BAB 17. Apa Andra Tahu soal Rehan?

954 Kata
Alana bergeming. Lidahnya tiba-tiba saja kaku dan bahkan tangannya sudah tak bersemangat menuangkan sayur itu ke dalam mangkuk. “Apa Andra sudah tahu tentang Rehan?” Winarti bertanya lagi saat Alana masih saja terdiam tanpa suara. Alana mengepalkan tangan yang memegang sendok sayur, sambil memejamkan mata menahan pedih, ia kemudian menggelengkan kepala. “Tidak, Bu. Andra tidak tahu tentang kehamilanku. Dia juga tidak tahu apapun tentang Rehan sampai sekarang. Bahkan, kedua orang tua Andra tahunya bayi yang dulu ku kandung itu sudah ku gugurkan sebelum lahir,” tutur Alana. Yang membuat Winarti memunculkan raut wajah penuh kelegaan. “Ah, syukurlah. Memang akan lebih baik seperti itu.” Winarti mengurut dadanya dengan sebelah tangan. Sekarang hatinya tenang sudah. Sementara Alana menatap Winarti dengan riak wajah yang sendu. Lalu Alana menerbitkan sebuah senyum yang dibuat-buat. “Maafkan ibu jika ibu lebih senang keberadaan Rehan tidak diketahui oleh Andra dan keluarganya. Sebab ibu sudah tidak mau lagi kalian berurusan dengan mereka. Biarlah hubungan yang ada di antara kamu dan Andra saat ini hanya sebagai boss dan bawahan. Biar saja Andra tidak tahu kalau dia memiliki anak sebesar Rehan,” ucap Winarti yang mengelusi sebelah pundak Alana. Membuat Alana terdiam menyelami pikirannya yang juga searah dengan Winarti. Menutup keberadaan Rehan dari keluarga Andra Wijaya adalah satu-satunya pilihan yang tepat untuk ia lakukan. Karena jika keberadaan Rehan sampai terkuak, Alana tidak bisa memastikan keamanan Rehan dari kejamnya kedua orang tua Andra. Tidak! Cukup sudah Darma dan Nita menghancurkan kehidupannya di masa lalu. Alana tidak akan mau membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada anaknya. “Keselamatan Rehan ada di tanganmu, Alana. Ibu berpesan, jangan sampai Andra dan orang tuanya curiga kalau kamu punya anak yang di dalam dirinya mengaliri darah Andra. Sudah pasti kedua orang tuanya Andra tidak akan tinggal diam. Dan tugas kamu sebagai ibu adalah melindunginya,” lanjut Winarti menatap lurus kedua manik mata Alana dengan wajah serius. Kepala Alana kini tertoleh kearah ruang tengah. Dimana Rehan sedang asyik melakukan video call dengan Danu sambil menyemil makanan ringan di atas meja makan. Alana tersenyum tipis saat melihat sesekali Rehan tertawa dan terkekeh pada ponsel pintar di tangannya. Pasti Danu yang mengajaknya bercanda. Melihat tawa Rehan yang selepas itu, Alana berpikir jika ia tidak perlu memberitahukan tentang Rehan pada Andra. Andra sudah memiliki calon tunangan yang akan membuatnya bahagia. Sedangkan kebahagiaan Alana saat ini adalah Rehan—anaknya. ‘Mama janji sayang. Selamanya Mama tidak akan membiarkan siapapun menyakiti kamu. Mama juga tidak akan membiarkan senyum dan tawa yang menghiasi wajah kamu itu luntur, hanya karena ulah orang-orang jahat yang berusaha menyakiti kita. Mama akan selalu melindungi Rehan.’ batin Alana tersenyum memandangi Rehan. *** Pagi ini, Andra duduk di meja makan di rumahnya yang megah. Ia menikmati sarapan bersama kedua orang tuanya. Tangan Andra baru akan memotong roti dengan pisau, saat Nita menegurnya dengan menyerukan nama Sherly. Ah! Seketika napsu makan Andra langsung hilang dari ujung lidahnya. Andra sudah bisa menebak, akan kemana arah pembicaraan Nita dan Darma pagi ini. “Kedua orang tua Sherly sudah bertanya lagi sama Mama dan Papa. Mereka bertanya kapan kamu akan menikahi Sherly? Ingat, Andra! Tuan Arwen itu adalah orang yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan kita. Kalau kamu menikah dengan Sherly, bayangkan akan sebesar apa bisnis kita nantinya,” ujar Nita yang kemudian diangguki setuju oleh Darma yang duduk di sampingnya. Andra mendengus. Saat kedua orang tuanya lagi dan lagi membahas tentang pernikahan, kemajuan bisnis, dan juga tentang Arwen yang tak lain adalah ayah kandung Sherly. Ya. Andra harus menikahi Sherly semata-mata karena kepentingan bisnis mereka. Itulah sebabnya Andra selalu muak saat berdekatan dengan Sherly. Selain centil dan seenaknya, gadis itu juga bukanlah tipe Andra. Yang Sherly banggakan hanya kemewahan. Karena watak gadis itu tak jauh beda dengan watak kedua orang tuanya. “Kapan-kapan saja Andra nikahi dia, Ma,” sahut Andra dengan malas dan sekenanya. Membuat Nita dan Darma mengerutkan dahi mereka. “Andra! Kamu tidak bisa begitu. Perjodohan ini sudah kesepakatan kita dari awal. Kamu akan menikahi Sherly sejak tiga tahun yang lalu, Ndra. Tiga tahun yang lalu. Tapi sampai sekarang, kamu bahkan belum mengatakan kapan tanggal pertunangan kalian akan dilaksanakan!” Darma mulai meninggikan suaranya. Tampak air mukanya sedikit menahan marah atas sikap tak acuh Andra terhadap perjodohannya dengan Sherly. Andra mengangkat kepalanya, menatap Darma dengan mata yang menyipit. “Aku tidak merasa pernah melakukan kesepakatan apapun dengan Tuan Arwen. Bukankah Papa dan Mama sendiri yang menyetujui perjodohan bisnis ini tanpa bertanya dulu padaku? Dan soal Sherly. Katakan saja pada wanita itu. Kalau dia bosan menunggu kepastian dariku dan takut menjadi perawan tua, maka suruh saja dia memilih lelaki lain,” kata Andra yang membuat kedua tangan Darma terkepal di atas meja. “Oh iya. Aku bahkan sangsi kalau Sherly benar-benar masih perawan! Papa dan Mama ‘kan tidak peduli mau perempuan seperti apapun yang dijodohkan denganku. Yang terpenting bagi kalian hanya perempuan itu harus kaya dan sederajat dengan keluarga kita.” Andra tersenyum santai sembari mendorong piring bekas sarapannya yang belum habis lalu ia bangkit berdiri meninggalkan Darma dan Nita. “Mau kemana kamu Andra?!” Darma bertanya dengan suara yang keras. Andra yang baru berjalan beberapa langkah kini menghentikan laju kakinya. Setelah menghembuskan napas kasar, Andra menoleh sedikit ke belakang. “Aku mau berangkat ke kantor, Pa. Selera makanku sudah hilang saat pertama kali kalian menyebut nama Sherly,” jawab Andra lalu kembali melangkah pergi dan menjauhi kedua orang tuanya yang saling mendengus masam di atas meja makan. Rupanya, meski mereka telah mengusir Alana dan memisahkannya dengan Andra sekalipun. Andra tetaplah sulit untuk dipaksa menerima perjodohannya dengan Sherly. Padahal, bisnis besar yang menggurita sudah menunggu di depan mata. Hanya saja kebodohan Andra membuat Darma dan Nita kesal setengah mati. "Pokoknya, mereka berdua harus menikah!" tekad Nita kuat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN