10. Curhatan Sahabat

1339 Kata
Salah satu hal yang membuat Aruna tetap tersenyum adalah berada disekeliling sahabatnya. Bersama mereka, dia merasa disayangi juga di inginkan. Setidaknya, masih banyak orang yang membuatnya bahagia. Tentang Rakandaru, dia akan mencoba lebih sabar lagi. Tapi hanya untuk beberapa hari saja. "Eh, Zie. Akhirnya, kesampaian juga kan Lo punya Kakak ipar seperti Aruna" celetuk Ardilla Reziena yang mendengarnya pun, langsung merespons dengan memeluk tubuh Aruna dari arah samping. Sorot kebahagian jelas tercetak diwajah cantiknya. "Jelas dong. Seneng banget, sampai rasanya mau sujud syukur berulang kali" balasnya dengan bangga, sedangkan yang dipeluk hanya diam sembari tersenyum. "Emang Lo tahu caranya Zie? Terus, do'a sujud syukur bunyinya yang kayak gimana, coba bacakan?" sindir Camellya dengan tatapan jahil Sontak semuanya langsung menatap ke arah Reziena, menunggu gadis itu melafadzkan bacaan sujud syukur. Namun seperti yang mereka duga, Reziena malah memberikan senyum lebar sembari tangan menggaruk kepala. Salah satu ciri khas orang yang sedang salah tingkah. "Kakak ipar, ajarin do'a sujud syukur dong?" pintanya yang kini kembali memeluk tubuh Aruna, sembari menggoyangkan tubuh Aruna pelan. "Sajada wajhi lilladzi kholaqohu, wa showwarohu, wa syaqqo sam'ahu, wa bashorohu bi khaulihi wa kuuwatihi fatabarakallahu ahsanul kholiqiin" ucap Aruna jelas "Nah, iya, itu bacaannya" sahut Reziena setelah Aruna selesai membacakan doa sujud syukur Refleks sahabatnya yang lain melempar kacang ke arahnya. Mereka juga kompak mencibir Reziena. "Eh, udah dong. Emangnya Gue monyet, pake dilempar kacang segala" meski begitu, Reziena tetap mengambil kacang yang jatuh disekitarnya, untuk kemudian dia makan. Disaat suasana kembali seperti semula, tiba-tiba Ardilla merubah posisi rebahannya menjadi duduk bersila. Fokus yang tadinya terarah di layar persegi didepannya, kini satu persatu mulai menatap ke arah Ardilla. "Menurut kalian, nikah sama Duda tuh enak gak sih?" tanya Ardilla sembari memasang wajah antusias Namun respons para sahabatnya malah terlihat menggemaskan, mereka tak ada yang bersuara. Hanya saja mereka bertingkah lucu. Reziena yang menggerjapkan matanya berulang kali, Camellya yang dengan tiba-tiba mencubit Agatha. Sedangkan Aruna tampak tenang memakan cemilannya dengan gerakan slow motion. Semua itu tak lepas dari pandangan Ardilla yang mengharapkan jawaban. "Padahal gak panas loh" ujar Camellya dengan telapak tangan berada tepat dikening Ardilla, gadis yang sedang menuntut ilmu hukum itu mencoba mengechek kondisi sahabatnya. "Yang panas tuh paha Gue, dodol. Asal cubit aja" sahut Agatha kesal, "Gue gak sakit. Serius, Gue mau tahu tentang pendapat kalian masalah menikah sama Duda" Aruna menghela napas pelan sebelum mengeluarkan pendapatnya. "Dil, kalau kamu tanya pendapat kita tentang enak atau gaknya menikah sama Duda. Yang jelas kita gak tahu. Kan kita semua belum ada yang menikah, dan juga gak ada catatan dekat sama yang namanya Duda" Yang lain tampak menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan ucapan Aruna. Mereka gemas dengan Ardilla yang tiba-tiba membahas tentang Duda. "Lo lagi dekat sama seorang Duda, Dil? Atau Lo diajak nikah sama yang berstatus Duda?" tanya Agatha yang langsung tepat mengenai sasaran Sampai Ardilla dibuat salah tingkah dan gelagapan sendiri. "Tujuan kamu meminta kita ngumpul, pasti ada alasannya kan? Kalau mau cerita, kita semua akan dengan senang hati mendengarnya kok Dil" ucap Aruna dengan bijak Aruna dan sahabatnya yang lain, memang selama ini selalu menerapkan privasi. Saat salah satu diantara mereka sedang berada dalam masalah atau ada yang sedang disembunyikan. Sahabat yang lainnya tidak akan memaksa untuk menceritakan, mereka akan lebih memilih menunggu sampai siap bercerita. Sama halnya seperti Ardilla saat ini, meski benak mereka meronta untuk dipuaskan dari rasa penasaran. Namun mereka akan mencoba memberi waktu untuk Ardilla mau bercerita. "Sebenarnya, mantan suami Bu Andini ngajak Gue nikah" ucap Ardilla pelan "Maksudnya, Pak Reza yang pernah Lo ceritakan itu Dil?" tanya Agatha yang dibalas anggukkan pelan oleh Ardilla Sebelumnya, Ardilla memang pernah bercerita jika mantan suami Bu Andini alias tempat Bosnya bekerja itu memperlakukan Ardilla sangat baik dan penuh perhatian. Namun Ardilla sama sekali tak menyadari, jika mungkin saja si mantan suami Bu Andini itu menaruh hati padanya. Beberapa kali, Ardilla memang ditugaskan Bosnya untuk menemani sang putri saat bertemu Ayahnya yang tak lain adalah Pak Reza. Karna Bu Andini tak pernah mau bertemu langsung dengan mantan suaminya itu. "Lalu, Lo sendiri gimana Dil? Apa Lo juga suka sama Pak Reza itu" Ardilla hanya menghardikkan bahu kala dia sendiri juga tak bisa menjawab pertanyaan dari Agatha Pak Reza memang lumayan tampan dan juga sangat baik kepadanya. Namun statusnya yang seorang Duda sangatlah mengganggu dirinya, apalagi dia Duda dari Bosnya sendiri. Apa kata orang kantor jika tahu mengenai hubungannya bersama mantan suami si Bos. "Kalau Bu Andini sendiri gimana? Kira-kira dia tahu apa tidak kalau Lo dekat sama mantan suaminya" tambah Reziena "Kayaknya sih gak tahu, soalnya Bu Andini gak pernah menyinggung masalah Pak Reza" balas Ardilla yakin, Bahkan dia sendiri juga tidak tahu masalah yang mendasari perceraian Bosnya itu. Menurut teman-temannya di Kantor, Bu Andini dan Pak Reza dulu dijodohkan. Lalu pernikahan mereka berdua hanya bertahan sampai 3 tahun dan akhirnya berpisah. "Kalau dilihat dari Bu Andini yang seolah menghindar dari mantan suaminya. Apa jangan-jangan mereka berdua cerai karna Pak Reza selingkuh" tebak Camellya "Nah, iya. Benar juga kata Melly. Kalau si Pak Reza beneran tukang selingkuh, Pokoknya mulai sekarang Lo harus jauh-jauh dari dia Dil. Gak rela Gue kalau Lo sampai disakiti sama dia" ujar Reziena dengan nada menggebu Aruna tak lagi mengeluarkan suara kala pendengarannya mulai menangkap kata Cerai, selingkuh, berpisah. Dia bersyukur karna sahabatnya hanya berfokus pada Ardilla, setidaknya mereka tak memperhatikan perubahan pada dirinya. Entah kenapa, meski waktu telah berlalu. Aruna masih saja membenci hal-hal yang berhubungan dengan kata perpisahan dan selalu berusaha menghindari topik itu. Sekarang pikirannya malah tertuju pada nasib putri kecil Bu Andini. Disaat usianya masih terbilang sangat kecil, dia harus menerima kenyataan bahwa orang tuanya telah berpisah. Usia yang seharusnya dilimpahi kasih sayang penuh dari kedua orang tua, yang dia terima malah sebuah keretakan. Terlalu larut dalam dunia sendiri, hingga tanpa sadar tangan Aruna mengusap permukaan perut ratanya. Pikirannya berkelana pada masa depannya nanti. Bagaimana jika suatu saat nanti dia hamil, apakah Rakandaru mau menerima bayi itu dengan tulus? Sedangkan dia tahu jelas, bila calon suaminya itu masih mengharap yang lainnya. Pastinya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat Rakandaru berpaling dari Bianca. "Kalau menurut Lo, bagaimana Run? Lo kan yang paling bijak dalam mengambil keputusan atau sekadar memberi saran" ujar Ardilla tiba-tiba Aruna pun segera merileks kan tubuh dan pikirannya. Berusaha meyakinkan dirinya bahwa dia sudah sembuh dari trauma itu, dan tidak ada alasan untuk kembali diliputi rasa takut. Percaya bahwa semuanya akan berjalan dengan baik. "Menurutku, yang dibilang Ziezie ada benarnya juga Dil. Sebelum perasaan semakin jauh berkembang, ada baiknya kalau kamu tegas menolak atau menghindar. Ini bukan karna status Pak Reza yang seorang Duda ya. Hanya saja, jangan sampai kamu menyesal karna hubunganmu dengan Bu Andini malah jadi berantakan karna hadirnya Pak Reza" ucapnya dengan lembut "Meski status mereka hanya sebatas mantan, namun ada baiknya bila kamu lebih memilih untuk menjaga perasaan Bu Andini. Lagi pula, aku yakin kalau kamu pasti akan mendapatkan yang mungkin jauh lebih baik dari Pak Reza" lanjut Aruna sembari menggenggam tangan Ardilla, senyuman manis juga terpatri dibibirnya. Aruna ingin Ardilla memahami ucapannya. Mungkin dia memang egois karna memaksa Rakandaru menikahinya dan meninggalkan Bianca. Tapi Aruna selalu berharap yang terbaik untuk sahabatnya. Jangan sampai mereka berubah egois dan jahat seperti dirinya. "Makasih ya Run, Lo memang selalu yang terbaik dalam memberi saran" ungkap Ardilla sembari memeluk tubuh sahabatnya ini Bohong jika Ardilla tak merasa baper atau tersentuh dengan usaha Pak Reza yang gencar mendekatinya. Namun yang Aruna bilang ada benarnya. Dia tidak mungkin merusak hubungan yang telah lama terjalin baik antara dia dan Bosnya, dengan hubungan semu yang ditawarkan oleh Pak Reza. Lebih baik menghindari masalah, dari pada nekat menjerumuskan diri didalamnya. Malah nanti yang tersisa hanya rasa sesal. "Lo itu gak adil banget sih Dil, masa yang dapat pelukan cuma Aruna. Terus kita-kita ini apa'an? Cuma pajangan, gitu?" seru Camellya dengan wajah yang sengaja dibuat seakan sedang marah Sontak saja pelukan antara Aruna dan Ardilla terlepas, keduanya terkekeh pelan dan kompak memeluk ketiga sahabatnya yang lain. Mereka bahagia karna akhirnya bisa kembali bersama. Setelah melewati tahun-tahun yang lalu dengan perpisahan, karna mereka tengah fokus menempuh pendidikan masing-masing.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN