BAB 8

1072 Kata
Matahari yang perlahan mencuatkan sinarnya membuat Aura mengerjapkan matanya beberapa kali, udara dingin sehabis hujan membuat suasana pagi itu terasa sangat bagus untuk bermalas-malasan. Bunyi alarm dari jam cukup mengusik Aura, dengan setengah tertidur ia meraba lemari yang berada disamping ranjangnya. Ia menekan bagian yang mematikan alarm ketika berhasil menemukan jam di lemari. Selimut yang turun ditarik oleh Aura, namun baru saja ia hendak meneruskan tidur nyenyaknya ponselnya berdering. Dengan mata yang setengah terbuka, ia merogoh ponselnya yang semalam ia letakkan di bawah bantal yang berada disampingnya. "Halo," ucap Aura dengan suara yang serak. "Selamat pagi Aura, saya manager kamu. Saya tunggu kamu di kantor jam sembilan pagi. Jangan harap kamu bisa telat." Aura mengerjapkan matanya beberapa kali, ia menatap ponselnya masih terlihat nomor yang baru saja memanggilnya. Tanpa pikir panjang, Aura berusaha menghilangkan kantuk yang mengusiknya. "Maaf kasur, hari ini kita musuhan dulu ya," gumam Aura berdiri dari tempat tidurnya. Setelah beberapa kali mengusap matanya, ia melirik jam di lemari yang tadi ia matikan. Matanya sedikit membelalak saat melihat jam yang menunjukkan pukul 08.15 pagi. Waktunya sangat singkat jika ia harus bersantai, dengan semangat ia langsung berjalan menuju kamar mandi dan bersiap-siap. Bunci pintu terkunci membuat Aura langsung menarik kunci dari lubangnya, dengan sedikit tergesa-gesa ia berlari menuju halte bus. Rambutnya ia ikat menggunakan kuncir yang ia tarik dari pergelangan tangannya. Untuk hari ini, ia berharap semua berjalan dengan lancar dan tidak memiliki halangan. Tidak lama, bus berhenti membuat Aura sedikit tergesah berjalan menuju pintu masuk buz. Iastakut bus penuh dan ia harus menunggu bus selanjutnya yang memakan waktu semakin lama. "Neng, boleh nenek duluan?" Aura menoleh dan melihat seorang nenek yang berumur sekitar 60 tahunan. Ia membiarkan nenek itu masuk terlebih dahulu setelah itu ia langsung duduk. Bus mulai berjalan, Aura semakin masuk. Ia melihat nenek tadi berdiri memegang tiang bus dengan tidak seimbang. Saat pandangannya menyusuri bus semua kursi sudah terisi. "Maaf Mas, boleh kursinya untuk Nenek ini?" Aura menepuk pundak seorang lelaki berusia sekitar 30-an, ia berbicara sambil menunjuk nenek yang berada di sampingnya. "Saya sebentar lagi turun, Mbak," balas lelaki itu cuek. "Udah gak apa-apa Nak," balas nenek tadi lembut. "Maaf banget Mas, nenek ini kelihatannya lebih lemah. Apa gak bisa Mas berdiri sebentar? 'kan katanya sebentar lagi turun." Lelaki itu menatap kesal Aura, "ini bukan bus nenek lo ya Mbak," ucap lelaki itu kasar membuat penumpang lain menatap lelaki itu dengan kesal. "Di sini ada Mbak," ucap seorang ibu-ibu dengan belanjaan yang cukup banyak. "Mas pindah aja kenapa sih!? Kasihan, masa ibu-ibu yang repot begini aja mau ngalah." Beberapa orang yang merasa kasihan ikut memberikan nasihat pada lelaki itu. Kemudian, lelaki itu berdiri dari tempatnya duduk. "Nenek, duduk di sini Nek." Aura sedikit bergeser dan meraih tangan nenek itu membantunya untuk duduk di kursi. "Terima kasih ya, Nak," balas nenek itu ramah bahkan gengaman tangan Auta tidak dilepaskannya. "Nama kamu siapa, Nak?" lanjut nenek tersebut menatap Aura yang berusaha menyeimbangkan dirinya. "Nama saya Aura," balas Aura tidak kalah ramah. "Nama kamu bagus, semoga kamu selalu bahagia ya Nak." Aura mengangguk berterima kasih kepada nenek itu. "Maaf Nek, Aura permisi dulu udah mau sampai." Aura menunjuk kantor Highlight Ent. pada nenek tersebut dan meminta izin untuk pindah keposisi yang dekat dengan pintu keluar. Nenek itu mengangguk dan memperingatkannya untuk hati-hati karena kondisi halte yang ramai. *** Aura beristirahat di ruang latihan setelah hampir satu jam mendapatkan omelan dari kak Shyn ---managernya--- , padahal ia hanya terlambat satu menit saat datang tadi. Itupun, sebenarnya ia sudah datang di waktu yang tepat, tetapi ia hanya tersesat mencari ruang kerja kak Shyn. Banyak omelan yang Aura dapat, tapi tidak membuatnya menyerah. Tapi, ia sedikit menyesal karena jika ia datang tepat waktu harusnya ia sudah dapat mulai latihan untuk pertama kalinya. Sayangnya ia telat sehingga ia harus telat latihan dan mendapatkan hukuman waktu latihan yang lebih panjang. "Gimana udah istirahatnya?" Aura menatap kak Shyn yang baru saja kembali membawa sebotol air, sebenarnya di ruang latihannya terdapat kulkas mini tetapi sayangnya karena baru dipakai sehingga kulkas itu masih belum terisi. "Udah Kak," balas Aura lalu bangkit dari posisi duduknya. "Kita keliling dulu ya, saya akan tunjukin beberapa ruangan kantor ini. Meskipun kamu gak berhubungan langsung dengan staff, penting buat kamu tahu biar gak kesasar lagi." Aura mengangguk lalu mengikuti kak Shyn yang terlebih dulu memimpin jalan. "Ini ruang staff sama pelatih yang nantinya akan ngelatih kalian." Aura menatap pintu yang berlapis kaca, dari dalam terlihat cukup banyak staff yang tengah sibuk dengan berbagai dokumen dan tulisan di komputer mereka. "Kalo ini ruang pantry, di depannya toilet. Kita gak perlu ke sana," lanjut kak Shyn. "Ini ruang latihan, ruang kamu tadi sama ada 2 ruangan lagi di sebelahnya semuanya sama aja. Tapi trainee-nya aja yang berbeda, ruang latihan di lantai ini tertinggi. Jarang bisa latihan disini, biasanya dari lantai bawah. Tapi, karena penilaian kamu saat audisi bagus jadi kamu bisa dapat fasilitas terbaik di sini." Mendengarkan penjelasan kak Shyn membuat Aura mengangguk mengerti, saat menandatangani kontrak exclusive tadi pagi membuatnya juga cukup kaget. Untuk pendatang baru sepertinya sangat jarang mendapatkan kontrak sebaik itu, tapi mendengar penjelasan kak Shyn ini semua setelah rapat dan diskusi mendalam dari para ahli. Kak Shyn berjalan melewati jembatannyang menyatukan gedung latihan dan gedung utama. Kalo yang di ujung koridor ini adalah ruang staff untuk syuting, sedangkan yang di pinggir ini adalah ruangan wakil pimpinan." "Berarti staff buat produksi film di lantai ini kak?" "Iya di lantai ini dan di lantai bawah. Karena wakil pimpinan juga penanggung jawab untuk produksi film jadinya di atur seperti ini. Di depan ruang wakil pimpinan ruang rapat," jelas kak Shyn lagi. Aura menatap setiap ruangan yang dijelaskan oleh kak Shyn, untuk koridor ini lebih sepi dari koridor sebelumnya. Menurut penjelasan kak Shyn, para staff sedang syuting di luar kota. "Tangga ini, buat ke ruangan CEO kita, tapi gak bisa sembarangan yang bisa naik. Kecuali memang punya kepentingan, di atas juga ada ruang rapat untuk rapat bersama CEO." Kak Shyn menunjukkan sebuah tangga menuju sebuah ruangan yang tidak dapat aku lihat. Bahkan kak Shyn pun tidak membawaku naik ke atas. "Sekarang, kamu bisa kembali ke ruang latihan. Kamu bisa pemanasan dulu, sekitar satu jam lagi pelatih akan datang membantu kamu. Saya akan melanjutkan pekerjaan saya," ucap kak Shyn. Aura segera mengangguk, lalu menatap punggung kak Shyn yang semakin menjauh sebelum dirinya kembali ke ruang latihan. "Aura!" Aura menghentikan langkahnya saat mendengar suara yang terdengar tidak asing baginya. "Agry?" ucap Aura setelah membalikan badannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN