Sepanjang perjalanan dari Denpasar menuju Kintamani, wajah Anya nampak tegang. Tangannya tanpa sadar saling meremat, dengan perasaan gugup. Entah Galen sadar atau tidak, Anya tidak peduli. Situasi saat ini membuatnya nyaris gila. Datang hanya berdua, sedangkan Kin bersama dengan keluarganya sudah menunggu di Kintamani. Hal ini terjadi karena menunggu Galen pulang kerja. Dalam keadaan seperti ini, Anya ingin sekali membatalkan janjinya untuk datang. Tetapi ia takut membuat Kin dan Galen kecewa. Sedangkan rasa gugup yang terus menyerang selama perjalaan, membuyarkan pikirannya. Perutnya mulas dan mual. Padahal Anya tipe orang yang mudah berbaur dengan lingkungan baru. Namun karena saat itu situasinya berbeda, jelas membuatnya kewalahan mengontrol diri. “Kamu masih ingat kan, rencana kita d