“Kamu mandilah, Alana. Biarkan Rehan istirahat. Ibu mau pergi ke dapur dulu untuk menyiapkan makan malam,” ucap Winarti yang hanya dibalas dengan anggukan pelan oleh Alana. Kemudian wanita paruh baya itu kini berlalu keluar dari kamar. Menyisakan Alana yang memandangi wajah pulas Rehan. Tangan Alana terulur untuk mengusap pelan rambut yang hitam legam itu. Wajah Rehan sungguh tampan meski matanya sedang tertutup sekalipun. Dia benar-benar potongan Andra. Mungkin saat Andra masih seusia Rehan, wajah Andra pun juga persis seperti ini. Ah! Kenapa tiba-tiba Alana jadi memikirkan lelaki itu. Dengan cepat Alana menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir bayangan Andra yang membias di benaknya. Tapi saat itu mata Rehan mengerjap dan terbuka perlahan. “Mama? Mama sudah pulang ya?” gumam