BAB 16

1389 Kata
Hari ini adalah hari latihan teaternya, memang bukan hal yang baru untuk Aura karena memang ia sudah latihan di teater ini lebih dari 1 tahun. Namun, meski begitu hari ini lebih spesial daripada hari - hari sebelumnya, tidak hanya spesial tapi juga merupakan hari yang sangat penting bagi Aura. Sejak ia secara resmi menandatangani kontrak ini adalah pertama kalinya Aura akan menjalani penilaian pertamanya sebagai trainee, ia harus terus meningkat setidaknya itu yang di katakan oleh kak Shyn sebelum akhirnya pembagian karakter di umumkan. Awalnya, Aura mengira setelah audisi ia akan segera mengetahui hasil lulus atau tidaknya beserta penjelasan seperti karakter apa yang akan ia mainkan nanti. Tapi nyatanya tidak seperti itu, karena Film ini banyak di nanti pemilihan pemain merupakan persaingan yang sangat sengit sehingga akan di umumkan secara bertahap setidaknya itu yang Aura dengar dari kak Shyn. Napas Aura semakin memburu, ia dan rekannya sudah berlatih dari tadi pagi untuk pertunjukan nanti sore. Aura juga sudah memberikan tiket masuk kepada kak Shyn dan kejutan lainnya adalah Aura tidak tahu siapa nanti yang akan menjadi jurinya karena kak Shyn masih terus merahasiakan kepadanya. "Kerja bagus ayo istirahat! Kita tidak hanya menunjukkan pertunjukan kepada penonton tapi menunjukkan dukungan kita kepada Aura!" ucap sutradara dengan pelantang suara, mendengar dukungan dari rekannya membuat Aura semakin ingin berjuang dengan keras. Aura tentu saja senang mendengar dukungan yang tidak pernah berhenti dari mereka, tidak pernah Aura sebahagia ini setelah sekian lama. Ia sangat - sangat bersyukur karena belakangan hanya ada hal - hal baik yang datang kepadanya. Jika bisa berharap, Aura sangat berharap jika waktu berjalan seperti ini seterusnya dan tidak akan pernah berubah. "Aura!" panggil sutradara kepada Aura. Mendengar panggilan itu Aura dengan bersemangat berjalan mendekat, "iya kak," saut Aura, ia kemudian langsung melangkah mendekat ke arah sutradara. Jangan mengira Aura tidak sopan memanggil sutradara dengan sebutan 'kak' bukannya 'bu', di teater ini karena di jalankan bersama jadi setiap orang sama - sama bersepakat untuk saling memanggil dengan sebutan 'kak' yang mungkin tidak berlaku di teater lain. Atas nama kekeluargaan, panggilan itu tentu saja mempengaruhi setiap orang di teater. Akibatnya, semua orang benar - benar bersikap seperti keluarga dan keakraban semua yang ada di depan maupun di balik layar sangat erat. "Ini latihan kedua kita hari ini sekalian terakhir, setelah ini pertunjukan yang sebenarnya. Kakak harap kamu bisa melakukannya dengan baik dan kami semua akan mendukung kamu, jangan gugup. Tampil seperti biasa," ucap Gita sang sutradara pertunjukan kali ini. Jujur saja dukungan dari semua orang juga memberikan sebuah beban di pundak Aura, ia harus memikulnya dan berusaha untuk menunjukkan yang terbaik agar beban di pundaknya itu tidak menjadi beban sesungguhnya tetapi menjadi sebuah semangat yang harusnya membuat Aura lebih merasa terpacu. Mata Aura berlinang, ia mengangguk pelan. "Iya kak makasih untuk dukungannya," ucap Aura menyeka air mata yang entah bagaimana turun dari sudut matanya. Aura merasa senang dipertemukan dengan Gita di pertunjukkannya ini, jujur saja Gita sangat memperhatikan semua staf dan pemeran sehingga semua orang berkerja dengan senang tidak penuh tekanan atau beban. Gita tersenyum kecil, "berterima kasihlah saat kamu sudah jadi idola besar," ucap Gita menepuk pelan pundak Aura. Mendengar ucapan itu membuat Aura langsung mengaminkannya dari dalam hatinya yang terdalam, "kak," ucap Aura ia tersenyum memeluk Gita erat. "Udah jangan nangis kita di sini untuk bersenang - senang, ayo sekarang kamu siap - siap. Tampilkan yang terbaik," ucap Gita lalu pelukan di antara merek terlepas. Gita mengambil pengeras suara lalu mendekatkannya ke arah bibirnya, "sekarang pukul 12 siang, kita makan siang bersama lalu jam 2 kita akan mulai bersiap. Semua berhenti kita istirahat dan makan," ucap Gita menggunakan pengeras suara, semua staff dan pemain menghentikan kegiatan mereka dan mengikuti arahan sutradara. "Ayo makan siang dulu," ucap Gita dan Aura lalu mengangguk sebelum mengikuti Gita yang berjalan di depannya. Di sudut lain dan di atas meja sudah ada berbagai hidangan yang tersedia untuk makan siang, memang biasanya mereka akan memesan catring untuk makan jika akan ada pementasan karena makan di luar tentu saja akan menghabiskan waktu. Aura mengambil makanannya lalu duduk di pinggir panggung sambil menikmati makannya, tiba - tiba Tama datang mendekati Aura membawa piring yang juga sepertinya berisi makanan mata Aura dan Tama bertemu satu sama lain. "Aku boleh 'kan duduk di sini?" tanya Tama, ia meminta izin terlebih dahulu sebelum duduk. Tama adalah pemeran utama pria di pentas ini yang artinya ia adalah pasangan Aura di cerita, meski begitu Aura dan Tama cukup akrab karena mereka sering kali latihan bersama sambil mengatur emosi mereka agar yang di tampilkan benar - benar karakter yang di luar karakter diri pemain. Aura tersenyum kecil dan mengangguk, "duduk saja," ucap Aura pelan. Sebenarnya Aura sedikit merasa canggung dengan Tama, tapi semua orang di teater ini saling mendukung. Selain di cafe milik winda, teater ini adalah satu - satunya tempat lain yang dapat membuat Aura merasa nyaman. Sebelumnya, semua orang tahu jika Aura bersikap dingin dan tidak terlalu peduli dengan apapun. Namun di sini, ia bersikap layaknya orang lain. Bagi Aura hanya ada satu alasan mengapa, itu karena Aura merasa nyaman dan juga semua orang tidak menatapnya dengan pandangan penuh rasa kasihan. "Semangat untuk hari ini," ucap Tama tiba - tiba, Aura yang hendak menyendokkan makanan ke mulutnya menghentikan gerakan tangannya. Aura mengangguk, "kamu juga," ucap Aura dengan tulus. Tama mengangguk, "ada yang mau aku bicarakan setelah pentas apa bisa kita bertemu?" tanya Tama menatap Aura dalam, jujur saja Aura terdiam beberapa saat karena bingung dengan ucapan Tama yang tiba - tiba ini. Sejenak Aura terdiam ia berpikir sejenak apakah ia memiliki waktu setelah ini, setelah beberapa saat berpikir Aura mengangguk menyetujui. "Boleh kalau nanti gak ada hal yang mendesak aku bisa," ucap Aura memberikan jawaban jelas. Tama membalas dengan anggukan tegas, kemudian Aura dan Tama menikmati makan siang singkat itu sambil membahas mengenai penampilan mereka tadi selama latihan. Aura sangat gugup sebenarnya, namun ia tidak ingin membuat orang lain lebih gugup darinya. Bagaimanapun, ia yang membuat orang lain ikut bertambah gugup karenanya. "Ayo sekarang waktu ya bersiap Aura dan Tama kalau selesai segera bersiap," ucap salah seorang staf mengingatkan, Aura dan Tama mengangguk kompak lalu mereka kemudian menyesap air minum mereka Setelah itu Aura dan Tama langsung berdiri dari tempat mereka duduk tadi, mereka kemudian meletakkan kembali piring mereka di meja lalu berjalan masuk ke ruang persiapan. Salsa masuk ke dalam kamar mandi terlebih dahulu, ia berniat untuk membasuh tubuhnya yang terasa gerah. Udara dari penyejuk ruangan tidak membuat Aura merasa dingin, ia malah merasa gerah dan juga gugup. *** Hari ini adalah hari yang sangat penting untuk Aura karena penilaiannya akan dilakukan hari ini, sejak semalam Aura tidak bisa mengatur jantungnya yang terus saja berdegup dengan sangat kencang. Ia benar - benar gugup saat ini, bahkan lebih gugup saat harus mengikuti tes kemarin. Aura memandang dirinya yang terpatut dari depan cermin, wajahnya saat ini tengah di rias. Ia semakin gugup saat menyadari waktu berlalu dengan begitu cepat, kurang dari 15 menit lagi panggung akan di buka. Dari ruang rias Aura dapat mendengar sorakan yang terdengar begitu kencang saat pembawa acara membuka acara ini. "Di depan udah rame kak?" tanya Aura dengan suara bergetar, jujur saja makin dekat dengan waktunya jantung Aura semakin berdegup kencang. Kak Shyn mengangguk, "tenangkan diri kamu dan tampilkan sebaik mungkin," ucap kak Shyn mencoba untuk menenangkan Aura, kepala Aura otomatis mengangguk. Kak Shyn juga memberi tahu jika para penilai akan hadir hari ini. Aura menjadi semakin gugup untuk penilaian pertamanya, semua seakan berlalu dalam satu kedipan mata bagi Aura. "Gugup ya," ucap kak Shyn yang baru kembali dari depan, ia kemudian duduk di samping Aura. Karena tidak bisa menatap langsung ke arah kak Shyn, Aura menatapnya dengan cermin di depannya. Aura mengangguk membenarkan apa yang dikatakan oleh kak Shyn, "aku pasti bisa 'kan kak?" ucap Aura, entah mengapa ia tiba - tiba meragukan dirinya sendiri. Kak Shyn menepuk pelan pundak Aura, "kamu sangat bisa," ucap kak Shyn dengan tegas. Aura menganggukkan kepalanya, "iya kak aku pasti bisa," ucap Aura mencoba untuk menaikkan kembali rasa percaya dirinya. "Kakak akan ke depan kamu ambil ini," ucap kak Shyn lalu memberikan sebuah kertas kecil kepada Aura dan kemudian kak Shyn melangkahkan kakinya ke depan. Aura membuka kertas yang tadi diberikan oleh kak Shyn, ia membacanya perlahan. Semua akan baik - baik saja jika kamu yakin pada dirimu sendiri, tunjukanlah Aura yang hebat di depan semua orang. Kamu pasti bisa!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN