Naufal Dan Cintanya Yang Kandas

1369 Kata
Begitu tiba di tempat hiburan malam yang Heri berikan alamatnya, Della langsung mencari seseorang yang dicarinya. Naufal, lelaki yang sudah menjadi suaminya sejak enam bulan lalu itu, terlihat sudah tergelatak tak berdaya dengan kepala di atas meja. Heri yang melihat Della datang, langsung memanggilnya dengan memberi kode lambaian tangan. “Tidak sulit bukan menemukan kami di sini?” tanya Heri terkekeh. “Hem, ya. Keberadaan kalian terlalu mencolok. Jelas saja mudah untuk dikenali,” jawab Della asal. Nyatanya ia sempat celingak celinguk ketika pertama kali masuk ke tempat haram tersebut —haram menurut pandangan pribadinya. “Benarkah? Padahal aku pikir bukan hanya Naufal yang mabuk malam ini.” Heri kembali menjawab. Kali ini Della hanya diam tidak merespon. “Jadi, sejak kapan ia pulang ke Jakarta?” tanya Della seraya duduk di sebelah sang suami. Ia tahu Naufal tak akan mendengarnya mengobrol dengan Heri. Oleh sebab itu dirinya sengaja mencari lebih banyak informasi apa saja mengenai sang suami agar dirinya tidak salah ketika mendapat pertanyaan dari kedua mertuanya. “Kamu tahu Naufal pergi?” Heri menatap heran. “Dari siapa? Rafael?” “Tidak penting aku tahu dari mana, aku hanya ingin tahu sejak kapan ia pulang?” Heri terlihat mendesah. “Aku sudah bilang supaya Rafael tidak memberi kamu banyak informasi mengenai Naufal.” “Kenapa?” tanya Della tak mengerti. Lelaki di depan perempuan itu tampak menarik napas, lalu membuangnya kasar. “Kami tahu alasan pernikahan kalian. Kami juga tahu betapa kamu bersungguh menjadi istri yang sebenarnya. Tapi karena perlakuan Naufal yang sebaliknya ke kamu, bikin aku dan teman-teman lain memutuskan untuk berusaha menjaga hati kamu, Del.” “Menjaga hati aku? Memang kenapa dengan hati aku?” “Tentu saja kami enggak mau kamu sakit hati atau marah melihat tingkah Naufal yang belum berubah sampai sekarang.” Della terlihat tertawa. Perempuan itu seperti mendengar sebuah lelucon yang keluar dari seorang lelaki yang juga sama brengseknya. “Kenapa? Apa ada yang lucu?” “Enggak. Aku Cuma enggak ngerti aja sama kalian berempat. Aku pikir kalian semua mempunyai sifat yang tak jauh berbeda, tetapi kenapa Naufal tidak bisa seperti kalian masih bermain-main di usia kalian yang masih muda.” Seketika Heri tertawa. Gantian menganggap ucapan Della kali ini lucu hingga membuatnya tertawa. “Jawabannya Cuma satu, Naufal terlalu bodoh dan bucin ketika sudah mencintai seorang perempuan.” “Ehm, ya ... aku pikir juga begitu. Jiwa muda yang meronta-ronta. Harus terkukung dan terikat dalam tali pernikahan.” Tawa Heri kemudian terhenti. Kalimat Della begitu santai dan tenang. “Apakah kamu tidak cemburu sama sekali, Del?” “Cemburu kenapa?” “Iya ... aku yakin kamu tahu keseharian Naufal setelah menikah dengan kamu. Mabuk-mabukan dan bermain perempuan. Tapi anehnya, kenapa kamu masih bisa terlihat santai?” Apa yang Heri katakan membuat Della terkejut. “Naufal bermain perempuan? Selain Stefany?” tanya perempuan itu yang seketika membuat Heri tersadar kalau ia sudah salah bicara. “Ehm, so-sorry, Del. Aku kayanya salah ngomong.” Heri tampak tak enak hati. Gesture tubuhnya kini lain —sesekali memalingkan wajah ke arah lain. Della tahu apa yang Heri katakan adalah kenyataan. Tapi, ia tak mau memaksa laki-laki itu untuk bercerita kalau ia sendiri enggan. “Jujur aja aku enggak tahu sama sekali tentang Naufal. Sampai pernikahan kami yang berjalan setengah tahun lamanya, tak ada info lain yang aku tahu selain Naufal yang di-skorsing oleh tim-nya karena skandal video kami, juga hubungan cintanya yang diputus secara sepihak oleh Stefany.” Heri menatap Della serius. Sebenarnya ia kasihan dan iba pada perempuan di depannya itu. Pernikahan yang seharusnya bisa disudahi tanpa ada yang tersakiti, nyatanya masih bertahan dengan Della yang bersikap layaknya seorang istri sungguhan. “Kamu kasih kabar Naufal mabuk aja aku kaget tadi. Enggak nyangka usianya yang masih muda berani untuk meminum minuman haram kaya gini,” ujar Della sembari geleng-geleng. “Eh, maaf kalo kamu tersinggung. Di sini aku hanya membicarakan Naufal, bukan kamu atau kalian,” lanjut Della yang baru menyadari kalau Heri juga meminum apa yang suaminya minum. “Enggak masalah, Del. Lagian usiaku lebih tua dari Naufal,” kekeh Heri mencoba mencairkan suasana. Keduanya pun kemudian sama-sama tersenyum. Tak berapa lama, terdengar Naufal mengigau menyebut nama Stefany. Nama yang sudah tidak asing di telinga Della dan menganggap hal tersebut biasa dan lumrah. “Ia baru dimarahi oleh Stefany. Perempuan itu benar-benar memutus hubungan dengannya,” ucap Heri tiba-tiba. “Bukannya sejak pernikahan kami perempuan itu sudah bilang demikian?” sahut Della yang ingat dengan ucapan Stefany kala itu. Della mendengar dengan jelas karena perempuan itu berbicara pada Naufal tepat di depannya. “Ya ... tapi Naufal masih keras kepala. Sampai berkali-kali ia menghubungi Stefany dan tidak mendapatkan balasan, akhirnya membuat si Bodoh ini berangkat ke luar negeri demi untuk menemui perempuan itu.” Della mengerti sekarang. Jadi, sejak beberapa hari suaminya tidak pulang, ternyata ia pergi mencari pujaan hatinya yang sudah memutus kontak dengannya itu. “Ehm, baiklah. Sepertinya sudah cukup informasi yang aku berikan. Entah akan bertingkah apalagi ia sekarang setelah kekasihnya tak mau lagi bertemu dengannya,” ujar Heri yang kini terlihat lebih santai sebab dilihatnya wajah Della yang sudah tidak setegang tadi. “Maaf kalo akhirnya aku juga harus angkat bicara mengenai kegiatan Naufal selama ini. Ck, padahal aku sendiri yang melarang Daniel dan Rafael cerita ke kamu, Del. Tapi, ya ... sudahlah, mungkin cukup itu saja sikap buruk Naufal. Jangan ada lagi sikapnya yang lain, yang malah akan mencoreng pernikahan kalian itu,” lanjutnya kesal. Della sendiri sepertinya tidak mau berlama-lama lagi berada di tempat yang tidak sesuai dengan dirinya itu. Hingar bingar musik yang dimainkan oleh seorang DJ, juga bau minuman dan rokok yang tersebar memenuhi ruangan sangat membuatnya tak nyaman. Bahkan, ketika ia melihat dengan jelas banyak wanita-wanita penghibur yang berkeliling mencari mangsa, membuat perasaannya semakin tak enak. Ia mual dan muak sebab melihat penampilan mereka yang sungguh seksi nan menggoda. Betapa aduhai liukan tubuh mereka demi merayu calon pembeli jasa di malam itu. Demi melihat itu semua, Della tak bisa membayangkan saat Naufal bermain-main dengan salah satu dari mereka. “Ya sudah, kalau begitu aku permisi dulu. Tapi, mungkin sebelumnya aku bisa minta tolong padamu untuk membawa Naufal sampai ke parkiran? Aku lihat sepertinya mobil Naufal ada di sana.” “Tentu saja. Dengan sangat senang hati,” ucap Heri yang kemudian beranjak bangun. Lelaki itu lantas mencoba mengangkat tangan sang kawan untuk ia lingkarkan di bahunya. “Stefany ... Stefany!” Kembali Naufal bergumam ketika Heri berhasil membuatnya berdiri. Meski tidak bisa berjalan sempurna, Naufal masih bisa dibawa keluar dengan diseret sampai tempat parkir. “Oh iya, Del. Secara pribadi aku, Daniel, dan Rafael belum sempat meminta maaf ke kamu secara langsung. Waktu kami mendapat hukuman dari ayahmu, setelahnya kami enggak sanggup meminta maaf ke kamu. Kami terlanjur malu atas perbuatan bodoh yang udah kami lakukan demi membantu Naufal.” Ada kesungguhan di wajah Heri ketika ia menyampaikan maaf kepada Della. Della mendengar kalimat itu dengan tulus. Lagipula sudah enam bulan kejadian tersebut berlalu. Trauma yang ia alami terhadap Naufal saja berangsur memudar, terlebih pada tiga laki-laki yang juga terlibat dalam aksi tak terpuji malam itu. “Kalau aku tidak memaafkan kalian, mungkin aku tak akan pernah menghubungi Rafael, kamu atau Daniel bukan?” Seketika ada senyum yang tersungging di bibir Heri. Laki-laki itu tahu, Della adalah perempuan baik yang Tuhan ciptakan untuk Naufal, sahabatnya. “Del, aku harap kamu tidak terjebak dengan niat kamu sendiri, yah?” ucap Heri tiba-tiba ketika mereka sudah sampai di luar kelab dan mencari mobil Naufal yang sebelumnya Della lihat terparkir di sana. “Maksud kamu terjebak?” Della menatap Heri tidak mengerti. “Iya, aku hanya khawatir kamu akan sakit hati bila terus bersikap baik pada Naufal. Sebab sepertinya lelaki bodoh ini tak akan pernah paham mana perempuan yang harus ia cintai dan mana perempuan yang seharusnya ia lupakan.” Della hanya tersenyum menanggapi ucapan Heri. Karena ia tahu laki-laki itu sangat mengenal Naufal lebih dari siapa pun. “Doakan saja aku baik-baik saja. Juga Naufal, yang sudah tak bisa lagi menemui kekasihnya. Semoga ia menyadari jika cinta tidak bisa dipaksakan,” ucap Della yang tak lama kemudian masuk ke mobil, lalu duduk di balik kemudi setelah Heri membantu mendudukkan Naufal terlebih dahulu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN