Malika masih dengan tanda tanya di kepala. Apa alasan Almas datang pagi-pagi ke rumah mereka. Satu-satunya yang bisa ditebak adalah menumpang sarapan? Ya Tuhan! Itu konyol untuk dipikirkan, tapi tak ada alasan lain, kecuali dia mungkin ada urusan dengan Arta. Namun, dugaan Malika melenceng juga. Reaksi ibu tirinya yang mendengar berita itu berbeda sekali. Lili hampir menghambur dari kursinya karena senang, bisa Malika bilang begitu. “Si pangeran menjemput putrinya,” Lili mengabarkan. Senyum sumringahnya langsung menular kepada yang lain. Meja makan jadi berubah nuansa baru. Lebih riang tampaknya. Sementara Malika sendiri tak merasa seistimewa itu. Arta melirik putrinya, “Kurasa Malika menjadikan itu sebagai tugas pertama untuknya.” “Tidak!” sanggahnya cepat. “Aku tidak mengatakan beg