Chapt. 5

626 Kata
Ana menggigit bibir nya karena merasa gila. Menikah?? Yang benar saja. Tujuannya datang kesini sudah jauh melenceng. Padahal baru beberapa hari. Ana masih tidak mengenal Braven. Tidak tau bagaimana keluarga nya. Tetapi, uang itu juga sangat penting bagi nya. Ia benar-benar tidak mempunyai orang untuk di mintai tolong lagi. "Bagaimana??" tanya Braven meminta jawaban. "Kamu belum menikah kan?" "Belum" "Maksudku.. lihatlah dirimu yang memiliki segalanya. Dan pasti banyak wanita yang lebih pantas untuk menikah denganmu. Kenapa aku? Bantu saja aku dan aku akan lunasi hutang bibi. Semuanya selesai .." Braven menggelengkan kepalanya dengan serius. Tatapan menjadi dingin. "Karena kamu sudah ada dirumah ini, aku hanya ingin kamu. Sudah! Jika ingin uang mu kembali. Menikahlah dengan ku. Aku pastikan hidup mu tidak kekurangan apapun" ucap Braven pasti. Bagaimana ini, disaat seperti ini pikiran nya pasti bersumbu pendek. "Baiklah! Tapi ini hanya.. nikah kontrak kan??" tanya Ana. "Jangan tanya begitu, kamu terlihat seperti profesional sekarang" senyum Braven mengartikan yang lain, membuat Ana merasa kesal. "Apa maksudmu! Jadi ini nikah kontrak kan??" Braven mendekat, memegang kepala Ana dengan kedua tangannya. Wajah mereka berdekatan. Dan Braven mencium nya untuk kedua kalinya. Setelah itu mata Ana terbuka lebar menunggu Braven bicara. "Kita menikah sungguhan. Secara resmi dan selamanya" ucap nya dingin. Ana memundurkan tubuhnya. Berpikir panjang untuk itu.  Hingga akhirnya. "Baiklah.. mari lakukan itu. Aku juga tidak tau kemana arah hidupku setelah menyelesaikan pekerjaan ini. Lebih baik aku bersama mu saja!" jawab Ana dengan tubuh gemetar. Braven kembali menarik Ana dan mencium nya lebih dalam lagi. Tangan nya meraba punggung hingga bagian bawah. Hingga Ana melengkung pelan. "Hhhg.. aku ke kamar dulu. Kita bicara lagi besok" ucap Ana tanpa menatap Braven. Braven pun kembali ke kamar sambil mengucap bibir nya merasa puas. …….. Pagi hari Ana kembali dari pasar, keluar dari mobil di antar oleh sopir pribadi Braven. Ia langsung masuk untuk membuat sarapan. Seorang pria yang ternyata sejak tadi didalam mobil yang terparkir dihalaman melihat Ana dan memutuskan untuk masuk dan melihat kembali siapa perempuan tadi. Tuan Jaya langsung ke ruang kerja Braven untuk memberikan berkas perjanjian. (Anak Bibi Pramit) "Ini berkas nya, jika kamu tidak percaya. Tanyakan pada orang yang kau percaya" ia meletakkan di meja. Dan Braven sibuk dengan laptopnya. "Baiklah" "Datanglah kerumah. Setidaknya jenguk Oma yang hanya bisa duduk di kursi roda" Braven menoleh, "Aku akan mengunjungi nya setelah beberapa urusan. Mungkin 2 minggu lagi. Silahkan pergi.." Tuan Jaya tersenyum ringan, "Jangan terlalu membenciku. Aku tidak akan merebut apapun yang kamu miliki. Dan.. baru kali ini kamu mengusirku. Apa karena wanita tadi?" "Wanita??" tanya Braven. "Aku melihat wanita cantik menggunakan dress polos masuk kerumah ini. Siapa dia? Pacar mu?" Tuan Jaya semakin penasaran dengan itu. Pasal nya Braven tidak pernah terlihat dekat dengan siapapun. Kecuali b******a satu malam. Braven mengangguk. "Seperti nya begitu" "Wah, ekspresi itu tidak seperti dirimu. Tinggal bersama dengan pacarmu? Sejak kapan? Kami berpikir kamu mungkin saja tidak akan pernah menikah…" Mendengar hal tersebut membuat Braven berdiri dan membaca berkas tersebut. Meskipun hubungan nya dengan Tuan Jaya sangatlah kaku dan dingin. Tetapi tetap saja mereka menjadi rekan bisnis hingga sekarang. "Wanita itu lebih penting dari yang kamu pikirkan.." ucap Braven dingin. ---------------- Tuan Jaya berjalan menuju kamar ibu nya (Bibi Pramit). Tepat sepulang nya dari Villa Braven. "Bu.. ada yang ingin ku beritahu"  "Apa itu, nak?" "Ada seorang wanita dirumah Braven. Dan dia mengakui sendiri bahwa itu pacar nya" ucap nya serius. Bibi Pramit terkejut mendengar nya, "Wanita?? Dia datang kesana? Kamu sudah bertemu dengan nya?" Tuan Jaya mengangguk, "Bukan datang lagi, mereka memang tinggal bersama. Dan ya.. aku melihat sendiri wanita itu seperti habis berbelanja" "Apa!! Bagaimana bisa bocah itu dekat dengan wanita? Sementara ibu sudah mengirimkan banyak perempuan bayaran untuk menggoda nya, tetapi tidak ada yang berhasil sama sekali!" "Seperti nya dia mulai waspada dengan ibu kali ini… /dia akan berkunjung 2 minggu lagi. Jadi ibu bisa mencaritahu sendiri" Bibi Pramit sedang kalang kabut sekarang. Jika Braven tidak menikah dengan wanita bayaran nya. Maka kesempatan untuk menghancurkannya akan hilang. "Baiklah… ibu akan lakukan hal lain" Bersambung ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN