Dominant Sagara I

1072 Kata
    Kehidupan Kayari berubah semakin gila dan berbahaya. Dia tahu itu. Namun tahu juga di mana tempatnya berdiri. Berhati-hati jangan sampai di kuasai atau dijatuhkan orang yang berada di sekitarnya. Kayari jadi semakin tahu bagaimana sikap dan sifat Sagara seiring berjalannya waktu. Pria tampan yang diidolakan para wanita, seorang model, superstar yang juga akan bermain film. Donjuan yang dipuja-puja. Termasuk dirinya sebagai penggemar. Kayari mengakui kalau dia juga tergila-gila dengan Sagara Caraka, kalau tidak, tidak akan mau bertemu. Dia menikmati dan merasa special di dekat Sagara. Yang terpenting adalah consent.     Sifat Sagara yang begitu lekat adalah, pria ini cukup semena-mena. Seenaknya saja. Mungkin karena terbiasa sebagai superstar yang jadwalnya selalu disiapkan dan apa-apa sudah tersedia. Masih ingat sesering apa Sagara tiba-tiba meminta bertemu, atau hal-hal lainnya yang berujung pada pertemuan juga. Tapi Kayari akui worth sama apa yang dia dapat dari pria itu. Selain Sagara cukup royal masalah uang, kadang memberikan Kayari barang-barang atau mengisi pundi-pundi uang di rekening Kayara, Sagara sendiri memperlakukannya dengan sangat baik. Bukan sekadar selesai melakukan seks, puas, lalu selesai dan pergi. Hanya memuaskan diri sendiri. After Care Sagara berbeda. Kadang masih berpelukan sambil telanjang dengan dibalut selimut. Dikecup-kecup. Diperlakukan seolah pacar. Namun tentu tidak ada hal semacam itu dalam kamus mereka. Superstar seperti Sagara tidak akan berkencan. Milik semua orang, dicintai semua orang, katanya begitu.     Sedari awal hubungan mereka harusnya berakhir semalam saja—one night stand, lalu berpisah dan tidak bertemu lagi, menjadi kenangan saja. Menutup mulut. Tapi Sagara Caraka membuatnya tidak begitu. Membuatnya berbeda dari biasa. Dia meminta Kayari untuk kembali bertemu. Tetap berhubungan. Saling mengirim pesan. Bukan sekadar one night stand lagi.     Tapi hari ini lebih gila. Membuat terkejut. Tiba-tiba Sagara menelpon ketika Kayari sedang berleha-leha di depan laptop. Berniat ingin menulis, tetapi berakhir menonton video dan kemudian berlanjut ke tv series. Ia suka menonton film-film mistery, crime, atau sesuatu yang cukup gelap, sebab hal-hal romantis mendebarkan kadang tidak sesuai dengan keadaannya. Kecuali film-film romantis yang membara dan dewasa. "Kamu di mana?" tanya Sagara langsung tanpa basa-basi.     "Rumah,” jawab Kayari sama singkatnya. Sebenarnya keduanya suka hal yang sama-sama praktis.     "Ketemu ya. Sini,” tukas Sagara. Terlalu tenang. Santai seolah itu bukan hal yang besar.     Kebiasaan. Tidak ada kalimat yang menunjukkan pertanyaan, lebih ke pernyataan. Bahkan tidak terdengar seperti permintaan. Alih-alih mengatakan, ‘kamu mau ketemu atau nggak?’ Sagara langsung pada sasaran agar tidak ada penolakan yang terdengar. Seperti yang dikatakan Kayari sebelumnya, Sagara cukup semena-mena.     "Memangnya nggak ada jadwal? Perasaan lagi sibuknya deh," kata Kayari pada pria yang sedang menelponnya di seberang sana. Iya, Kayari tahu. Sagara itu kan terkenal. Kayari sendiri ngefans sama Sagara. Jelas tahu kalau pria yang digandrungi sejuta umat itu sedang sibuk-sibuknya. Atau mungkin lebih tepatnya, jarang sekali tidak sibuk. Selalu sibuk.     Di seberang sana, Sagara tersenyum karena Kayari mengetahui jadwalnya. Ia memang tahu kalau Kayari penggemarnya mengingat pertemuan awal mereka, dari media sosial, tetapi tetap saja ada kepuasan dan kesenangan sendiri. Berhubungan dengan orang yang menyukai dan tergila-gila pada kita, rasanya seperti sangat disayang dan tidak perlu khawatir ditinggalkan. Sagara menikmati cinta yang diberikan orang-orang termasuk Kayari untuk saat ini. Merasa begitu special, sebab Kayari juga tidak berusaha menutupi.     "Ada kok. Sini datang ke lokasi pemotretan aku,” jawab Sagara. Iya, benar seperti yang dikatakan. Dia memang sibuk. Bahkan sekarang sedang di lokasi pemotretan.     "HA?" Kayari kaget dan panik sendiri. Sagara baru saja mengatakan agar dia datang ke lokasi pemotretan pria itu yang mana di tempat umum. Publik akan melihat. akan bertanya-tanya siapa dirinya. Mustahil sepi, bayangkan berapa banyak staf di sana mengingat siapa Sagara. Belum lagi bodyguard dan manager. Pertemuan mereka selalu diam-diam, berada di tempat paling aman dan Kayari sendiri mengerti alasannya mengingat Sagara bukan orang biasa. Namun Sagara yangs ekarang terlalu nekat. Membuatnya takut sekaligus jadi terbawa perasaan sendiri. Bohong kalau jadi tidak terpikir bahwa Sagara tidak masalah jika ketahuan bersamanya. Seperti merasa spesial.     "Aku kirim alamatnya. Aku tunggu,” kata Sagara lagi. Lalu menutup panggilannya begitu saja. Di seberang sana, Sagara juga tersenyum. Membayangkan wajah gemas Kayari yang terkejut. Wajah kebingungan Kayari. Dia benar-benar menikmatinya. Dia suka hal-hal semacam ini, yang menarik. Baginya Kayari cukup menari. Tidak malu-malu, cukup nekat, tidak menyusahkan sama sekali. Tidak memakai perasaan yang sampai harus mengakangnya. Untuk pria seperti Sagara, itu yang dia butuhkan. Tentu ditambah wajah Kayari yang memang sangat cantik. Masuk ke tipenya, selain main di atas kasur juga memuaskan.   ***       Setelah telepon ditutup, Sagara langsung mengirimkan alamat pemotretannya. Tidak begitu jauh dari rumah Kayari. Ia langsung bergegas. Tidak seperti sebelumnya sampai memakai lingerie, dia tahu bahwa Sagara sibuk. Jangan sampai ketika dia datang, malahan pemotretannya sedang dilakukan atau sudah selesai. Setidaknya memang Kayari selalu memakai pakaian dalam yang seirama. Lagipula, kenapa juga membutuhkan pakaian dalam saat bertemu di lokasi pemotretan? Tidak mungkin melakukan apa-apa bukan? Oke, paling berciuman.     Berakhir Kayari datang ke lokasi pemotretan Sagara yang menjadi canggung sendiri sendiri. Bingung harus bagaimana. Tidak mungkin masuk begitu saja. Mustahil juga bilang kalau dia disuruh Sagara ke sini. Tidak akan ada yang percaya begitu saja. Dia sendiri tidak berani mengatakan itu. Reputasi Sagara dipertaruhkan. Harus hati-hati. Nanti malah berujung dia tidak dapat bertemu Sagara lagi atau bisa saja dituntut. Beberapa orang yang lewat tentu jadi memerhatikannya.  Mau menelpon Sagara, tetapi empunya sudah muncul sambil melambaikan tangan. Kayari buru-buru mendekat dengan takut-takut.     "Sagara, serius? Nanti jadi skandal buat kamunya," kata Kayari memerhatikan sekitar. Benar-benar berani sedari tadi. Kayari sendiri sebagai fans, tidak mau karir Sagara hancur apalagi karenanya.     Terlalu tenang. Sagara mengedikkan bahunya santai. "It's ok. Aku sudah inform kok, kalau kamu sepupu aku,” katanya sudah mewanti-wanti sejak awal. Oke, aman.     Ada perasaan lega, Kayari menganggukkan kepalanya.     "Ayo," ajak Sagara.     "Ke?" tanya Kayari masih berhati-hati dan bingung. Benar-benar begitu asing dalam keadaan seperti ini. Kikuk sendiri.     Senyum asimetris terlukis di bibir Sagara. Smirk. Licik. Bisa ditebak apa yang akan terjadi berikutnya. "Kamar ganti. Main dulu. Lagi kangen banget nih,” katanya terlalu jujur. Seduktif dengan suara baritone yang menggelitik telinga. Sengaja berbisik hingga napasnya menyapu leher Kayari. Membuat mata Kayari membelalak. Tidak pernah berpikir kalau Sagara akan mengajaknya bermain di lokasi. Apalagi sampai di ruang ganti. Tapi seharusnya dia sadar dan tahu, bukan hal yang baru, pertemuan mereka selalu berakhir seperti ini. Hubungan mereka tidak lebih dari sama-sama menikmati kegilaan dan kenikmatan. Tidak ada kata cinta di dalamnya.     Dan ya—enak sekali jadi Sagara. Selalu mendapatkan yang dia mau dengan mudah. Apalagi mengatakan kalau Kayari ada sepupunya.     Jadi sepupu mana yang ke kamar ganti berduaan? []
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN