SEMBILAN BELAS

1440 Kata
Di dalam jeruji besi Kei belum juga membuka kelopak matanya. mereka di dalam ruangan yang gelap dan pengap di seluruh penjuru ruangan. Lantai tanpa alas yang terasa sangat dingin menyentuh setiap permukaan kulit, suara nyamuk dan lalat berdengung di penjuru ruangan. Bercak darah yang mengering menghiasi setiap sisi dinding, aroma besi berkarat serta bau mayat yang sudah membusuk menusuk kuat ke dalam indra membuat perut bergejolak ingin muntah. Suara pintu besi berderik, tanda seseorang memasuki ruangan sempit nan gelap. derap langkah kaki yang terdengar semakin mendekat, Kei bisa melihat dengan jelas meski kelopak matanya hanya sedikit terbuka. seorang pria yang mengenakan jubah hitam berpadu merah darah dengan gambar abstrak khas kerajaan menuju ke arahnya. “Inikah menu makan malam kita nanti?” tanya pria yang merupakan salah satu pangeran vampir kepada Chris yang berada di belakangnya. Dengan menunduk penuh hormat, Chris berkata, “Benar, Tuanku. Merekalah yang berani memasuki wilayah hutan hitam tanpa izin bersama seekor serigala, Tuanku.” jelasnya. Chris merupakan salah orang kepercayaan keluarga kerajaan yang bertugas melayani pangeran sulung calon raja vampir. “Serigala? lalu … dimana anjing busuk itu? berani-beraninya seekor serigala memasuki wilayahku!” sang pangeran sangat geram mendengar ada seekor serigala menyusup. “Serigala tersebut sudah mati, Tuanku. serigala itu hanya seekor serigala biasa. bukan golongan werewolf.” Chris menjelaskan. Kei sangat sedih saat mendengar bahwa Jack sudah meninggal. Sampai akhir, Jack selalu melindungi Keiyan beserta keluarga. Kei sudah menganggap Jack seperti adik sendiri meski telah disembunyikan di dalam hutan. d**a Kei terasa sangat sesak. Kei sangat tahu bahwa selama ini Jack yang telah melindungi dan mengawasi Ibu dari kejauhan selama kalian berada di kota. Tanpa sadar Kei menitikkan air mata dan merasa sangat kehilangan. “Baguslah kalau sudah mati. Aku tidak ingin ada seekorpun ada anjing busuk berada di wilayahku. Kalian juga harus memastikan mereka mata-mata atau bukan. Jangan sampai ada satupun informasi yang keluar dari kastil ini.” titah pangeran yang bernama Alex. “Baik, Tuanku.” Chris menunduk hormat memberi jalan pangeran Alex agar berjalan terlebih dulu. Keduanya meninggalkan Kei dan Endrew yang masih memejamkan mata. Sepeninggal pangeran Alex, Kei membuka kelopak matanya. Ia mencari-cari keberadaan Endrew. Cara melihat seseorang berada di ruangan seberang. Endrew sama kacaunya dengan dirinya saat ini. Kedua tangan dan kakinya diikat rantai. darah berlumuran di kepala, rambut yang acak-acakan, serta pakaian yang sobek sana-sini tanpa menggunakan alas kaki. Nampak jelas sekali bahwa Endrew baru saja mendapatkan siksa dari pangeran vampir. Hati Keiyan terasa sakit bagai diiris dengan sebilah pisau melihat sang sahabat lemah tak berdaya. Bukankah Endrew memiliki tongkat sihir? mungkin itu bisa digunakan untuk mengeluarkan diri dari penjara tersebut. Akan tetapi tidak mungkin mereka menggunakan tongkat tersebut disaat keadaan Endrew seperti itu. mungkin saja tongkat itu sudah diambil dengan paksa oleh para prajurit Pangeran vampir. "Kek, bangun, kek. apa kamu bisa mendengarku? Cepat Buka matamu, kek." sebisa mungkin Keiyan berusaha untuk membuat Endrew sadar dari pingsannya. Perlahan Endrew membuka kelopak matanya, ia tersenyum ketika melihat Keiyan sudah sadar dan dalam keadaan baik-baik saja. Kei bisa mendengar ada seseorang yang akan datang. Keiyan sadar, sejak ulang tahunnya yang ke dua puluh tahun, semua panca indra Keiyan meningkat tajam setiap kali ia merasakan sakit dan panas bersamaan. Beberapa pengawal datang menuju sel yang ditempati oleh Keiyan. setelah gembok besi yang besar dibuka, dua orang pengawal langsung masuk dan mengikat tubuh Kei agar tidak memberontak. salah satu pengawal tersebut mengeluarkan sebilah pisau kecil beserta sebuah cawan. pergelangan tangan Kei disayat menggunakan pisau tersebut dengan cawan yang berada di bawah tangan Kei sebagai wadah darah yang keluar. “Ayo, Pangeran sudah menunggu,” ucap salah satu pengawal itu. Para pengawal pergi meninggalkan Keiyan begitu saja tanpa melepas ikatan pada tangan dan kakinya. Yang Kei tahu, Kei akan dijadikan salah satu penghasil darah untuk memenuhi kebutuhan darah keluarga kerajaan. begitu yang Kei lihat pada salah satu pengawal tersebut. Pangeran Alex sedang berada di dalam kamarnya sembari membaca sebuah buku usang yang Kei bawa. Namun, Alex masih belum bisa membaca tulisan aneh tersebut. Entah tulisan apa itu, hingga Alex frustrasi dibuatnya. Dengan gerakan kasar, Alex menutup dan melempar buku tersebut ke atas nakas. Terdengar suara ketukan pintu dari pelayan. “Pangeran, ini makan malam anda,” ucap pelayan tersebut setelah masuk kedalam kamar serta menaruh cawan tersebut di atas nakas, dan segera berlalu. “Apakah ini darah manusia itu?” tanya Alex sebelum pelayan itu benar-benar pergi. “Benar, Pangeran.” Alex hanya mengangguk, pelayan tersebut segera pergi meninggalkan kamar junjungannya itu. Ada sedikit rasa ragu saat hendak mengangkat cawan berisi cairan kental berwarna merah tersebut. Perlahan Alex menyambar cawan tersebut dan menghirup aroma yang menguar dari dalamnya. "Hmm… harumnya manis dan wangi." Kembali menghirup aroma yang memabukkan. Alex seakan tak bosan menghirup anyir darah tersebut. Aroma darah milik Keiyan seakan menjadi candu yang membuat Alex melayang. Perlahan tapi pasti, Alex menyesap cairan kental itu dan merasakan sensasi yang baru pertama kali ia rasakan. Dalam beberapa saat cairan kental di dalam cawan itu sudah tandas. Entah mengapa Alex merasa tubuhnya sangat lelah dan sangat ingin beristirahat. Kelopak matanya seakan mempunyai daya tarik hingga terasa sangat lengket. Padahal hari masih sore, dan Alex baru saja terjaga dari tidur lelapnya. Alex memutuskan untuk kembali berbaring pada peti yang berada di sana. Di tengah aula kerajaan, seseorang duduk di atas singgasana. Dialah raja Arsel, raja kaum vampir yang bijaksana yang selalu didampingi oleh sang istri tercinta ,Ratu Ellena. Seorang pelayan telah masuk kedalam aula kerajaan guna mengantar santapan junjungan mereka yang masih disibukkan oleh masalah kerajaan.Seperti biasa, pelayan akan menaruh dua buah cawan berisi darah segar keatas nakas dan segera kembali. Sang Ratu mengendus aroma yang sangat asing, ini baru pertama kali ia mencium aroma yang sangat harum dan memikat. ia mencari sumber asal aroma yang sangat menggelitik perut sang ratu. “Aroma apa ini? kenapa harumnya sangat nikmat?” sambil mengendus di sekeliling. Sang Ratu berhenti tepat di depan nakas, serta mencium aroma makanannya yang baru saja terhidang. “Pelayan!” ratu Ellena memanggil pelayan untuk segera masuk. Raja Arsel ,menatap sang istri yang masih setia berdiri untuk menghirup aroma darah di dalam cawan. Raja Arsel menghentikan aktivitasnya yang sedang membaca laporan kerajaan. seraya bertanya, “Ada apa Ratu? kenapa sedari tadi kau tak juga duduk? apakah ada yang menarik perhatianmu?” Raja Arsel baru saja menghirup aroma darah yang sangat harum memabukkan, seakan tahu apa yang sedang dipikirkan oleh sang istri. Karena memang raja Arsel sendiri juga memiliki pertanyaan yang sama perihal aroma yang tidak biasa itu. Seorang pelayan sudah masuk kedalam ruangan raja dan duduk bersimpuh, dengan lembut sang Ratu bertanya, “Darah apa yang telah kamu hidangkan hari ini? kenapa aromanya berbeda?” pelayan tersebut sangat takut, meski ratu bertanya dengan lembut, tetap saja di dalam hati pelayan itu sangat amat takut. “I- itu darah manusia buruan Pangeran, Ratu.” jawab pelayan tersebut dengan gugup. Raja dan Ratu saling bertatapan, seakan berbicara hanya lewat pandangan mata. Seketika raja Arsel menatap tajam pelayan tersebut dan berkata, “Darah manusia? apa kalian yakin ini darah manusia biasa?” raja Arsel menekankan kata manusia biasa dalam pertanyaannya. Sebab tidak ada darah yang seharum dan semanis ini di Dunia immortal. “Yakin, Baginda. bahkan pengeran sendiri sudah mencicipi darah manusia itu.” jawab pelayan tersebut jujur. Ratu meletakkan kembali cawan berisi cairan kental itu ke atas nakas tanpa meminum meski hanya setetes. “Alex … di mana pangeran Alex sekarang?” tanya Raja. “Pangeran saat ini berada di kamarnya, Baginda.” Raja memberi isyarat agar pelayan itu kembali melakukan tugasnya. “Ratu, apa kau tahu apa yang aku pikirkan?” Ratu mengangguk karena memang Ratu juga memiliki pemikiran yang sama akan aroma yang tidak biasa itu. Keduanya bangkit dan segera menuju kediaman Pangeran Alex. "Semoga saja pangeran belum meneguk darah tersebut," batin Ratu Ellena. Sesampainya di dalam kamar pangeran, Ratu segera membuka peti tempat Alex tidur terlelap. “Pangeran Alex,” ratu memanggil sambil menepuk-nepuk wajah Alex. Kini raut wajah ratu sangat ketakutan, wajahnya yang sudah pucat semakin pucat karena takut terjadi sesuatu kepada putra satu-satunya itu. Raja Arsel menemukan sebuah buku kuno yang berada di atas nakas dan membuka buku tersebut. Betapa terkejutnya raja Arsel ketika membaca isi dari buku tersebut. “Ini … tidak mungkin!” raja Arsel menjatuhkan buku tersebut ke lantai. “Ada apa, Baginda?” ratu semakin takut saat melihat raja Arsel yang shock setelah membaca buku usang itu. “Alex telah melakukan kesalahan.” dengan mata yang menatap kosong. “Apa maksud ucapan Baginda? kesalahan apa yang sudah diperbuat Alex?” “Firasat kita benar, Ratu. Alex telah menikmati darah dari pemilik buku ini. Dan itu artinya Alex akan tetap terbaring seperti ini selamanya.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN