Roger pergi begitu saja ketika Gisella sedang pingsan di kolam renang akibat kepalanya ditenggelamkan. Namun, saat itu ada maid yang tahu kalau Gisella sudah disiksa oleh Tuannya dan dia memanggil Roger karena takut wanita itu meninggal kalau dibiarkan di kolam renang.
"Tuan, wanita yang Anda nikahi itu pingsan sudah setengah jam di kolam renang. Kalau tubuhnya sudah gak kelihatan ke permukaan takutnya dia akan meninggal," kata maid.
"Apa? Aku tidak mau dia mati. Kamu suruh anak buahku mengangkat tubuhnya dan biarkan saja dia sampai sadarkan diri di pinggir kolam renang," jawab Roger dia tidak mau kalau Gisella mati dengan mudah.
"Baik, Tuan kenapa Anda sepertinya semakin kejam sejak Anda membawa wanita itu ke villa ini? Maaf kalau saya banyak bicara, permisi saya akan panggil anak buah Anda untuk mengurusi istri Anda." maid wanita ini tidak berani karena Roger pasti marah besar kalau dia bertanya dan dia langsung pergi memanggil anak buah Roger yang berjaga di luar rumah untuk segera menolong Gisel.
Gisella hanya di angkat tubuhnya dari kolam renang tapi dia dibiakena di lantai samping kolam renang. Sedangkan Roger saat itu melihat wanita itu.
"Hei lemah, bangunlah! Jika kamu tidak bangun, maka aku akan makamkan kamu di makam kedua orang tuamu," ucapnya sambil tangannya memegang pipi Gisella.
Gisella perlahan membuka kedua matanya dan dia berteriak histeris.
"Ampun, jangan sakiti aku lagi." dia terbatuk-batuk sambil mulutnya ke luar air.
"Pergi kamu dari hadapanku! Aku sudah tidak Sudi lagi melihat kamu. Kamu membuatku teringat Ibuku saja, ingin rasanya aku bunuh kamu sekarang tapi belum saatnya." Roger saat itu mengusir Gisel dari hadapannya.
Gisella kepalanya pusing dan dadanya sakit akibat menelan banyak air kolam renang. Dia mencoba bangun dari lantai pinggir kolam renang dan dia berjalan sepoyongan. Maid yang ada di sebelah Roger dia membantu Gisella.
"Cepat bawa wanita ini ke dalam jangan biarkan aku melihatnya lagi." Roger membentak maid itu agar membawa pergi Gisella.
Gisella saat itu bernapas sedikit dan dia lega kalau dia tidak meninggal.
"Sebenarnya apa yang membuat kamu membenci aku Roger? Kenapa kamu bilang kamu benci orang tuaku? Sebenarnya salah mereka apa? Bukannya waktu itu ibumu dipukul Papa tapi dia masih hidup?" Bella sama sekali tidak tahu kalau orang tuanya yang membuat Ibunda Roger meninggal dunia.
Roger sendiri tidak menceritakan pada Gisella kalau Ibundanya meninggal karena dipukul mati kedua orang tua wanita yang dulu dicintainya. Gisella adalah masa lalu yang membuat dirinya sakit.
"Aku tidak akan jatuh cinta pada siapapun sekarang. Karena aku jatuh cinta dan mengungkapkannya di depan beberpaa orang, aku kehilangan nyawa Ibuku. Aku sudah tak percaya cinta lagi." Roger jadi menangis mengingat Ibundanya yang meninggal karena dirinya.
Sekarang Gisella sedang berada di kamarnya dan dia takut kalau Roger akan berbuat begitu lagi.
"Nona, sepertinya Tuan Muda sangat membenci Anda dan saya saran turuti saja kemauannya agar Anda tidak seperti ini lagi. Saya tidak tahu ada masalah apa diantara kalian, tapi Tuan Muda bukan orang yang di masa lalu lagi karena dia ahli waris keluarga Ganesa. Kejam dan ambisius lalu penuh dendam selalu ada kalau tidak dia akan kalah dengan musuhnya." maid ini sudah lama tinggal di villa Roger karena dia maid kepercayaan Kakek Roger.
"Terimah kasih Bibi, bibi baik padaku." Gisella mencoba untuk mengerti apapun yang dilakukan Roger itu karena dendam pribadi di masa lalu.
Setelah itu Gidella diambilkan makanan oleh maid, lalu dia tidur sampai menjelang sore hari. Setelah itu dia nabung mandi dan menyiapkan makan malam. Ketika dia sedang memasak makan malam, Roger datang lalu memeluknya dari belakang.
"Apa yang kamu lakukan? Aku masih masak sekarang?" Giselle risih karena Roger tangannya mulai nakal.
"Buka bajumu sekarang dan masaklah tanpa baju tapi gunakan apron masak. Aku ingin lihat wanita yang aku pelihara ini sebagus apa tubuhnya jika takpa mengenakan baju," suruhnya sambil berisik ke telinga Gisel.
"Kenapa aku harus membuka bajuku? Apa kamu begitu inginnya aku dipermalukan? Tidak aku tidak mau, bagaimana nanti jika ada orang lain yang melihat?" Gisella mencoba menolak perintah Roger tapi pria itu langsung menarik baku Bella merobeknya saat itu juga.
"Jangan! Lepaskan aku! Tolong jangan robek bajuku. Kenapa kamu selalu membuat aku seperti ini? Walalu kita menikah kontrak aku ini istri kamu." Gisella malu karena bajunya langsung dirobek saat itu juga.
Roger tersenyum dengan sinisnya lalu memali Gisella.
"Wanita jalang seperti kamu lebih cocok tak memakai bajum Kamu cantik dan seksi," puji Roger tapi dengan tatapan menghina.
"Sudah puas kamu? Bagaimana aku bisa masak? Teganya kamu sama aku?" Gisella menangis lalu saat itu juga Roger melemparkan apron masak berwarna merah ke wajah Gisella yang dia terduduk lemas tanpa busana di lantai dapur.
"Pakai apron itu, aku ingin gaya baru dalam bercinta. Bukannya kamu di sini akan selalu menjadi pelacurku yang penurut?" Roger menatap tajam pada Gisella.
Saat itu juag Gisella memakai apronnya dan dia memasak karena Roger tidak akan makan malam kalau bika dia yang memasaknya. Roger tidak pergi tapi dia berada di belakang Bella menatap bagian belakang tubuh Bella yang tidak ditutupi apapun karena dia memakai apron.
"Bagaimana kalau kita lakukan sesuatu di sini?" Roger saat itu langsung membelai mesra paha dan b*kong Gisella saat dia masih meneruskan memasak onsemg kangkung kesukaan Roger.
"Roger, cukup! Ah... uh... apa kamu sudah gila? Ini di dapur kalau orang lihat bagaimana?" desahnya karena Roger sudah menulis memasukkan sesuatu yang sudah keras dari tadi ke milik wanita yang ada di hadapannya.
Gisella mematikan kompor karena dia takut gosong masakannya dan pria ini langsung mengangkat sang wanita ke meja kosong dan dia mulai bercinta dengan cara menarik rambut Gisel.
"Sakit! Tolong jangan begini."
"Apa enak? Bukannya kamu dari Indonesia ke Thailand hanya untuk menjual kesucianmu untuk jadi p*****r dengan harga 20 Miliar? Bagaimna mantan Tuan Putri bisa mendesah di bawahku?"
"Ampuni aku. Ah.. uh.."
"Sebentar lagi, kalau jadi wanitaku harus penurut." Roger saat itu langsung mengalami pelepasan sang sangat nikmat dengan gaya bercinta baru di dapur.
Gisella saat itu hanya bisa menangis meratapi nasibnya. Dia benar-benar seperti p*****r murahan yang harus membuka pahanya demi Roger.
'Kenapa aku harus dihina sepeti ini? Bagaimana bisa kabur dari penjara nafsu pria b***t ini? Kenapa hidupku jadi hancur seperti ini?' batin Gisella sambil dia menghapus air matanya.
"Kenapa kamu menangis? Bukannya harus happy tidak perlu kerja, hanya dengan membuka paha kamu untukku sak maka kamu bisa dapat uang?" Roger malah mengatakan hal seperti itu.