kerja kerasnya, produser. Kalo bukan karena kesempatan dari produser mana mungkin saya bisa dapat sampai di sini," ucap Aura sambil melepaskan penutup kepala berbentuk mon yet dari kepalanya, wajahnya kini terasa lebih sejuk setelah melepas penutup kepalanya. “Hahaha terima kasih … kalau begitu saya mau melanjutkan mengecek hasilnya terlebih dahulu. Kamu sudah boleh ke belakang buat ganti pakaian dan langsung pulang," ucap produser dengan ramah, Aura mengangguk dan tersenyum ramah. Aura mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju ruang ganti di belakang. Ia meletakkan penutup kepala berbentuk monyet itu di atas meja, Aura menatap jam yang berputar di pergelangan tangannya. Waktunya ternyata tidak banyak, ia masih memiliki pekerjaan lain lagi yang harus ia kerjakan hari ini, membuat Aura hampir tidak memiliki waktu luang di siang hari untuk dirinya sendiri. Setelah berganti pakaian, Aura memilih untuk duduk dan beristirahat di ruang kostum. Dirinya tidak cukup banyak mendapatkan istirahat saat syuting tadi karena harus mengejar waktu bersama staff lain. Pintu ruangan tiba-tiba terbuka lalu muncul seorang gadis dari balik pintu dan tersenyum ramah pada Aura. Perlahan, ia menyeka keringatnya dengan tisu, membiarkan dirinya menikmati sejuk kipas dari ruang ganti. Bahkan, air minum yang tadinya penuh sekarang tersisa tidak sampai setengah. Pekerjaan seperti ini memang bukan yang pertama bagi Aura. Bukan hanya kostum mon yet, tapi sudah ada beberapa kostum lain yang ia pakai sebelumnya. Dan untungnya semua pekerjaanya berjalan dengan lancar. "Ini gaji kamu hari ini, setelah ini kamu boleh pulang. Makasih ya udah bantuin aku," ucap perempuan itu menepuk pundak Aura beberapa kali. Senyum di wajah Aura menjadi jawaban apa isi amplop itu tanpa perlu di buka, meskipun sebenarnya isinya tidak sebanyak itu tapi setidaknya bisa membantunya memenuhi kebutuhan sehari - harinya. "Terima kasih, nanti kalo ada job lagi kabarin aja. Kalo sama direktur apa pun perannya, saya percaya." Asisten direktur tersebut mengangguk lalu menepuk pundak Aura sebelum berjalan meninggalkan Aura. "Kamu udah kerja keras, Aura. Makasih ya udah bantu kakak." "Eh, iya, Kak. Malah Aura yang berterima kasih karena udah dikasih kesempatan gabung di sini," ucap Aura dengan senyum yang tidak pernah menghilang dari wajahnya yang mungil itu. "Sama-sama. Kayaknya direktur suka banget sama kerjaan kamu," puji wanita itu, Aura tentu saja merasa senang berarti peluangnya mendapat pekerjaan lagi lebih besar. "Kak Putri bisa aja. Aku pamit dulu ya, kak, soalnya bentar lagi mau ada kerja part time hehehe ...," ucap Aura dengan canggung. "Iya hati-hati ya Aura," saut perempuan bernama Putri itu dengan ramah juga. Aura mengangguk dan berdiri dari duduknya lalu memeluk Kak Putri sebelum berjalan meninggalkan ruang kostum sembari melambaikan tangannya ke arah Kak Putri yang memperhatikan. Aura memiliki beberapa pekerjaan sampingan karena dia baru saja lulus SMA. Mencari pekerjaan masih sedikit sulit baginya karena ia baru saja lulus dan belum memiliki pengalaman apa pun dalam hal pekerjaan. Tujuannya adalah menjadi pemain film yang hebat, oleh karena itu ia banyak mengikuti audisi atau sekedar mengisi peran kecil. Setidaknya karena itu ia jadi mulai terbiasa dengan dunia entertainment meskipun ia belum punya nama yang besar di bidang itu. Aura melirik jam di pergelangan tangannya, membuatnya mempercepat langkah kakinya. Tasnya yang tadinya ia sampirkan pada pundaknya kini ia selempangkan agar tidak jatuh. Ia bergegas berjalan menuju halte bus dan untungnya ia melihat bus yang ia cari hampir mendekati halte. Dengan tenaganya yang tersisa, ia berlari menuju halte sebelum bus tersebut meninggalkannya. Tepat saat pintu bus terbuka untungnya antrian untuk masuk ke dalam bus tertahan dan membuatnya dapat menyusul ke halte. Setelah masuk ia mengambil tempat duduk di belakang karena kondisi bus yang cukup ramai, apalagi tepat dengan jam pulang sekolah. Aura dapat menarik napasnya lega, ia menikmati kembali dinginnya sejuk di dalam bus. Drt..... Drt..... Drt..... Aura membuka tasnya mencari di mana letak ponsel pintar miliknya yang kini mengeluarkan nyanyian singkat. Tangannya merogoh agak dalam kendalam tasnya, kondisi tasnya sangat penuh dan sepertinya ponselnya terletak di bagian bawah sehingga sedikit susah untuk dkkeluarkan. Buggg.... Tepat saat Aura mengeluarkan ponselnya, lipcream-nya jatuh bersamaan dengan bus yang tiba-tiba berhenti. Aura menutup tasnya sebelum barang kecil miliknya yang lain ikut terjatuh. Ia merasa sedikit kesal karena beberapa barangnya jadi keluar dari dalam tas dan terjatuh. "Punya kamu?" tanya seseorang yang membuat Aura mengalihkan perhatiannya saat merapikan isi tas. Aura melihat seorang laki-laki yang mungkin berusia beberapa tahun di atasnya dengan pakaian serba hitam dan topi. Laki-laki itu menyodorkan beberapa barangnya yang tadi terjatuh, tangan Aura langsung mengambil kembali barang - barangnya yang jatuh dari tangan laki - laki itu. "Ah, iya. Makasih, ya," sahut Aura singkat, tanpa menatap ke arah laki - laki itu. Aura sedikit bergeser ketika laki-laki yang mengambilkan barangnya tadi duduk di sampingnya, membuatnya agak berhati-hati. Entah menagapa Aura merasa laki-laki yang kini duduk di sampingnya sangat aneh. Mengingat pelaku dan korban tindak kejahatan biasanya tidak memandang usia, Aura menjadi semakin was-was karena takut jika laki-laki itu adalah salah satu dari mereka. "Mau ke mana?" tanya laki-laki itu lagi, sedangkan Aura kini berpura-pura tidak mendengar ucapannya. “Jangan nanya lagi, please,” batin Aura, ia sebenarnya agak takut dengan laki - laki yang bersikap sok akrab seperti itu. Kebanyakan kejahatan di mulai dari hal seperti itu, membuat Aura lebih was - was. Aura merasa laki-laki itu sedikit aneh karena bersikap seolah-olah akrab kepadanya, sedangkan baru kali ini ia melihat laki-laki ini. Aura masih memegang ponselnya saat ia baru teringat jika tadi ia harus mengecek pesan yang masuk. 13.02 Selamat, kamu lolos tahap seleksi berkas audisi pemilihan pemain film "Bintang Dari Langit". Silakan datang besok jam 10 pagi ke perusahaan Highlight Ent. untuk audisi selanjutnya. "Haaaaaaa!!!" ucap Aura dengan suara meninggi, matanya membulat dan ridak teralihkan dari layar ponselnya. Aura berteriak senang menatap layar ponselnya, ia bahkan tetap tersenyum seperti orang gila meski kini semua orang yang berada di dalam bus menatapnya aneh. Hatinya benar-benar senang saat membuka isi pesan yang masuk, bahkan untuk meyakinkan dirinya ia berkali-kali membaca ulang isi dari pesan tersebut. Awalnya memang Aura tidak bisa berharap dengan banyak, ia sudah mengikuti banyak audisi tapi ia selalu menjadi pemain pengganti atau hanya sekedar pemain tambahan yang memiliki peran tidak lebih dari 15 detik saja. Meski begitu, 15 detik begitu berarti bagi Aura. Beberapa hari yang lalu, Aura mendengae sebuah produser terkenal membuka casting pemilihan pemeran dalam film terbarunya. Produser itu terkenal dengan banyak film - film nya yang sukses besar, itu info yang Aura tahu dari internet. Terlebih, produser itu terlihat merahasiakan dirinya, hanya staff dan pemain yang melihatnya. Bahkan tidak ada berita yang memajang fotonya, membuat Aura semakin penasaran dan juga tertarik sehingga akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti audisi itu. Tapi, siapa yang bisa menebak jika akhirnya Aura memiliki kesempatan untuk mengikuti seleksi tahap selanjutnya. Ia bahkan berjanji akan berjuang untuk mendapatkan peran terbaik, sekalipun tidak juga ia tidak akan masalah dengan peran 15 detik jika dari produser yang hebat Aura akan bangga. *** Aura masih sibuk melihat film yang tadi siang sempat ia download. Ia memperhatikan setiap cara pemain memerankan karakter yang ada di dalam film itu. Ia sedang benar-benar tidak percaya diri saat ini, audisi yang tiba-tiba diadakan besok membuatnya harus belajar lebih extra. Ia ingin hasil yang baik untuk usahanya kali ini. "Aura semangat, besok kamu pasti bisa!" Aura menyemangati dirinya sendiri tepat saat film tersebut berakhir, ia ingin suatu saat namanya akan muncul di pembukaan dan akhir film. Sekarang, satu usaha Aura sudah berakhir. Aura hanya perlu lebih berusaha dan bersemangat untuk mencapai permulaan yang sekarang jelas ada di depan matanya. "Apa pun yang terjadi, aku pasti bisa. Ayo, percaya diri, Aura. Semangat!" Aura masih berbicara menyemangati dirinya sendiri sambil merapikan tempat tidurnya. Sekarang ia berbaring di atas ranjangnya. Ia membuka kembali pesan yang tadi siang terkirim padanya, seakan tidak percaya. Jika sekarang ia sedang bermimpi, ia tidak ingin bangun karena mimpinya terlalu indah jika hanya menjadi bunga tidur. Aura melakukan olahraga sebentar, dirinya sudah cukup lelah, tapi entah mengapa ia tidak mengantuk juga. Tapi, setelah ia melihat jam di dinding yang menunjukkan sudah lewat dari tengah malam ia memaksakan dirinya untuk tidur. Ia ingin besok tetap berada di kondisi terbaik dirinya apalagi saingannya pasti hebat-hebat. Hal.tersebut membuatnya merasa harus lebih belajar agar dapat hasil yang baik kali ini. Setelah sekitar satu jam berolahraga, Aura mendinginkan tubuhnya sebentar dan mencuci mukanya. Ia memakai beberapa skincare agar dapat terlihat maksimal besok. Senyum yang sejak tadi menghiasi wajahnya bahkan tidak terlihat menghilang sekalipun. Meski begitu ia tidak ingin terlalu percaya diri dan bertindak sombong. Ia harus lolos dan menjadi aktris yang terkenal terlebih dahulu agar dapat menyombongkan dirinya dengan benar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN