Part 7. Revenge

1781 Kata
Menjadi tegar itu satu-satunya pilihan ketika berhadapan dengan mantan dan istrinya -- kanaya putri -- *** Naya yang baru saja terlelap, kembali membuka mata karena ketukan di pintu yang tidak kunjung berhenti. "Nay ... Nay ... ada yang cariin kamu tuh di depan. Kamu tidur ya? Nay ... Naya." Naya yang masih mengumpulkan nyawanya itu mengedip-ngedipkan mata. Sungguh matanya masih terasa berat untuk dibuka. Namun, suara yang dikenalinya sebagai suara Bimo itu, tak jua menghilang. Membuat Naya mau tidak mau memaksa kelopak matanya untuk terbuka. "Nay ... Bapak-Bapak sama anaknya, Nay. Dia bilang datang buat nemuin kamu. Apa aku suruh pulang aja Nay?" teriak Bimo dari balik pintu kamar yang Naya tempati. "Bentar Bim!!" teriak balik Naya. Bimo mendesah lega. Hampir lima menit dia mengetuk pintu, dan memanggil-manggil Naya. Syukurlah, akhirnya wanita yang masih berada di dalam kamar tunangannya itu akhirnya merespon. Yayuk sedang mandi, jadi dia lah yang harus memanggil Naya--ketika tiba-tiba datang tamu yang tak dikenalnya--pukul 10 malam, mencari Naya. Hal aneh yang sempat membuatnya mengernyit. Tak lama pintu terbuka, menampakkan Naya dengan kaos longgarnya, rambut diikat membentuk bun di atas kepala--yang terlihat berantakan dengan beberapa anak rambut yang keluar dari ikatan. Sepertinya Naya bahkan tidak menggunakan jarinya, apalagi sisir untuk membuatnya rapi. Pandangan mata Bimo turun kebawah dan o m g dia hanya memakai celana pendek yang tidak sampai menutupi setengah paha, hampir tak terlihat karena ukuran kaosnya. Mulutnya menganga. Ini pertama kalinya Bimo melihat penampilan bangun tidur sang sahabat. Ya ... bimo yakin Naya baru saja bangun tidur, dan mungkin saja kesadaran wanita itu masih belum 100%. "Minggir Bim ... jangan ngalangin jalan." Naya mendorong tubuh Bimo yang masih menganga itu ke samping, lalu keluar melewatinya begitu saja. Refleks, kepala Bimo menoleh. "Eh .. Nay .. itu .. itu .." Bimo berniat mengingatkan Naya akan penampilannya yang kurang pantas untuk menemui tamu, tapi dia bahkan kehilangan kata-kata.  Naya hanya menoleh sebentar, lalu kembali berjalan--bahkan sedikit melompat-lompat, ketika menuruni anak tangga. Sampai di lantai satu, Naya langsung tersenyum lebar mendapati siapa yang berdiri di ruang tamu. Naya masih mengingat pertemuan pertamanya beberapa minggu lalu dengan gadis cilik bernama Mekka, yang langsung membuatnya jatuh hati. Gadis cilik yang waktu itu terlihat malu-malu dengan rona merah di kedua pipinya. Naya yang saat itu memutuskan untuk tinggal di PT FURIN lebih lama, mengingat flight yang dia ambil untuk kembali ke semarang masih 3 jam lagi, sementara meetingnya sudah beres, akhirnya berkenalan dengan Mekka. Anak itu bahkan langsung meminta Naya menemaninya menggambar, dan mewarna. Mekka sangat senang ketika Naya membuatkannya gambar seorang pricess disney. Dari situlah awal pertemanannya dengan Mekka, yang ternyata merupakan putri dari Alka. Bahkan dari mulut baby sitter Mekka, Naya mengetahui bahwa Ibu Mekka sudah meninggal, saat melahirkan Mekka. Jadi, status Alka saat ini adalah duda.  Setelah pertemuan itu, Beberapa kali Mekka meneleponnya, hanya untuk berceloteh tentang teman-teman TK nya, atau kegiatannya di sekolah. Naya dengan senang hati mendengarkan dan menanggapinya sesekali. Membuat hubungan keduanya menjadi semakin dekat. "Mekkaaaaa ...!!" teriaknya. Yang dipanggil namanya, langsung menoleh dan tersenyum lebar. Gadis lima tahun itu bahkan berlari menyongsong Naya. Naya membungkukkan tubuhnya menyambut pelukan Mekka, lalu mengangkat gadis kecil itu. Mereka tertawa bersama.  Sementara di ujung sana, seseorang berdiri dengan mata melotot dan tubuh kaku melihat penampilan Naya. Bimo yang berjalan di belakang Naya meringis, merasa tidak enak meliat sang tamu yang tampak shock melihat penampilan kacau sahabatnya tersebut. "Um ... silahkan duduk. Pak." Bimo berjalan menghampiri Alka.  "Perkenalkan, saya Bimo, tunangan sahabat Naya." Bimo memperkenalkan diri dengan mengangsurkan tangan kanannya. Alka yang beberapa detik masih shock--mengerjap perlahan. Tersadar, ia segera menyambut uluran tangan Bimo, sembari tersenyum kaku. "Saya Alka. Papanya Mekka." Dia menunjuk gadis kecil yang masih ada dalam gendongan Naya sambil meringis--ketika matanya kembali menyapu penampilan Naya. Dilihatnya Naya masih sibuk menciumi wajah bocah itu, hingga si bocah menjerit kegelian. "Silahkan duduk dulu." Bimo kembali mempersilahkan, ketika Alka masih berdiri. Alka mengangguk, kemudian berjalan menuju sofa dan mendudukinya, diikuti Bimo yang memilih duduk di sofa yang bersebrangan dengan Alka. "Maaf malam-malam begini saya bertamu," buka Alka. "Mekka tidak mau menunggu sampai besok, untuk bertemu dengan Naya" jelasnya yang diangguki oleh Bimo. Sementara itu Naya masih terus menciumi wajah Mekka. Anak kecil itu berteriak-teriak kegelian. "Udah tante ... geli ... Mekka geli." Mekka masih beruasaha menjauhkan wajahnya dari serangan ciuman Naya. Akhirnya Naya menghentikan ciumannya setelah beberapa saat, memperhatikan Mekka yang masih dengan sisa tawanya. Wajah anak itu memerah. "Tante Nana ... di depan ada yang lagi bakar-bakar ... baunya sate," adu Mekka. Matanya yang bulat menatap Naya dengan mulut mengerucut. Naya tertawa geli. "Kenapa? Meka mau sate???" tanya Naya dengan senyum geli. "Boleh tante?" tanya Mekka kegirangan. Senyum lebar menghias wajah cantiknya--dengan sepasang mata bulat yang berbinar. Naya mengangguk. "Tentu saja boleh. Mekka boleh makan sepuasnya," jawab Naya yang membuat Mekka memekik kesenangan. "Asyikkk .." anak itu mencium pipi Naya, hingga Naya tertawa. "Siap untuk makan sate?" tanya Naya dengan alis terangkat. Yang ditanya mengangguk dengan keras. "Siap kapten."  Naya kembali tertawa, lalu membawa Mekka yang masih berada di gendongannya keluar. Melewati ruang tamu, tempat Bimo masih mengobrol bersama Alka. Bimo yang masih asyik berbincang dengan Alka, seketika beranjak berdiri begitu matanya melihat sekelebat tubuh Naya keluar pintu utama "Oh .. tuhan." gumam pria itu. "Ada apa?" tanya Alka kebingungan, tapi tetap mengikuti Bimo berdiri. Bimo berdecak, sembari menggelengkan kepala. "Ck ... itu anak pasti belum sadar kalau dia hanya pakai hot pant," keluhnya. Alka langsung menolehkan kepala ke tempat terakhir dia melihat Naya bersama Mekka. Kosong. Keduanya sudah tidak terlihat. Bimo yang menyadari arah pandangan Alka, menunjuk keluar. "Barusan keluar." Setelahnya, Bimo langsung melangkah menuju pintu utama untuk keluar ke tempat teman-temannya sedang menikmati barbeque. Memangnya kemana lagi Naya kalau tidak ke tempat itu. Alka mengekor di belakangnya dengan sepasang mata menyapu halaman rumah. *** Naya mengamati sekitarnya. Para wanita yang sedang duduk mengitari meja panjang, terlihat sedang menikmati hasil panggangan--sambil mengobrol. Di dekat panggangan ,masih ada Dhani dan Radit yang juga Naya kenal, terlihat masih membolak balik daging. Tiga orang lagi laki-laki sedang duduk-duduk sambil minum kopi disela-sela obrolan. Dan salah satu di antara ketiga laki-laki itu, adalah mantan brengseknya. Naya mendesah, membawa langkahnya mendekati tempat panggangan. "Dhan ... minta dong." Dhani yang merasa dipanggil sontak berbalik--mendapati Naya yang sebentar lagi sampai di tempatnya berdiri. Dengan sumpit yang masih dipegang--kedua mata Dhani melotot. "Apaan sih Dhan!! malah melotot. Bukan hantu nih. Lihat kaki aku menapak bumi." Tidak hanya Dhani yang kaget melihat Naya, tapi juga mereka semua yang ada di tempat itu. Suara Naya yang nyaris seperti berteriak itu membuat semua mata menoleh ke arahnya. "Kamu apa-apaan sih, Nay? malam-malam pake hot pant. Bikin orang panas dingin aja," celoteh Dhani yang setelah sadar dari rasa kagetnya, segera meletakkan sumpit, lalu melepaskan jaket yang dipakainya. Pria itu bergegas menghampiri Naya yang masih terdiam kaku, kemudian melilitkan jaketnya di pinggang Naya. Naya menunduk malu setelah menyadari kecerobohannya. Pantas saja dia merasa kakinya dingin. Sepertinya, tadi nyawanya belum terkumpul semua, sewaktu keluar kamar.  Tahu Naya sedang menahan malu, Dhani langsung mendorong punggung Naya ke meja panjang. Mendudukkan wanita itu di sana--yang langsung memangku Mekka. "Tunggu di sini, aku ambilin daging buat kalian." Dhani langsung melenggang meninggalkan Naya. Naya mengangkat dagunya. Lupakan rasa malu ... lupakan rasa malu. Dia terus mengucapkan kalimat itu dalam hati. Memberi senyum lebar, ia menyapa para wanita yang duduk di depannya. "Hai Nez ... halo Da ..." lalu matanya beralih ke sosok yang ia tahu sebagai istri Abi. "Ah .. kalian pasti belum saling kenal. Nay, kenalin ini Sandra, um ... istrinya, Abi." Inez meringis di ujung kalimatnya. "Dan San, kenalin ... ini Naya, sahabat Rika." Inez adalah kekasih Radit, sedang Ida adalah kekasih Daffa. Bimo, Dhani, Radit, Daffa dan Igor sudah bersahabat sejak kuliah. Mereka sering berkumpul mengajak kekasih mereka masing-masing, dan Naya mengenal mereka karena sudah beberapa kali ikut hang out. Tentu saja karena ajakan Yayuk. Sering kali ia dipasangkan dengan Igor, atau Dhani yang masih jomblo. Tentu saja Naya mengelak, karena baginya dia tidak jomblo. Dia punya pacar bernama Abi meskipun tidak tahu keberadaan pria itu. Naya hanya mengangguk kecil pada Sandra, lalu perhatiannya beralih, saat Dhani datang membawa dua piring steak.  "Tante ... bukan sate?" Tanya mekka. Anak itu menoleh dan mendongak menatap Naya. Naya tersenyum. "Iya ternyata Om Dhani bakar daging steak, bukan sate. Mekka suka daging kan?" Mekka mengangguk, matanya kembali berbinar. "Suka tante. Tiap hari Bibi masak daging di rumah. Iya kan, Pa?" Naya mengikuti arah pandang Mekka. Ternyata Alka sudah duduk di samping kirinya. Dia bahkan tidak menyadari kehadiran pria itu. "Sini.. Mekka duduk sama Papa. Kasihan tante Naya, capek pangku Mekka." Alka mengangsurkan tangannya pada Mekka. Mekka memberengut, lalu kembali mendongak menatap Naya. Naya tersenyum "Mekka duduk sama Papa dulu ya. Tante potongin daging buat Mekka, biar gampang makannya oke?" Dengan enggan, Mekka menyambut tangan Alka, berpindah duduk di pangkuan sang Papa. Naya mulai memotong daging steak kecil-kecil, lalu mengangsurkannya ke hadapan Mekka. Si cantik itu kegirangan dan langsung mengambil garpu untuk memakannya. "Pelan-pelan makannya," pinta Alka pada sang putri. Naya tersenyum mengamati. "Hey ... aku cariin kamu di kamar, tapi nggak ada. Ternyata udah disini." Yayuk memeluk leher Naya dari belakang sambil memberengut. Lalu tatapannya beralih ke samping kiri Naya. "Ah ini pasti Mekka." Gadis kecil yang sedang mengunyah daging itu menoleh ke arah Yayuk lalu mengangguk. "Cantik banget ih, jadi pengin peluk." Yayuk menoel pipi Mekka. Merasa terusik, Mekka memberengut. "Papa ... Mekka nggak suka tante ini," adunya pada sang Papa. Yayuk menganga. "Waduh ... jangan dong, sayang. Tante baik kok. Tanya aja sama tante Naya." Naya mengangkat kedua alisnya menatap Yayuk, lalu beralih pada Mekka yang masih menatap Yayuk sengit. "Ini namanya tante Yayuk, sayang. Sahabat tante Naya. Tadi tante Yayuk cuma gemes aja sama Mekka karena Mekka cantik. Jangan marah, ya. Ayo habisin dagingnya." ia mengusap kepala bocah itu sambil tersenyum. *** Abi yang sudah ikut duduk di meja panjang menatap penuh arti ke arah Naya. Ada penyesalan yang menyeruak dari dalam hatinya. Menyesal, karena sudah menyakiti gadis baik hati itu. Melihat Naya akrab dengan pria asing, dan anak perempuannya--membuat hatinya perih. Namun nasi telah menjadi bubur. Dia tidak bisa memutar balik waktu yang sudah berjalan. Saat ini, dia sudah memiliki wanita yang harus dijaganya. Maka hatinya harus bersiap melihat Naya bersama pria lain. Naya bukannya tidak tahu jika Abi sedari tadi menatapnya. Tatapan sedih, marah, atau kecewa? Naya tidak bisa mendiskripsikannya. Tapi yang ia bisa tangkap ada cemburu dalam tatapan Abi. Naya menguatkan hatinya. Berkata pada dirinya sendiri "This is my revenge. Akan kupastikan hidupmu tidak pernah bisa tenang, Abiyaksa Kurniawan. Kamu akan selalu mengingatku dalam setiap kebersaanmu dengan istri tercintamu. Mark my words." Ia yang sedang berbincang dengan Alka, seketika menolehkan kepalanya, menatap Abi dengan senyum miring 'welcome to hell' batinnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN