Bab 9. Jangan Bermimpi

1000 Kata
Ketiga pria paruh baya tersebut menatap ke arah Aldrich dan Marco. Mereka tau apa yang sedang mereka bicarakan. Marco menatap ke arah Aldrich tuannya yang raut wajahnya berubah. "Aku bawa Azalea ke kamar dulu. Aku yakin istriku ini pasti sangat kelelahan," ucap Aldrich yang segera berdiri dan meraih tangan Azalea untuk ikut berdiri. Azalea hanya bisa pasrah dan mengikuti Aldrich, dia berdiri dan menundukkan kepala ke arah ketiga pria beda usia tersebut. Dia pamit kepada ketiganya dan tidak lupa memberikan senyuman terbaiknya kepada ketiganya. Tuan Malik, Tuan Mathias dan Tuan Jayden, ketiganya ikut membalas senyuman kepada istri dari Aldrich dan mereka tidak mempermasalahkan jika Azalea berseteru dengan keluarganya. Nanti saja pikir mereka untuk mengetahui apa yang terjadi. Aldrich melepaskan tangannya begitu saja saat mereka sudah berada di anak tangga teratas. Azalea terlihat cuek, dia tidak peduli sama sekali. Baginya, perlakuan Aldrich saat ini tidak membuatnya sakit hati. "Aku katakan padamu, jangan kasih tau kepada siapapun. Aku ingin kamu tetap di kamar. Jangan keluar dan ingat jangan membuat ulah. Satu lagi jangan manja," ujar Aldrich dengan tegas memperingatkan kepada Azalea untuk tidak bertingkah selama dia di rumah. "Hmm," sahut Azalea singkat. Aldrich mendengar jawaban dari Azalea kesal. Dia panjang lebar dan Azalea hanya mengatakan hmm saja. Keduanya yang sudah sampai di depan kamar Aldrich. Azalea melihat pintu kamarnya berbeda. Kamar Aldrich, pintunya berwarna hitam sedangkan yang lainnya berwarna coklat tua. "Ingat baik-baik kamar ini, jangan salah masuk kamar, jika terjadi aku akan menghukummu," jawab Aldrich sekali lagi menatap ke arah Azalea yang terlihat celingak-celinguk. Aldrich geram dengan bocil yang di depannya ini. Rahangnya mengeras dan dia menarik pinggang Azalea hingga tubuh mungil Azalea terhuyung ke arah d**a bidang Aldrich. Azalea panik karena kelakuan dari Aldrich. "Eh, apa-apaan ini? Main tarik saja. Kamu pikir aku ini apa? Aku ini manusia, bukan barang main tarik saja," omel Azalea kesal tangannya ditarik oleh Aldrich. Aldrich melepaskan tangannya dan menatap Azalea dengan tatapan kesal. Azalea mengusap tangannya yang perih akibat tarikan tangan Aldrich. Aldrich segera pergi, dia meninggalkan Azalea sendirian. Aldrich tidak mencintai Azalea, dia menikah juga karena tujuan menghindari perjodohan dan ternyata orang yang akan dijodohkan oleh keluarganya adalah dari keluarga Azalea. Dan dia malah menikah dengan Azalea. Itu pun karena hukuman yang dia berikan kepada wanita itu. "Dasar pria batu, bagus dia pergi kalau perlu jangan kembali lagi," ujar Azalea. "Aku dengar kata-katamu itu. Kamu pikir aku tidak dengar, hahh! Jangan mengumpatku, aku akan menghukummu nanti, Azalea Aldrich Julio Alexander!" teriak Aldrich. Azalea terkejut mendengar apa yang Aldrich teriakkan. Azalea segera masuk ke kamar dan segera mengunci pintu. Takut jika Aldrich masuk dan berbahaya untuknya. Aldrich tersenyum kecil dia tau kalau Azalea takut padanya. Padahal, dia tidak dengar tapi entah kenapa dia sengaja melakukan itu. Dan terbukti jika Azalea mengumpat atau apapun itu. "Kita pergi sekarang, Tuan?" tanya Marco yang sudah menunggu Aldrich di anak tangga terakhir. "Lusa saja kita pergi," jawab Aldrich singkat. Marco terdiam, dia bingung kenapa lusa bukannya serangan terjadi hari ini di bagian utara Italia. Tapi, kenapa dikatakan lusa. "Aldrich, jangan konyol kamu melawan mereka. Klan King Dragonmu akan hancur. Bawalah, anak buahku untuk membantumu, ingat sekarang kamu sudah menikah jangan sampai menantuku jadi janda di usia dini," jawab Tuan Malik kepada Aldrich. Aldrich menghentikan langkah kakinya dan menatap ke arah Tuan Malik, Tuan Jayden dan Tuan Mathias yang tengah duduk menatap ke arahnya dengan lekat. "Aku sebenarnya, sudah menyiapkan semuanya. Jangan khawatir, jika aku butuh bantuan, maka aku akan menghubungi kalian untuk minta bantuan. Kalian tetaplah di sini. Oh ya, Dad, Mommy tidak ke sini? Apa dia tau aku menikah?" tanya Aldrich. "Dia tau, nanti dia ke sini. Setelah pulang arisan, dia ingin melihat menantunya dan dia juga sudah menyiapkan pesta untuk kalian berdua." Tuan Malik mengatakan kalau ibu kandung Aldrich mengetahui anaknya menikah dengan Azalea. "Baiklah, terserah kalian. Aku akan segera pergi, jangan ganggu Azalea, dia baru pulang dari rumah sakit butuh istirahat. Kalian pulang saja, istirahat. Aku lihat wajah kalian kusut sekali, tidak baik kalian memaksa untuk menemani istriku dan mencari tau aku menikahi dia karena apa. Karena tidak akan ketemu jawabannya. Aku menikah dengan Azalea karena cinta," jawab Aldrich segera pergi setelah melihat raut wajah kesal ketiganya. "Anak iblis kamu! Pergi kamu ke neraka. Aku akan culik istrimu itu! Biar kamu jadi duda kesepian!" pekik Tuan Malik saat mendengar perkataan Aldrich. "Malik, dia itu plagiatmu, jadi jangan teriak seperti itu. Apa kamu tidak malu?" tanya Tuan Jayden yang segera berdiri dan berlalu meninggal anaknya yang kesal dengan cucunya Aldrich. Tuan Malik mendengus mendengar perkataan ayahnya. Tuan Jayden sangat menyayangi anaknya itu. Begitu juga kakeknya Tuan Mathias, jadi dia hanya bisa pasrah dan kembali ke rumah menunggu istrinya pulang. Aldrich segera masuk ke dalam mobil dia akan ke bagian utara, karena markasnya diserang oleh musuhnya. "Sudah tau siapa yang menyerang kita?" tanya Aldrich dengan suara berat dan sorot mata penuh amarah. "Dari informasi yang saya dapatkan, mereka dari klan Tiger Woody. Klan mafia yang diketuai oleh salah satu pria yang katanya si tangan iblis, Tuan," jawab Marco. Marco menjelang siapa yang menyerang markasnya. Aldrich mengepalkan tangannya, dia geram dan murka, klan Tiger Woody merupakan klan yang sangat dibenci semua mafia. Selain suka ikut campur, klan tersebut juga sangat suka menghancurkan markas milik mafia lain dan mencuri barang mereka. "Apa barang kita bisa diselamatkan?" tanya Aldrich. "Sepertinya, saya belum tau. Anak buah kita yang di markas masih menyerang dan beberapa menyelamatkan barang kita," jawab Marco menjelaskan bagaimana situasi di markas atau gudang milik tuannya. Aldrich diam, dia mengirimkan pesan kepada seseorang dan dia ingin bertemu di markas yang diserang oleh klan Tiger Woody. Pesan terkirim, tinggal menunggu respon dari orang yang dia kirim pesan. Tidak berapa lama, panggilan masuk. Aldrich tersenyum dia segera menjawab panggilan tersebut. "Halo, bagaimana, sudah siap ikut bertempur hari ini? Jika sudah siap aku akan tunggu, bukankah dia juga musuhmu," ucap Aldrich yang membuat orang di ujung telpon tertawa renyah mendengar apa yang Aldrich katakan. Aldrich hanya mendengar apa yang orang tersebut katakan dan menunggu apakah orang itu mau ikut bergabung atau tidak.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN