Dry Humping

1151 Kata
Malam ini, John tampil dengan pakaian seperti biasanya. Celana bahan berwarna hitam dan kemeja berwarna putih dengan lengan yang dilipat sampai ke siku. Bahkan dua kancing teratasnya sengaja untuk di buka. Sebuah jam tangan dari brand terkenal turut melingkar di pergelangan tangan kanan pria itu. Tentunya dengan harga yang sangat fantastis. John berjalan dengan santai menuju ke lantai atas, ke ruang VVIP yang sudah dipersiapkan oleh Griffin untuknya. Setiap langkah kaki John memang tidak terdengar karena kerasnya suara musik DJ di lantai bawah. Tapi sepatu hitam yang John kenakan cukup menarik perhatian karena terlihat begitu mengkilap di bawahnya lampu-lampu yang temaram. Tidak hanya ketampanan John saja yang menarik perhatian. Tapi ternyata apa saja yang pria itu pakai memang membuat orang-orang meliriknya. Namun, siapa pun yang berkecimpung di dunia gelap akan langsung menundukkan kepalanya karena mengetahui siapa John sebenarnya. Jika tidak, pasti hanya akan memandang John sama dengan pelanggan yang lainnya. John memasuki ruangan VVIP dan duduk di sebuah sofa dengan lampu ruangan yang memang sengaja dibuat temaram. Saat ini, di hadapannya sudah terdapat sebotol wine untuk menemaninya malam ini. Selain itu, dia juga akan ditemani oleh seorang striptease dancer yang tidak lain adalah Laura. Wanita yang memiliki wajah begitu mirip dengan Sofia. Dari awal ini memang rencana John. Dia bisa bertemu dengan wanita itu lagi, tentunya agar tidak terlihat terlalu mencolok. Agar kesannya mereka bertemu lagi tanpa sadar. John memperhatikan tiang yang sudah ada tak jauh di hadapannya. Seketika John membayangkan wanita itu menari di hadapannya dengan begitu erotis. "Aku jadi tidak sabar untuk menunggunya," gumam John lalu membasahi bibir bawahnya. Tidak sampai 5 menit, John menangkap suara pintu yang terbuka. John menoleh ke arah pintu dan sosok yang dia tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Wanita itu muncul dengan mengenakan coat panjang. "Maaf sudah membuatmu menunggu, Sir." Dari suaranya saja John sudah bisa mengenali wanita itu, meskipun keadaan di ruangan tersebut begitu temaram. John sengaja tidak menyahut, tapi justru mulai menuangkan minumannya ke dalam gelas. John mengangkat gelasnya dan meminum wine nya. Tepat saat John menyandarkan punggungnya ke kepala sofa, wanita itu melepaskan coat panjangnya dan menjatuhkannya ke lantai. John terlihat mulai fokus memperhatikan bagaimana lekuk tubuh Laura yang begitu seksi di hadapannya saat ini. Laura benar-benar menarik perhatian John dengan tubuhnya yang seksi. Apalagi didukung dengan pakaian yang Laura pakai menambah kesan erotisnya. John kembali meneguk minumannya saat Laura dengan erotisnya menari di hadapannya. Berliuk-liuk pada tiang dengan begitu sempurna. Apalagi pada saat Laura berputar dengan kepala yang mendongak ke atas. Begitu juga dengan tubuhnya, sampai-sampai dadaa wanita itu terlihat dari belahan tengahnya. "Damn!" geram John rendah. Dia meletakkan gelasnya di atas meja saat Laura berjalan mendekat ke arahnya, sambil terus bergerak sensual. John tetap saja menunjukkan ekspresinya yang datar saat Laura tiba mendekat. John dapat menangkap jelas bagaimana ekspresi terkejut di mata Laura saat bertatap muka dengannya. Namun, Laura tetap profesional dalam pekerjaannya. John menarik tangan Laura yang hendak kembali ke depan. Dan itu cukup membuat Laura menelan salivanya sedikit kesusahan. "Aku sudah membayarnya mahal untuk malam ini. Bahkan melebihi harga yang seharusnya. Jadi, menari lah tepat hadapanku." Laura menoleh dan tersenyum. Berbanding terbalik dengan pikiran John yang mengira jika Laura akan memakinya. Laura menurut dengan mulai menari erotis tepat di hadapannya. Keringat yang muncul justru menambah kesan keseksian pada tubuh wanita itu. Kemudian, hal yang tidak terduga adalah, Laura membungkukkan tubuhnya dan meraih dagu John dengan berani. "Kau ingin yang lebih dari ini, Sir—" "Nicholas." potong John dan Laura tersenyum. "Baiklah Nicholas, kau ingin yang lebih dari ini? Mengingat kau benar-benar membayarku sangat mahal untuk malam ini." "Apa yang bisa kau lakukan?" "Semuanya bisa, tapi tidak dengan berhubungan intim." John menaikkan sebelah alisnya dan menyahut, "apa semua pelangganmu sering mengajak untuk melakukan hubungan intim?" "Jika tidak, mana mungkin aku memberitahumu sejak awal, Sir—" "Nicholas." sela John menekankan namanya pada Laura. "Kau lebih suka aku memanggil namamu?" tanya wanita itu dan John mengangguk. Laura lantas kembali melanjutkan, "tapi bukankah tidak sopan jika aku seperti itu?" "Apa aku harus membayarmu lagi agar mau memanggilku dengan panggilan nama saja?" Laura tertawa dan menyahut, "tidak perlu. Jangan terus-terusan menghamburkan uang hanya untukku. Uang yang kau bayarkan untuk menyewaku saja sudah lebih dari cukup." Laura mengusap bibir bawah John dengan begitu pelan. Lalu dia berkata, "sepertinya aku tau apa yang harus aku berikan untukmu." Belum sempat John bertanya, Laura sudah berpindah posisi dengan duduk di atas pangkuan John. Dengan paha yang sengaja dibuka dengan lebar, John meliriknya sekilas. Tampak jelas cetakan celana wanita itu. Membuat John harus menelan ludahnya susah payah. "Apa yang kau lakukan?" tanya John ketika tangan Laura membelai dadanya. "Memberimu bonus, Nick. Apa yang akan aku lakukan sekarang tidak pernah aku berikan pada pelangganku yang lainnya." "Apa karena aku menyewamu jauh di atas harga yang seharusnya?" tanyanya dan Laura mengangguk. Tanpa disangka, Laura semakin merapatkan tubuhnya dengan John. Bahkan secara terang-terangan menduduki milik John yang nyatanya semakin mengembung dan mengeras setelah dia duduki. "Kau sadar dengan apa yang kau lakukan saat ini?" Laura meletakkan jari telunjuknya pada bibir John untuk menghentikan pria itu bicara. Sementara pinggulnya bergerak perlahan untuk memancing sesuatu yang berada dibalik celana pria itu. Laura sadar betul dengan apa yang sedang dia lakukan saat ini. Kapan lagi dia menemukan pelanggan muda, gagah dan juga tampan seperti pria ini? Tentu saja Laura harus memperlihatkan keahliannya yang lain pada pria itu agar kembali menyewanya di lain hari. "Eunghh..." Sial! Laura tak bisa menahan lenguhannya sendiri. Dia berniat untuk membuat pria itu yang setidaknya melenguh duluan saat dia mempercepat pergerakannya. Laura memeluk tubuh John dan semakin bergerak liar. Meskipun masih terhalang kain, Laura bersumpah jika rasanya terlalu nikmat. Bahkan Laura bisa memastikan jika milik pria itu memang besar. "Nicholas, apa kau merasakannya?" bisik Laura dan tangan pria itu bergerak meremat pinggang Laura. Ketika sesuatu hampir datang, Laura menghentikan aksinya. Dia turun dari pangkuan John dan tanpa rasa bersalah langsung berjalan menjauh. Laura mengambil coatnya yang berada di lantai dan memakainya. "Kau sengaja ingin mempermainkan aku, Nona?" "Sayangnya waktuku bersama denganmu sudah habis. Jadi, aku harus berhenti." "Di saat aku sudah membayarmu mahal?" "Tapi aku sudah memberikanmu pelayanan plus-plus barusan. Jadi, sampai jumpa lagi Nicholas!" Laura keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan John dengan ereksinya yang masih mengeras di balik celana. "Fuckk you, Laura!" geram rendah John karena Laura meninggalkannya di saat seperti ini. John lantas merogoh ponselnya yang ada di saku celana untuk menghubungi Griffin. Hanya beberapa detik saja, Griffin langsung mengangkat panggilannya dengan cepat. "Ada apa Tuan John? Apa Anda sudah—" "Panggil jalang yang kemarin malam dan minta dia datang ke tempat biasanya. Aku butuh dia sekarang juga." titah John memotong ucapan Griffin di seberang sana. "Baik Tuan John, saya akan segera menghubunginya." Tak perlu menjawabnya, John langsung memutus panggilannya setelah itu. Dia lantas bergegas keluar dari ruangan tersebut. John butuh pelepasan dan gairahnya sedang memuncak saat ini. Itu karena ulah Laura dan John harus mendapatkan wanita untuk dijadikan pelampiasan hasrat serta nafsunya malam ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN