BAB 23

1454 Kata
Suara alarm berdering di kamarnya membuat Aura mengeluh, ia menjulurkan tangannya lalu mematikan alarm itu dengan cepat. Matanya masih terpejam, untuk sekadar sekali membuka saja sudah terasa sangat berat. Aura masih sangat mengantuk, tubuhnya juga masih terasa sangat lelah. Ia terlalu banyak menari kemarin sampai - sampai semua tubuhnya terasa sakit bergerak sedikit saja, kaki Aura juga sedikit luka karena berlatih menggunakan sepatu. Aura kembali memejamkan matanya meskipun beberapa detik kemudian, alarm kembali berbunyi membuat Aura mau tidak mau harus membuka matanya kembali. Aura menatap jam yang ada di alarm dalam genggamannya, sekarang hampir pukul 6 pagi. Rasanya Aura tidak ingin bangun dari kasur untuk saat ini, kasur seakan memiliki lem yang berhasil merekatkannya saat ini. Setelah beberapa saat Aura memejamkan matanya, ia kemudian membuka matanya. Hal yang pertama Aura rasakan ia seakan mendapatkan tenaga lebih karena membuka dengan cepat, Aura takut jam berlalu dengan cepat dan dia kembali tertidur. Bisa - bisa ia akan menerima omelan dari kak Shyn karena datang telat, Aura juga menarik paksa tubuhnya yang berbaring dan duduk untuk beberapa saat di atas kasurnya. Dering ponsel di pagi hari membuat rasa kantuk Aura semakin menjauh sedikit demi sedikit, ia menatap layar ponselnya yang memancarkan sinar membuat matanya menyipit karena terlalu silau di antara kegelapan kamarnya ini. Nama kak Shyn tertulis jelas di layar ponselnya, melihat itu tanpa perlu berpikir Aura langsung mengangkat panggilan itu. "Halo Aura, apa kamu sudah bersiap?" tanya kak Shyn dari balik telepon. Saat terduduk, Aura merasakan kepalanya terasa agak pusing. Leher belakangnya juga terasa agak berat, membuat Aura mengusapnya perlahan. Aura merasakan dirinya terlalu lelah, tapi ia tidak bisa banyak beristirahat. Aura memijat keningnya yang kini terasa agak pusing, "aku akan segera bersiap kak," saut Aura cepat. Kak Shyn berdecak di balik telepon, "kamu ini, sekarang sudah jam berapa. Cepat bersiap dan jangan kecewakan pak Agry yang sudah dengan baik ingin membantumu!" ucap kak Shyn lalu mematikan panggilan mereka sebelum Aura menyaut. Aura langsung bangkit dari kasurnya, kak Shyn sudah mengomelinya. Aura menyadari jika ini memang salahnya juga, ia sendiri tidak menyangka akan sengantuk ini padahal semalam ia sudah tidur secepat mungkin. Namun memang tidak buia dipungkiri, latihan kemarin juga membuat Aura merasa sangat lelah. Karena harus menari sepanjang malam, kakinya terasa sangat sakit bahkan untuk berjalan. Jarinya juga sedikit membengkak karena sepatu yang ia gunakan, Aura berpikir untuk membeli sepatu baru agar nyaman latihan. "Aura cepat!" gumamnya pada dirinya sendiri. Tangan Aura segera mengambil handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi, ia menggantung handuk itu lalu mulai menanggalkan satu persatu pakaiannya. Aura berdiri di bawah air yang mengguyur deras, ia segera menyabuni dirinya terlebuh dahulu lalu membasuhnya. Hampir 10 menit berlalu, Aura mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Dinginnya air masih seolah tidak bersahabat dengan Aura, padahal sangat sering ia mandi di pagi hari apa lagi jika ada pekerjaan pagi. Aura keluar dari dalam kamar mandi, ia berjalan ke arah lemari lalu mengambil jeans, kemeja lengan panjang yang oversize dan juga kaus hitam. Ia lalu memakainya dengan cepat, jam semakin berpacu. Bahkan sekarang sudah jam 6 lewat, Aura harus lebih cepat meskipun stasiun ada di dekat tempat tinggalnya tapi tetap saja Aura harus lebih cepat. "Tas," gumam Aura terburu - buru, ia mengambil tasnya lalu membawanya dengan cepat ke depan. "Hp," gumam Aura merutuki dirinya sendiri, ia lupa memasukkan ponsel yang masih ada di atas ranjangnya. Secepat mungkin Aura kembali masuk ke kamarnya, ia kemudian berjalan kembali ke depan memakai sepatunya kemudian langsung mengunci pintunya. Aura melirik jam yang ada di pergelangan tangannya, "cepet banget," gumam Aura saat melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah 7 pagi. Aura segera berjalan keluar, mengunci pagarnya lebih dulu lalu berjalan dengan agak terburu - buru. Rencananya, Aura akan naik taksi saja di jalan raya depan. Ia takut jika malah akan telat jika berjalan kaki, meskipun Aura agaknya merasa akrab dengan Agry tapi tetap saja di kantor Agry adalah atasannya. Meskipun entah mengapa Agry enggan di panggil bapak jika tidak sengaja berpapasan, tapi tetap saja Agry merupakan atasan kak Shyn yang berarti merupakan atasan Aura juga. Langkah kaki Aura dipercepat olehnya, keringat juga mulai membasahi keningnya. Aura bahkan tidak sempat berdandan selain hanya memakai sun screen, padahal jika ada kak Shyn tentu saja Aura akan mendapatkan omelan yang tidak sebentar. "Penampilan penting bagi seorang aktris ataupun idol," ucapan kak Shyn selalu terngiang - ngiang di pikiran Aura. Mengingat itu Aura lalu semakin mempercepat langkahnya, ia beberapa saat kemudian ia sampai di jalan raya. Aura berhenti sejenak sambil mengatur napasnya yang memburu, lalu saat Aura hendak melanjutkan perjalanannya sebuah mobil berhenti di hadapan Aura. Namun, Aura terus melanjutkan jalannya. Mobil itu 'pun mundur membuat Aura senakin bingung. Aura berhenti, kaca mobil itu kemudian turun di sana ia melihat Agry menatap dengan senyum tipis. "Ayo masuk," ucap Agry memberi tahu Aura untuk segera masuk. Aura terdiam karena terkejut, "kok?" ucap Aura bingung. Keterkejutan Aura semakin bertambah saat melihat di mobil itu ada Agry, ia menatap Aura dari balik setirnya. Aura tidak pernah menyangka sama sekali jika ia malah akan bertemu dengan Agry di sini, keterkejutannya bahkan membuat Aura terdiam selama beberapa saat. "Ayo masuk keburu macet," ucap Agry menyadarkan Aura, segera Aura membuka pintu lalu masuk ke dalam mobil. "Sabuk pengamannya," lanjut Agry mengingatkan, Aura segera memasangkan sabuk pengaman lalu mobil Agry berjalan dengan kecepatan sedang. Aura menatap Agry yang tengah menyetir di sebelahnya, meski tatapan mata Agry ke depan namun ia sadar jika Aura sudah menatapnya selama beberapa saat. Aura juga mengatur napasnya, ia berkeringat karena mempercepat langkahnya tadi. "Tenang aja aku gak nunggu kamu di sana, cuma kebetulan aja kamu keluar dan aku lewat buat menuju stasiun," ucap Agry menjelaskan, ia tahu dengan jelas apa yang saat ini ada di pikiran Aura. "Tapi terima kasih banget," ucap Aura, ia sangat berterima kasih dan merasa bersalah karena hampir telat. Mungkin, jika tadi ia tidak bertemu Agry sudah pasti Agry akan menunggunya di sana. Ponsel Aura tiba - tiba berdering, nama kak Shyn tertulis di layar. Jantung Aura berdegup kencang, ia takut jika kak Shyn kembali mengomel namun panggilan itu tetap di angkat oleh Aura. Sebelum mengangkat panggilan dari kak Shyn Aura menatap Agry, "aku boleh angkat telepon?" tanya Aura meminta izin terlebih dahulu, Agry mengangguk mengizinkan. "Halo kak," ucap Aura setelah mengangkat panggilan itu. "Udah ketemu dengan pak Agry?" tanya kak Shyn dari balik telepon. Aura mengangguk meski tidak terlihat, "udah kak," saut Aura. Kak Shyn bernapas lega saat ia tahu Aura tidak telat, "ya sudah jaga diri kamu," ucap kak Shyn berpamitan, lalu panggilan itu berakhir. Aura lega, sepertinya rasa kesal kak Shyn padanya tadi pagi sudah menghilang. Itulah kak Shyn yang Aura tahu, ia tidak pernah memperpanjang masalah. Hanya saja Aura terkadang tidak enak, padahal kak Shyn sudah mengurusnya dengan baik tetapi terkadang Aura membuat kesalahan yang akhirnya membuat kak Shyn ikut susah juga. Sejak kak Shyn jadi managernya, kak Shyn selalu berkata jika kita tidak boleh egois. Terkadang keegoisan kita malah akan merugikan lebih banyak orang, dan kak Shyn selalu memperingatkan Aura untuk melakukan apapun yang terbaik yang bisa dilakukan. Untuk urusan berhasil atau tidak, semua akan terbayar dengan usaha - usaha yang sudah di lakukan. "Shyn?" tanya Agry seakan mengerti, Aura mengangguk membenarkan. "Kita sarapan dulu ya, aku belum sarapan. Tenang aja gak akan telat sampai set," ucap Agry, Aura bernapas lega sebenarya ia juga merasa lapar karena semalam tidak sempat makan malam. Saat istirahat setelah latihan menari, Aura memang tidak makan malam. Ia hanya membeli cake dan minuman saja. Semalam memang ia tidak dalam mood untuk makan malam karena terlalu lelah, untung saja Agry menawarkannya sarapan. Aura menganggukkan kepalanya, "oke," saut Aura singkat, ia juga merasa canggung sebenarnya. Tidak lama Agry membelokkan mobilnya ke sebuah ruko yang sepertinya belum dihuni, "makan di sini gak apa - apa kan?" tanya Agry menunjuk warung sarapan pagi yang ada di pinggir jalan. Aura mengangguk, "gak masalah kok," ucap Aura dengan senyum tipis. Sama saja dengan menaiki kendaraan apapun mau itu kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum semuanya sama saja bagi Aura, begiru juga makanan. Mau makan di mana saja tidak masalah bagi Aura baik di restoran biasa, restoran berbintang atau sekadar makan di warung pinggir jalan juga bukan masalah. Agry mematikan mesin mobil setelah memarkirkannya, "ayo," ajak Agry setelah melepaskan sabuk pengamannya, Aura juga melepaskan sabuk pengaman lalu ikut keluar bersama dengan Agry yang sudah keluar lebih dulu beberapa saat lalu. Mata Aura melihat, meskipun warung makan ini tidak begitu besar dan terletak di pinggir jalan tetapi pembeli yang ada di warung makan ini cukup ramai. Sepertinya, memang rasa tidak bisa di beli meskipun dengan tempat nyaman dan berpendingin ruangan jika kualitas makanan memang bagus tetap tidak bisa terkalahkan begitu saja. Agry membalikkan badannya menatap Aura yang berdiri diam di belakangnya, "Aura ayo," panggil Agry, mendengar itu Aura mengangguk lalu berjalan mendekat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN