Usai tersika oleh Willy, Anne sudah tidak menunjukkan sifat centilnya lagi. Rasa kapok memukul kepalanya akibat kesadisan dari Willy yang kejam untuk ukuran pria. Siapa yang menduga jika pria itu berpikir menggelitik dirinya dengan tujuan agar Anna berteriak keras.
'Sungguh sadis, gila, menyebalkan, sayangnya seksi.'
Usai memaki, Anna nampak terengah-engah dan berusaha menghirup udara seolah takut oksigen itu di rebut darinya. Hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Semua karena si tampan berhati kejam itu. Mulai kini, Anne bertekad agar kebal dari pesona pria tampan, apalagi gay tampan. Mereka berbahaya.
"Terima kasih, Anne. Jeritanmu sangat memuaskan. Aku yakin orang tuaku sudah berharap banyak padamu, " bisik Willy dengan nada menggoda. Dia melemparkan borgol bulu itu begitu saja di ranjang. Lalu bersedekap sambil mengamati Anna.
Sialan, kemana perginya Willy dingin yang pendiam?
Anne ingin mendelik marah tapi tak punya tenaga. Akhirnya Anne hanya bisa tersenyum lemah. Dia terlentang menegadah menatap langit-langit kamar Willy, dan dadanya masih naik turun untuk menghirup udara.
"Hah, hah, kau hampir membunuhku, " ucap Anna begitu tubuhnya kembali normal.
William tanpa sadar melihat ke arah d**a Anne yang naik turun. Secara mengejutkan, bayangan Anne yang melepas sweaternya kemudian menampilkan dadanya yang bulat, penuh juga menantang terlintas di kepalanya. Willy pun berusaha menepis membayangkan d**a Anne yang bulat dan penuh itu naik turun, tapi bayangan itu secara keras kepala tidak mau hilang. Ini menimbulkan perasaan tidak menyenangkan pada William.
'Apa yang terjadi pada otakku? ' batin Willy.
Willy kembali melihat kondisi Anne. Barulah ia sadar jika pakaian gadis itu sudah tidak berbentuk.
Gaun yang terbuat dari sutra itu robek diarea perutnya. Rok gaunnya yang sepanjang lutut sudah berada di atas pinggul Anne akibat geliat dasyat saat disiksa Willy. Menampilkan g- string berenda hitam tembus pandang nan seksi. William merasa pusing karena pemandangan ini dan tahu jika tidak bisa lama-lama menatap Anna. Sayangnya matanya dengan gigih enggan berpaling dari pangkal G-string Victoria Secret Anne. Belum pernah Willy mengalami ketidak sinkronan anggota tubuhnya. Semua semakin membingungkan dirinya yang selama ini memiliki keyakinan jika tidak akan tergoda gadis.
Willy tidak menyadari jika baru saja menjadi target balas dendam pada diri Anne. Gadis itu menatap Willy, menganislis sesuatu dan berhasil mendapatkan ide yang ia inginkan untuk balas dendam.
'Kini giliranku bermain-main.'
"Lepaskan aku Will, " perintah Anne.
Sayangnya tidak ada gerakan pada Willy. Dia masih terlalu terpaku pada pangkal paha Anne. Seperti ada sejuta dolar yang mengintip di sana.
"Willy?" Panggil Anne.
"Hello Willy..."
Melihat Willy yang tidak bereaksi, membuat alis di kening Anne menyatu. Dia mengikuti arah pandangan Willy yang cukup tidak terduga.
'Ternyata kau tertarik pada G-stringku Willy. Aku yakin sebenarnya kau mengabaikan jeritan kejantananmu yang menginginkan p***y bukan hole of the p****t. '
Anne secara licik membuka kakinya lebih lebar, dan Willy terbelalak ketika tato kupu-kupu berhias bunga Sakura berada di salah satu pangkal paha Anne. Dia semakin tidak bisa mengalihkan matanya. Deru nafasnya pun memburu tanpa terkendali.
'Itu sangat seksi, ' batin Willy. Dia juga mulai menelusuri kaki panjang Britney yang mulus, dan pandangannya berakhir di gelang kaki berlian di mata kaki Anne.
'Segala hal yang ada pada Anne sungguh menggoda. '
Seiring detik yang berlalu, Anne ternyata tidak tahan dengan tatapan William. Pria yang lima tahun lebih tua darinya itu mampu membuatnya basah hanya karena melihatnya. Anne menyerah melawan hormonnya dan menutup kakinya. Tidak ingin bermain-main lagi dengan hasrat gay dan hanya ingin membalas Willy.
Gerakan itu membuat Willy tersentak. Willy pun memberi pandangan menyesal sekaligus canggung pada Anne. Ketahuan mengamati area intim gadis bisa menjadi daftar kejadian paling memalukan di hidupnya.
"A-aku... Ini diluar akal sehatku. " Willy mencoba menjelaskan jika yang terjadi adalah kesalahan yang tidak dia kendalikan.
'i***t, kau sedang dalam penyangkalan dan membutuhkan pertolongan guys,' batin Anne. Dia merasa Willy adalah teraneh yang pernah ia temui.
"Lepaskan aku Will. " Anne mengulangi ucapannya.
Kali ini Willy menuruti Anne tanpa penolakan ataupun penundaan. Dia melepaskan borgol bulu yang menjadi simbol kenakalan pasangan dalam berhubungan. Sebenarnya Willy enggan melepaskan borgol itu karena terlihat cocok di tangan Anne.
"Sekarang giliranku Willy, " ucap Anne.
Alis Willy terangkat seksi, wajahnya menyiratkan ekpresi tanda tanya. "Apa? "
Dengan senyum psikopat, Anne mengambil borgolnya. "Apa kau pikir aku tidak ingin mengikatmu, Willy? "
Jelas itu ide yang buruk bagi Willy. Dia tidak ingin digelitiki dengan bulu. "Mengapa aku harus menurutimu?" Willy menyapu surai hitamnya yang membingkai wajahnya yang tegas.
"Haaah..."
Anne semakin putus asa karena tiap gerakan Willy yang begitu panas. Bahkan dengan hanya mengusap rambut saja mampu membuat Anne meneteskan air liur.
'Aku ingin sekali menaklukkanmu Willy, ' batin Anne.
"Karena aku akan membongkar rencana kita jika perasaanku tidak nyaman. Tidak membalas dendam karena membuatku kacau bukan gayaku, " ucap Anne sambil merapikan rambut golden pink-nya yang sepanjang pinggang.
Willy menatap gadis di depannya. Rupanya gadis itu memiliki tekat kuat untuk membalas dendam.
"Baiklah. " Willy duduk diranjang dan membiarkan tangannya terikat borgol bulu.
'Ini hanya digelitik menggunakan bulu. Apa susahnya? ' batin Willy.
"Ugh... !"
Willy mengeram. Dia menatap tak percaya pada Anne yang merobek pakaiannya hingga kancingnya lepas bertebaran. Willy mulai panik.
"Apa yang kau lakukan!? " tanya Willy panik. Sebab Anne ternyata turut menarik celana bahannya juga. Gadis itu menelanjanginya dan meninggalkan boxer yang ia kenakan.
Anne tertawa girang. "Ahaha I love revenge. ''
Firasat buruk menerpa Willy. "Bukankah kau hanya mencontoh apa yang aku lakukan? " tanya Willy.
Anne menyilangkan tangannya di depan d**a. Jari tengah dan telunjuknya menjepit bulu yang tadi Willy gunakan. "Maksudmu bulu ini? Ck. "
Anne melempar bulu burung itu. "Jangan khawatir, lidahku jauh lebih baik dari bulu itu. " Anne memberi pandangan menggoda.
Anne menduduki perut keras Willy, tidak melewatkan kesempatan untuk menjamah Willy. Tangan-tangannya menerusuri lekukan otot terlatih pria di bawahnya. Merasakan betapa keras otot yang membentuk tubuh Willy menjadi huruf V yang seksi.
Willy langsung mengeram ketika lidah Anne mulai beraksi menggantikan tangannya.
"Grrh...Anne. Jangan. "
Sementara Anne sedang asyik melakukan balas dendamnya. Ibu Willy--Marry sudah membuang sikap anggunnya sebagai sosialita atas. Dia mengurungkan niatnya menuju dapur dan menempelkan telinganya pada pintu ketika mendengar erangan putranya. Semakin bersemangat karena teriakan-teriakan dari dalam kamar.
"Ah... Sudah hentikan Anne.... "
"Tidak secepat gitu, Willy."
Marry menutup mulutnya untuk menahan diri. Dalam hati dia merasa kagum pada Anne yang mampu membuat putranya minta ampun.
'Gadis pintar. Ini memang jaman emansipasi perempuan. '
'Baguslah, dengan begini aku akan cepat mendapatkan cucu. '
Ruangan kamar bernuansa krem dan warna netral ini dipenuhi erangan dan geraman Willy. Anne tidak melewatkan sedikit pun setiap jengkal otot Willy yang keras untuk di goda. Rasanya begitu menyenangkan, apalagi melihat ekspresi dingin Willy yang memerah. Pemandangan yang sangat langka.
"Baiklah, sudah cukup. "
Anne berdiri dari perut Willy. "Oh kau membuatku basah. " Sayangnya tangan Anne menjalar menuju pangkal paha Willy.
"Anne... " perintah Willy.
Anne tersenyum manis, "Hei, kurasa seorang gay tidak mungkin mengeras saat melakukan kontak dengan gadis. Tapi mengapa yang kurasakan tidak demikian? " tanya Anne. Dia membuka tali borgol lalu menuju pintu dan membukanya. Namun yang ia dapati adalah seseorang yang terjungkal ke depan.
Bruk!
Marry terkejut karena pintu yang terbuka secara mendadak. Ini membuat Marry tidak siap dan terjatuh di pintu kamar Willy yang baru di buka Anne.
"Nyonya Marry? "
Sungguh hal yang sangat memalukan bagi Marry.
Marry langsung berdiri merapikan baju dan mempertahankan sikap anggunnya. "Oh, a-aku hendak mengajak kalian makan malam. Ternyata pintu terbuka secara tiba-tiba hohoho."
"Aku menyesal sepertinya tidak bisa. Aku perlu pulang untuk ganti pakaian. "
"Astaga! " Mata Marry melotot melihat bukti keganasan putranya. Namun dia sama sekali tidak melihat putranya yang duduk di ranjang dan frustrasi karena berusaha menenangkan sesuatu yang bangun.
"Jangan khawatir sayang. Aku akan memesan pakaian untukmu di Vogue. "
Anne merasa ide Marry lebih baik. "Anda baik sekali. Aku sangat berterima kasih. "
"Tunggulah di kamar Willy sebentar, okey? " Marry meninggalkan Anne menuju lantai bawah.
Anne mengangguk. Dia kembali masuk ke kamar Willy dan menyeringai senang.
"Kurasa rencanamu berhasil Willy. Ibumu sangat percaya jika orientasi seksualmu baik-baik saja dan kita baru melakukan kegiatan panas hingga kau merobek gaunku, " tutur Anne dengan bersemangat. Sejujurnya ini hari paling melelahkan baginya.
Dia kembali menginvansi ranjang Willy tanpa memperdulikan kondisi bajunya yang sobek, juga kondisi Willy.
Willy tidak ingin mendengar apapun yang diucapkan Anne. Hal yang penting saat ini adalah miliknya yang protes dan meminta p***y gadis, tapi bukan sembarang gadis. Rasanya sangat menyiksa karena gadis yang ia inginkan hanya suka menggodanya tanpa maksud yang lain. Sekarang gadis yang membuatnya menderita justru tersenyum tanpa merasa berdosa sama sekali.
'Baru kali ini aku membutuhkan kamar mandi, ' batin Willy putus asa.
"Mau ke mana?" Tanya Anne.
"Hn."
Tidak ingin menjawab pertanyaan Anne, Willy menuju kamar mandi. Jika dia nekat menjawab pertanyaan Anne maka gadis itu tidak akan berhenti berceloteh. Willy berani bertaruh.
Tbc.