Melihat seorang laki-laki paruh baya sedang berkutat dengan mesin mobil di pinggir jalan, membuat Gasta menghentikan laju motornya. Dia segera menghampiri lelaki itu.
"Ada masalah pak?" tanya Gasta.
Lelaki paruh baya itu menoleh, "Iya, den. Mobil majikan saya, bensinnya habis."
"Saya ban—“
"Loh, Gasta? Lo beneran Gasta, kan?"
Anjir, dia makin ganteng banget.
Seorang gadis berkulit putih keluar dari dalam mobil. Tercengir lebar menatap Gasta--teman SMP nya, lalu dengan cepat menghampiri pemuda tampan itu. Sementara Gasta, melihat gadis itu dengan kening mengerut seolah tidak mengenali sama sekali.
"Gue Sherin, teman satu SMP lo. Gue sekelas sama Melody dulu. Serius, lo lupa sama gue?" ujarnya dengan senyum yang tidak luntur menghiasi paras cantiknya.
"Oh, iya gue inget," kata Gasta tidak minat, lalu kembali melihat pria paruh baya yang bisa Gasta tebak jika beliau adalah sopir Sherin.
"Saya bantu, pak. Tunggu! Biar saya aja yang nyari bensinnya."
Namun, lelaki itu memperhatikan Gasta, "Beneran Den, nggak papa? Ini udah siang banget. Aden kan harus sekolah."
"Saya udah biasa telat, pak!"
Sherin terkekeh geli mendengar jawaban Gasta, "Masih aja ya Gas, lo bandel kayak pas SMP. Gue kira udah berubah. Nggak badboy lagi," katanya dengan jantung berdebar.
Mengabaikan ucapan Sherin, Gasta memilih untuk segera bergegas melajukan motornya menuju pom bensin terdekat. Tidak butuh waktu yang lama, dia kembali membawa sebuah jeriken berisi bensin.
"Terimakasih ya!" ujar lelaki paruh baya itu, di angguki oleh Gasta.
"Saya duluan ya, pak!"
"Nggeh, Den. Hati-hati!"
Gasta sudah akan menaiki motor ninjanya, namun Sherin dengan cepat berjalan mendekat ke arah pemuda itu. Tidak mau tertinggal.
"Makasih banyak ya, Gasta! Kapan- kapan gue bakal traktir lo makan."
"Nggak usah," sahut Gasta datar, sambil memakaikan helm pada kepalanya.
"Eh, nggak papa. Sebagai tanda terimakasih gue ke elo, karena lo nolong gue hari ini, " kata Sherin kekeuh.
"Nomor lo masih yang lama, kan?" sambungnya.
Gasta mengangguk sekali, membuat Sherin semakin senang bukan main. Sebelum akhirnya, Gasta melajukan motornya meninggalkan Sherin yang jingkrak-jingkrak kesenengan.
***
“CIAAAAA SALALALAAAA!”
"DENTA, DI CARI GASTA DI DEPAN!!!" Suara kencang Gista membuat semua orang kompak menoleh. Kecuali Denta, karena gadis itu tidak mendengar, sibuk goyang ngebor dan melanjutkan bait lagu.
"MING, PANGGILIN DENTA DONG!"
Aming menoleh pada Gista, seketika langsung membelalak kaget, saat melihat sosok jangkung Gasta berdiri di ambang pintu kelasnya. Karena takut, Aming memutuskan untuk melompat turun, dan tidak lupa memberi kode untuk Alfa, agar ikut turun dengannya. Awalnya, Alfa menolak, tapi saat sadar ada Gasta, dia pun buru-buru turun.
"DENTA!!!" teriak Dira kali ini.
"Apa—“
“EKHEM!”
Gadis itu langsung kicep begitu saja. Matanya membelalak maksimal, dan rasanya ingin melompat dari atas gunung Semeru. Batinnya mengumpat dan meruntuk dalam hati. Melihat pemuda jangkung, berdiri di ambang pintu kelasnya.
"CIYE-CIYEEEEE!”
Dengan wajah memerah malu, Denta menjambak rambut Aming, "Kok lo nggak ngasih tau, sih?" omelnya.
"Gue aja baru tau," bantah Aming. Denta mengumpat, langsung melompat turun menghampiri sang pacar, yang masih berdiri di ambang pintu kelasnya. Kelas jadi heboh seketika, tidak peduli jika kini Denta sudah memelototi mereka satu-satu.
"CIYE-CIYE!! CUIT-CUIT!!"
"DENTA SALAH TINGKAH, UHUY!!"
"OH, JADI ITU NTA, YANG PELUK LO PAS NANGIS KEMARIN SORE?”
"GARA-GARA LO NANGIS ABIS KETEMU MANTAN!!?"
"Bac*t lo!" umpat Denta melotot mengancam, lalu berjalan ke arah Gasta.
"Gas, Denta emang gitu malu-maluin. Mending sama gue aja. Gue nggak malu-maluin kok kalau jadi pacar!!" seru Gista sengaja menggodai Denta.
Nur angkat tangan, "Gue juga mau banget."
Denta melotot langsung, dengan cepat memeluk lengan Gasta, "Enak aja, punya gue nih," katanya sewot. Dengan segera, dia mendorong- dorong Gasta, agar keluar dari kelasnya. Daripada di kelas, Gasta pasti akan di godain para cabe di kelasnya.
"Ada apa? Tumben ke sini?"
"Nih!" Gasta menyerahkan paper bag ke arah Denta.
"Wah, kado buat gue nih?"
"Bukan!"
"Terus--oh, hoodie gue!? Gue kira kado. Btw, kok bisa di elo?"
"Ketinggalan di mobil kemarin."
"Pantes, gue cari dimana-mana nggak nemu. Ternyata di elo. Kenapa nggak chat gue aja, biar nggak usah ke sini?"
"Nggak papa."
"Nggak ngerepotin kan?"
"Nggak."
"Hehehe, entar pulangnya nebeng lo lagi ya! Vero ada kencan sama ceweknya."
"Hm."
"Sekalian, anterin gue beli bakpow di perempatan deket deller Suzuki itu loh."
"Ya."
"Sip, makasih Gastanya Denta!"
"Gue balik!!"
"Eh, Gasta, tunggu dong!"
Gasta menoleh, "Apa?"
"Saranghae," ucap Denta tiba-tiba, sembari membentuk hati dengan jarinya, saat Gasta menoleh ke arahnya. Gasta tersenyum tipis, lantas mengangguk sekali. Sebelum akhirnya, Gasta membuang muka dengan cepat, karena tidak tahan melihat wajah Denta yang begitu cute sekali.
"Gue balik ya!"
"Hati-hati, jangan nyungsep!" Denta terkekeh geli.
***