Prolog

716 Kata
Kota ini tidak pernah tidur, dan di tengah keramaian serta gemerlapnya, dua dunia berbeda bersiap untuk bertemu. Di sebuah gedung perkantoran megah, langit-langit tinggi dipenuhi dengan cahaya neon dari gedung-gedung pencakar langit di luar jendela kaca besar. Di lantai tersebut, seorang pria muda dengan penampilan tampan yang memikat berdiri di depan meja kayu mahoni. Dia adalah Alexander Romano, seorang pengusaha muda yang sangat berpengaruh, memiliki segalanya yang bisa diimpikan oleh banyak orang: kekayaan, kekuasaan, dan pesona yang memikat. Tetapi ada sisi gelap di balik pesonanya yang menawan, rahasia yang tak seorang pun tahu. Di sisi lain meja, seorang wanita muda dengan rambut cokelat panjang terikat rapi memandang tajam pada pria di hadapannya. Gadis itu adalah Isabella Carter, seorang mahasiswi cerdas yang berusaha keras untuk mencapai mimpinya. Meskipun hidup dalam keterbatasan, dia memiliki tekad dan semangat yang tak tergoyahkan. Sebagai asisten pribadi Alexander, dia bekerja keras untuk mengelola berbagai tugas dan tanggung jawabnya. Hari itu, takdir telah menggambarkan pertemuan mereka yang tak terduga. Perusahaan tempat Alexander bekerja membuka lowongan pekerjaan, dan Isabella memutuskan untuk melamar. Ini adalah kesempatan emas bagi Isabella, dan dia ingin membuktikan bahwa dia pantas mendapatkan pekerjaan tersebut. Mereka bertemu pertama kali di ruang tunggu perusahaan. Isabella memasuki ruangan dengan raut wajah tegang, sementara Alexander, yang sedang duduk di sana, memperhatikannya dengan seksama. Ketika mata mereka pertama kali bertemu, ada kilatan yang tak terduga di antara mereka. Kedua orang itu merasakan ketertarikan yang mendalam, seolah-olah ada magnet yang mempertemukan mereka. Wawancara berlangsung cukup baik, tetapi Isabella merasa sangat tegang di hadapan pria yang begitu tampan ini. Setelah selesai, Alexander memutuskan memberikan tur singkat di luar kantor, yang saat itu sebagian besar sudah kosong. Di jalanan itu, malam mulai menyelimuti kota ini dengan suasana yang misterius. Namun, takdir memiliki rencana lain. Sementara mereka berjalan-jalan, Alexander mendekati Isabella dan menawarkan segelas anggur. Isabella, yang jarang mengonsumsi alkohol dan memiliki toleransi yang sangat kecil, setuju tanpa memikirkannya terlalu banyak. Mereka berdua mulai mengobrol dan tertawa, suasana menjadi semakin santai. Tetapi, tanpa disadari, satu gelas anggur berubah menjadi dua, tiga, dan seterusnya. Isabella merasa kepalanya mulai berputar dan pandangannya semakin kabur. Dalam keadaan mabuk yang tak terduga, keduanya merasakan ketertarikan yang begitu kuat satu sama lain, hingga akhirnya mereka terlibat dalam situasi yang penuh gairah. Situasi yang penuh gairah itu terjadi ketika Alexander dan Isabella ditempatkan dalam suasana yang semakin intim dan sensual setelah mereka minum anggur bersama. Gemerlap kota yang tidak pernah tidur memberikan latar belakang yang romantis dan misterius. Alexander, dengan ekspresi penuh pesona, memandang Isabella dengan mata tajam yang memikat. Rasa ketertarikan mulai terpancar dengan jelas. Isabella, yang sudah merasa terdistraksi oleh pesona pria ini sejak pertama kali bertemu dengannya, merasakan detak jantungnya semakin kencang. Mereka duduk berdekatan di sebuah sofa yang nyaman, dan suasana yang sensual mengitari mereka. Alexander meraih tangan Isabella dengan lembut, membuatnya merasa hangat dan gemetar. Goresan jari-jari halusnya di kulitnya membangkitkan sensasi yang menggelitik. Suara anggur yang mengalir dari gelas mereka dan pelan-pelan berdering di telinga mereka, menciptakan atmosfer yang semakin menggoda. Isabella merasa napasnya semakin berat ketika Alexander mendekat, bibirnya yang tampan hampir menyentuh bibirnya. Mereka terjebak dalam momen yang memabukkan, dan gesekan bibir mereka yang pertama kali terjadi membawa gairah yang membara. Ciuman pertama itu seperti ledakan emosi yang telah lama terpendam, memadukan nafsu dan keinginan yang sulit mereka tahan. Perasaan mereka terhadap satu sama lain meledak dalam gairah yang tak terkendali. Mereka meraih satu sama lain, membiarkan tangan mereka menjelajahi tubuh satu sama lain, menemukan setiap titik sensitif yang dapat memicu sensasi yang memenuhi keinginan. Isabella merasa getaran yang mengalir melalui seluruh tubuhnya, dan ketidakpastian yang ada di antara mereka seakan-akan lenyap dalam serangkaian keintiman yang mendalam. Situasi yang penuh gairah itu mempertemukan mereka dalam momen yang tak terlupakan, ketika hasrat dan keinginan bersatu dalam getaran gila. Mereka terikat satu sama lain dengan cara yang tak terelakkan, memulai perjalanan yang tak terduga menuju cinta, intrik, dan misteri yang akan mengubah hidup mereka selamanya. Keesokan paginya, Isabella terbangun di tempat tidur yang asing, tubuhnya terasa lemah, dan ingatannya buram. Dia menemukan dirinya dalam situasi yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya, dan seolah-olah takdir telah mengambil alih hidupnya. Tetapi di balik kebingungannya, ada sesuatu yang menggelitik di hatinya, pertanyaan yang mengganggunya: Apa yang sebenarnya terjadi malam sebelumnya, dan bagaimana hal ini akan memengaruhi hidupnya dan hubungannya dengan Alexander Romano?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN