“Ra, buat lo aja” kataku sembari menyerahkan boneka monyet padanya
“Ih ngga usah, kan buat tasya” katanya
“Tasya belum tentu suka boneka ini” kataku lagi
Rara masih berdiri, ragu-ragu tapi dia ingin memilikinya, “kalau kamu memaksa oke deh.” Katanya
Aku masih mencoba memahami segalanya tentang rara, tentang seseorang yang aku sudah mengenallnya namun sikapnya jauh dari perkiraanku.
“Lo balik dulu deh, baru gue masuk” ucap rara
“Oh iya” kataku
Jika aku membalas pernyataannya, seperti "kamu aja dulu masuk baru aku pergi" percayalah sampai isya pun aku dan dia akan tetap berdebat.
“Ga, sampai bertemu besok ya” ucapnya
Aku tersenyum malu, sialan rara ada sisi manisnya juga. Aku melajukan motorku memecah keheningan senja sore itu.
Aku merbahakan tubuhku di sofa kamar, rumahku selalu sepi. Aku bahkan jarang sekali bertemu dan mengobrol dengan ibu bapakku. Hanya bi minah saja yang setia menemaniku pagi siang sore malem.
Ponselku berdering panggilan masuk dari tasya, yaaa aku mempunyai rutinitas dengan tasya yang tidak boleh di tinggalkan. Mengobrol 30/1 jam bertanya tentang keseharian, atau bercerita tentang hari kami masing2.
“Halo sayang” kataku membuka suara
“Kamu baru pulang, ko masih pakai seragam” katanya
Aku lupa mengganti pakaianku, bagaimana jadinya jika tasya tahu apa yang telah terjadi hari ini, sebuah pertemuan manis antara aku dan rara.
“Motor ku mogok masa!” Kataku berbohong
“Ko bisa mogok”
“Aku lupa ganti oli, bulan ini kamu ga ingetin aku kan sayang” aku
“Akuu lupa, maaf ya” katanya
Aku tidak enak hati, harus berbohong dan memberi pernyataan bahwa dia yang tidak tasya yang tidak mengingatkanku, seharusnya aku yang meminta maaf tapi, tasya meminta naaf lebih dulu.
"yang kamu mulai sibuk ya?" tanya tasya
"iyaaa, kamu gapapa?" tanyaku balik
"kalau aku ikut liat kamu belajar boleh?" tanyanya
"boleh, kebetulan besok ada kaka kaka dari lembaga les privat dateng" katanya
"jadi kamu sama jihan ga belajar berdua?" tanyanya, nada tasya seperti orang kaget ya kurang lebih seperti itu
"ngga, ko kamu bisa mikir aku cuna berdua sama...... jihan" kataku
aku hampir menyebut jihan dengan sebutan rara, akan jadi gawat jika nama panggilan baru kita di ketahui orang banyak.
"syukurlah, kamu tau ngga? aku sempet kepikiran takut kamu nanti suka sama jihan?" katanya
"ko bisa, aku sama jihan ga ngobrol sama sekali" kataku
sekali lagi aku berbohong pada tasya, mungkin selanjutnya akan ada kebohongan kebohongan lainnya, aku sendiri menjadi takut, tasya mengetahui bahwa aku berbohong.
"kapan-kapan kamu harus liat aku sama jihan belajar ya sayang" kataku
"iya, yaudah kamu belajar ya, selamat malam" kata tasya menyudahi obrolan kali ini.
aku menyimpan ponselku ke kasur, ngga lama dari itu ada satu pesan masuk, dari nomer rara yang belum sempat ku simpan, bukan tidak sempat tapi rara melarang ku untuk menyimpan nomernya.
aku menyimpan nomer rara dengan nickname "Rara onet" lucunya aku menamai dia dengan boneka kesukaannya. kalau rara tahu entahlah apa yang akan dia pikirkan tentang gagasan ini.
aku membaca pesan dari rara, foto dirinya memegang boneka pemberianku, dengan boneka boneka koleksinya. rara menggunakan bando, sehingga poninya tersibak ke atas. aku mengamati dengan seksama. alih-alih melihat boneka monyet, aku lebih terfokus melihat wajar rara.
boneka monyet gue banyak kan, btw terimakasih gaa.
aku mencoba mengabaikan pesan rara, jika aku teruskan aku takut ada perasaan yang tidak seharusnya ada untuknya. namun aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja.
lo cantik
Aku klik send. dan rara langsung membaca pesan dariku, dia sedang mengetik dan aku benar-benar tidak karuan, aku merasa aku bodoh sekali membalas pesannya seperti itu. aku mencoba mengetik permintaan maaf agar rara tidak salah paham. namun pesan dari rara keburu mengembang di layarku.
gue cantik dari dulu, lo aja ga pernah liat.
aku tersenyum lega, aku membiarkan pesan dari rara mengembang di layar ponselku.
keesokan harinya, aku dan rara hanya mengikuti pelajaran sampai jam 12, jam 1-3 kami harus belajar bersama tutor, kebetulan hari ini kaka tutor akan datang. aku tidak tahu mereka dari kampus mana, dan sejago apa prihal olimpiade.
jam istirahat berdering, kami istirahat jam 12 siang, sampai jam 1. aku yang sudah di panggil di pengeras suara buru-buru keruang BP/BK. Disana sudah ada 4 orang, rara, pak darso, dan 2 laginya aku tidak tahu siapa. aku langsung duduk di pinggir rara.
"nah udah dateng semua" kata pak darso memulai pembicaraan
"jihan, galaxy ini ka tia dan ka dio, yang bakalan nemenin kalian belajar. ka tia bagian KIMIA dan ka dio Bagian FISIKA, kalian semoga semangat ya belajarnya" kata pak darso
"oh iya, jihan galaxy kalian mau pakai ruangan mana?" tanya pak darso
"perpustakaan saja pak" kataku
rara hanya mengiyakan pernyataan, dan pak darso pun mengijinkan aku dan rara belajar disana.
"oke silahkan" katanya
aku mau menggambarkan tentang ka tia dan ka dio.
yang satu cantik dan dan satunya keren. ka tia sangat rapih, wangi, bersih dan cantik. sedangkan ka dio tinggi, cool, dan keren, penampilannya sangat oke. tapi jika di banding denganku ka dio biasa saja.
"oke galaxy, kita mulai belajar ya" ajak ka tia
"baik" kataku
wah siapa sangka yang akan mengajariku wanita secantik ka tia. kami duduk bersebelahan, rara di sebrang ku, dan disampingnya ka dio. mereka sudah mulai belajar juga.
ka tia menjelaskan per soal yang tahun kemarin keluar, aku menikmati pembahasan dengan ka tia, bahasanya yang cepat di pahami membuat aku cepat mengerti. sesekali aku melihat ke arah rara, kalian tahu? rara tidak pernah menengok ke arahku, dia benar-benar menikmati belajar dengan ka dio. atau jangan-jangan rara senang karena ka dio sangat oke untuk di pandangi.
suara bel sekolahan berdering, aku melihat jam di tanganku.
pukul 14.15, waktu untuk anak-anak pulang.
"kenapa galaxy?" tanya ka tia
"sebentar ka, cewek saya mau nemenin saya belajar apa boleh" kataku
"boleh silahkan panggil saja" katanya
aku mencoba keluar dari perpustakaan, tasya sudah berdiri di depan perpus, aku menyuruhnya masuk. lalu dia mencoba menyapa semua orang yang ada di perpus, rara langsung tersenyum ke tasya. dan tasya juga.
"ayo masuk duduk di samping aku" kataku
"ih ngga, aku cuma mampir bentar doang, takut kamu ga fokus. lagian aku udah pesen ojek jadi sok di lanjut" kata tasya
"kamu pulang?" tanyaku
"syaaa, sini ajaaa temenin aku" kata rara yang ikut meyakinkan tasya agar tinggal
"ngga han, sok lanjut" katanya
"bye gala, bye jihan" kata tasya lagi
kali ini tasya melangkah keluar dari perpus, aku menatap punggungnya dan dia berbalik sembari melambai.
aku kembali ketempat duduk, memulai memecahkan satu soal yang tadi sedang kami berdua bahas, dan kemudian waktu menunjukan pukul 15.00. ka dio dan ka tia sudah merapihkan semua barang-barangnya. lalu izin pamit pulang, sekarang yang tersisa aku dan rara saja.
aku dan rara belum membuka obrolan masih sama sama sibuk dengan buku masing - masing.
"mau gue anterin balik?" tanyaku
"ngga usah, gue mau naik umum aja"
"serius?" tanyanya
"iyaaah"
aku buru buru berkemas, dan mengambil motor di parkiran yang sudah hampir sepi, rara terlihat keluar dari gerbang, dia berdiri di halte depan sekolah.
"gue anterin" ucapku
"ngga usah ga" katanya
"oke gue tinggal" kataku
"iya" jawabnya
rara seperti marah denganku, namun aku tidak tahu apa yang membuatnya marah. aku menunggu rara mendapatkan angkot, namun tak kunjung juga dia naik angkot.
saat ada bus kota berhenti, rara menaikinya.
"hah, dia mau kemana?" gumamku