Aura berlari sekencang mungkin menuju halte. Entah kenapa cuaca yang tadinya cerah bahkan matahari bersinar dengan terangnya tiba-tiba berubah menggelap dan langit pun ikut mengeluarkan tangisnya. Waktunya satu jam lagi sebelum ia harus tiba di gedung Highlight Ent. untuk melanjutkan audisinya.
Persiapannya yang rapi hari ini mendadak kacau saat hujan turun. Bahkan tadi pagi ia sempat mengecek perkiraan cuaca hari ini yang harusnya cerah tanpa ada pertanda untuk hujan. Belum lagi ia tidak membawa payung ataupun jas hujan, jika sampai kehujanan habislah dia hari ini.
Aura mundur perlahan mengambil tempat teraman dari sentuhan air hujan. Sialnya lagi kini halte dipenuhi oleh orang-orang yang juga menunggu bus sepertinya. Dan ada juga yang sekedar berteduh dari derasnya hujan yang mulai turun.
Entah mengapa rasanya lama sekali daripada biasanya, padahal jika sesuai dengan jadwal, bus harusnya tiba 5 menit sebelum ini, mungkin karena jalanan padat sehingga bus terjebak macet dan terlambat. Aura merapatkan kembali dirinya ke barisan yang sedikit ke belakang, cahaya kilat di langit seakan menertawakan Aura dan kekhawatirannya. Ia sudah bertekad untuk audisi kali ini harus berhasil bagaimana pun juga.
Tinnn.... Tinnn....
Aura menatap ke arah kanan, beberapa meter darinya kini ada bus yang baru saja datang. Ia bersiap berdiri ketika bus tersebut semakin dekat dan mengambil gilirannya, namun ketika mendekat bus terlihat sudah cukup penuh. Sejenak Aura memberi jalan untuk orang yang turun dari bus, tidak banyak membuat kondisi bus masih cukup penuh karena beberapa orang terlihat berdiri. Langkah kaki Aura maju, ia hendak mengambil langkah masuk namun terhalangi dengan seorang pelajar yang melewatinya duluan.
"Maaf, sudah penuh. Silakan menunggu bus selanjutnya."
Kondektur bus itu memberikan penjelasan sambil menutup akses masuk ke dalam bus, lalu ia menutup pintu lalu membiarkan bus tersebut melaju kembali. Beberapa orang terlihat kecewa, termasuk dengan Aura yang juga ikut kecewa karena ia tidak mendapatkan tempat di bus itu.
Aura kembali menunggu bus selanjutnya datang, semakin lama Aura menunggu ia semakin diliputi kegelisahan, berkali kali juga ia sudah nelihat jam di pergelangan tangannya. Ia tadu gagal menaiki bus dan harus menunggu bus selanjutnya akibat dirinya yang berada di barisan belakang, Aura melihat lagi sebuah bus datang, kali ini ia bersiap maju tidak ingin ketinggalan lagi.
Tinnn.... Tinnnn....
Bus semakin dekat, Aura menatap senang bus yang baru saja datang. Ia segera mengambil posisinya, agak menyalip karena ia tidak bisa ketinggalan bus lagi jika ia tidak ingin terlambat. Sedikit susah memang, karena di jam seperti ini memang biasanya bus akan penuh. Jika tidak segera mengambil kesempatan, akan susah untuk mendapatkan bus.
"Astaga untung dapet," gumam Aura dalam hatinya, ia sangat buru - buru sekarang, jika tadi ia tertinggal bis bisa - bisa ia akan telat sampai.
Saat beberapa penumpang sudah keluar dari dalam bus, seperti yang sudah Aura duga, isi di dalam bus masih cukup penuh oleh penumpang bahkan beberapa penumpang di belakangnya tidak bisa masuk dan harus menunggu lagi. Untungnya, kali ini ia bisa masuk meskipun harus dalam posisi berdiri selama di dalam bus.
Sebenarnya memang jarak tidak terlalu jauh untuk sampai ke Highlight Ent, tapi tetap saja Aura terlalu lelah untuk berjalan kaki apa lagi setelah ia berkerja seharian, itu tidak mudah baginya untuk menyeret kakinya sampai ke depan gedung Highlight Ent.
"Halte Cempaka ada?" tanya sang kondektur, lalu bus berhenti menurunkan beberapa penumpang dan mengangkut penumpang baru.
Perjalanan terasa lama karena bus yang tidak menaikan kecepatan. Hujan membuat jarak pandang menjauh ditambah kabut yang cukup banyak mengurangi jarak pandang, Aura tidak tahu kesialan apa lagi yang akan menimpanya setelah ini.
"Halte Highlight ada?" tanya kondektur.
Aura langsung menyahut dan berjalan lebih dekat menuju pintu keluar yang ada di tengah mobjl. Padahal dari posisinya, pintu keluar depan lebih dekat tetapi jika lewat depan maka ia pasti akan kehujanan. Aura tidak ingin penampilannya kacau, ia sudah menyiapkan dirinya sebaik mungkin meski tidak lama, demi audisi di sini.
Bus berhenti tepat di halte yang dituju oleh Aura, kemudian ia turun dengan mudah. Setidaknya Aura cukup bersyukur karena di halte ini tidak seramai halte tempatnya menunggu tadi sehingga tidak perlu untuk berdesak-desakkan, sehingga ia bisa terhindar dari hujan meskipun ia tidak bisa menghindari angin dingin yang menyapunya.
"Jangan sampai telat," ucap Aura dengan nada suara rendah.
Aura melihat jam di pergelangan tangannya. Waktunya 20 menit lagi sebelum audisinya dimulai. Ia menatap langit yang malah semakin menggelap, ia mulai memikirkan bagaimana menuju gedung Highlight Ent. yang sebenarnya tidak jauh, mungkin sekitar 200 meter dari halte. Tapi tetap saja, jika berlarian tetap saja membuat matanya basah kuyup.
"Lari atau tidak," ucap Aura dalam hatinya, kini ia diliputi oleh kelabilan, jika ia lari sudah pasti akan basah, namun jika tidak ia bisa saja telat karena hujan seakan tidak ingin menunjukkan kapan ia akan berhenti menguyuri bumi.
Aura mengalihkan pandangannya, mencoba mencari orang yang ia kenal atau dapat ia mintai pertolongan agar bisa memberinya tumpangan payung. Seperti jarum di tengah tumpukan jerami, Aura melihat laki-laki yang membuatnya teringat sesuatu. Laki-laki itu berjalan melewatinya, membuat Aura tersadar dalam beberapa detik lalu mengambil langkah sedikit berlari untuk menyusul laki-laki itu.
"Dia!" gumam Aura dalam hatinya saat menatap sosok laki - laki yang baru saja lewat dengan payung di tangannya.
Malu? Jelas, Aura juga malu tiba - tiba berlari ke arah lelaki itu, terlebih ia tidak kenal sama sekali siapa itu. Tapi, pilihannya saat ini adalah menahan malunya jika tidak ingin melewati waktu audisinya.
"Maaf, boleh ikut sampai gedung itu?" tanya Aura menatap laki-laki yang kini menghentikan langkahnya. Mungkin karena kaget, pikir Aura.
"Kamu?" ucap laki - laki itu terkejut, ia bahkan memundurkan jaraknya dari Aura.
Saat laki - laki itu menolehkan kepalanya ke arah Aura, ia sama terkejutnya dengan laki - laki itu. Mana ingat Aura jika itu adalah laki - laki yang sama dengan yang kemarin, melihat itu Aura langsung mengatur ekspresinya.
"Iya aku yang di bus kemarin," ucap Aura berusaha terlihat percaya diri agar terlihat tidak canggung dan tentunya laki - laki itu mau menolongnya, padahal ia juga baru ingat laki - laki ini beberapa detik yang lalu.
"Baiklah," ucap laki - laki itu lalu membagi payungnya dengan Aura yang pundaknya kebasahan karena laki - laki itu menghindar tadi.
Aura berjalan bersampingan dengan laki-laki yang ia susul tadi. Dan kecanggungan yang melandanya membuatnya kini diam seribu bahasa. Waktu terus berjalan tetapi ia tidak menemukan solusi, bodohnya adalah ketika ia lupa membawa payung. Padahal biasanya ia selalu menyelipkan payung lipat di dalam tasnya. Apalagi cuaca yang dengan mudah berubah.
"Maaf, apa boleh jalannya agak cepat?" tanya Aura dengan nada suara yang rendah.
Pikirnya, harusnya ia merasa beruntung tidak ditendang di tengah hujan oleh lelaki ini tapi masih saja meminta yang lain. Tidak ada pilihan lain, ia bahkan menahan rasa malunya untuk menanyakan izin laki-laki itu.
"Kamu kerja di situ?" tanya laki-laki itu, kali ini ia mempercepat langkahnya.
"Audisi," ucap Aura lalu segera berterima kasih kepada laki-laki tersebut.
Aura bergegas berjalan meninggalkan laki-laki itu, karena waktunya tinggal 15 menit lag membuatnya tidak banyak bisa berbicara dengan laki - laki yang sudah menolongnya. Aura menarik napasnya dalam, ia sangat gelisa karena baru sampai sedangkan peserta harus tiba 15 menit sebelum acara dimulai.
"Maaf Pak, ruang audisi di mana, ya?" tanya Aura pada satpam yang berjaga di bagian informasi.
"Lantai dua puluh. Silakan naik lift dari situ ya, yang di sebelah kanan."
Aura mengangguk lalu berjalan menuju lift setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih. Ia berdiri di depan pintu lift menunggu gilirannya. Namun, mungkin karena baru saja selesai jam makan siang banyak pegawai yang baru kembali ke kantor sehingga antrean di lift sangat ramai.
Aura benar-benar gelisah, apalagi hanya dua lift yang berfungsi. Meski sedikut heran dengan gedung sebesar ini dan pegawai yang banyak mengapa hanya dua lift yang berfungsi. Ia terus bergerak meskipun tetap di posisinya, ia benar-benar bingung karena waktunya yang sudah semakin dikit. Di benaknya kini ia tengah memikirkan apakah harus menaiki tangga atau tidak, tapi jika menaiki tangga mungkin ia akan memakan waktu yang lebih lama.
Aura merasa kaget saat tiba-tiba ia merasa ada yang menarik lengannya. "Kamu?"