London Heathrow.
Mommy Ra menatap laki-laki yang ada di depannya, lantas menghela nafas. Hari ini wanita itu akan pergi ke Indonesia untuk pertama kalinya setelah belasan tahun lamanya. Zee meremas tangan Mommy Ra, menyalurkan kekuatan, meski dia sendiri juga harus bersiap mulai dari sekarang kalau suatu saat nanti wanita di depannya ini tidak bisa dia miliki sepenuhnya. Pria yang saat ini memakai coat cokelat itu tersenyum “It’s okay. Everything will be alright, Ra” ucap Zee santai, meski hatinya tak sesantai itu. Bahkan panggilan Noona yang biasanya di gunakan kini tak lagi ia lontarkan.
“Im sorry, Zee” lirih Mommy Ra “For involving you in my problem” lanjut wanita cantik itu sembari menatap wajah pria yang ada didepannya. Tapi Zee malah mengembangkan senyum, lantas mengangguk. Dia juga tidak pernah merasa terbebani dengan semua ini, justru Zee senang bisa membantu wanita yang dicintainya. Meski takdir mungkin tidak akan pernah menyatukan mereka. But who knows, tuhan selalu punya rencananya sendiri.
Zee meraih tubuh Mommy Ra untuk di peluk, dalam dekapan pria itu Mommy Ra memejamkan matanya. Nyaman, hangat dan merasa aman, itulah yang dirasakan Mommy Ra sekarang “Go or you will miss the flight” kata Zee, dia melepaskan pelukan Mommy Ra.
“See you, Zee”
Mereka berdua sama-sama mengembangkan senyum, baru dua langkah Zee menarik lengan Mommy Ra membuat wanita itu kembali menoleh dan sedikit terhuyung ke belakang, netra keduanya saling bertatapan. Tanpa permisi Zee mengecup kening Mommy Ra, untuk pertama dan mungkin untuk terakhir kalinya “Take care” bisik pria itu tapi tidak mendapatkan jawaban dari Mommy Ra lantaran dia masih syok dengan kejadian mendadak tadi. Dadanya juga berdegup dengan kencang.
(^_^)(^_^)
Indonesia.
River berjalan masuk ke dalam rumah sembari memainkan kunci motornya, di sekolah tadi? tidak ada yang spesial. Setiap ada Lami dan Regan cowok itu sebisa mungkin menghindar, River tak sekuat itu melihat gadis masa lalunya terlalu dekat dengan sahabatnya. River sakit hati, dia iri dan cemburu, tapi cowok ber netra sipit itu harus menahan nya kalau tidak ingin persahabatan nya dengan Regan jadi rusak. Berfikir positifnya saja, mungkin tuhan tengah melatih dia untuk menjadi cowok yang kuat dan pandai mengikhlaskan segala hal. Mulai dari harus ikhlas kehilangan Daddy, Tissa, dan sekarang mungkin dia akan kehilangan Lami. Tak apa, River sudah mempersiapkan kalau hatinya akan kecewa lagi dan lagi. Rasa kecewa itu sudah menjadi teman dekat River dari dulu hingga sekarang, hanya saja dia tak ingin menunjuk kan nya pada semua orang.
Langkah kaki River terhenti saat netra minimalisnya menangkap sosok yang begitu ia kenali meski hanya dari belakang. Sosok yang saat ini tengah duduk santai di depan Tv sebari menggigit sebuah apel merah. “Mommy?!”
Wanita itu menoleh, lipstik merah yang memoles bibirnya kini mengembang saat menatap anak laki-laki semata wayang nya dalam kondisi baik-baik saja, Mommy Ra sempat khawatir kalau River sudah bertemu dengan Ken. Mommy Ra berjalan mendekati River, mengelus bahu anaknya dengan sayang “Hi, my son. Baru pulang? Mommy udah nungguin dari tadi” jawab sang Mommy lantas berjalan mengambil tas yang masih di gendongan River. Cowok itu mengerjap beberapa kali, dia tidak percaya kalau Mommy nya ada di Indonesia dan sekarang ada di depan dia.
“Kenapa Mommy nggak bilang kalau mau ke Indo?” tanya River, bete. Siapa yang tidak bete, dulu aja River sampai harus memohon-mohon agar sang Mommy mau ikut ke Indonesia, tapi berapa kalipun River meminta Mommy nya akan tetap menolak. Tapi sekarang, wanita yang enggan sekali menginjakan kaki di Indonesia itu, kini berada disini. Tak bisa di percaya.
Mendengar adanya keributan di lantai bawah Oma Mirna dan Opa Johan turun, mendapati anak dan cucu nya yang sedang mengobrol. River langsung menatap kedua orang tua itu dengan curiga, curiga kalau mereka tengah bersekongkol. "Oma--"
“Kami juga nggak tau River kalo Mommy mu mau datang ke Indo, tadi aja Oma sampai kaget" sela Oma Mirna sebelum River menuduh yang macam-macam. “Ganti baju dulu gih, terus makan” tambah Oma. River mangangguk dengan bingung, masih belum bisa mempercayai kalau Mommy nya beneran ada di sini, di Indo. Apakah ada sesuatu yang gawat sampai Mommy nya mau datang? Tapi apa? Kehidupan nya disini baik-baik saja kok. Sembari mengganti seragam nya dengan kaos biasa River terus berfikir, dia merasa ada yang aneh disini.
Kamar cowok itu di ketuk, Mommy Ra masuk “Kamu kenapa sih? kayak nggak percaya banget kalo Mommy ada disini” celetuk Mommy Ra, wanita itu menggeser tirai jendela dan membuka pintu balkon. Seketika tatapannya bertemu dengan netra almond milik cewek berpipi chubby yang ada di kamar seberang. River tidak tau lantaran cowok itu masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci muka.
“Oh,” Tissa kaget. Sejak kapan River punya Kakak? atau sepupu? siapa sih wanita yang ada di kamar sahabatnya itu. Tissa ingin bertanya, tapi dia bingung harus memanggil dengan sebutan apa. Tante? masih terlalu muda. Kakak? tidak pantas mengingat make up wanita itu terlalu matang.
“Hei, kenapa kamu kaget melihat saya seperti itu?” tanya Mommy Ra, wanita itu tersenyum cerah “Nama kamu siapa?”
“Ti-tissa” duh, kenapa dia jadi gugup seperti ini. Melihat wajah cengo yang Tissa tunjukan membuat Mommy Ra terkekeh “Saya Mommy nya River, panggil aja Tante Ra”
Cewek berpipi itu terdiam beberapa saat, dia masih mencerna ucapan wanita yang tengah berdiri di balkon sahabatnya. Mommy? Jadi, dialah wanita yang diceritakan Regan? Wanita yang cantik, hangat serta friendly? Kalau kemarin Tissa tak percaya, kini dia langsung percaya akan ucapan Regan. Tunggu, kalau yang tengah berdiri di depan nya ini adalah Mommy River, berarti dia.. tante Tissa? Oh s**t! Kenapa bisa wanita secantik itu menikah dengan Omegotnya yang super duper menyebalkan?? Tissa tidak tau, dan dia akan mencari tau.
River muncul di balik punggung Mommy Ra, menatap Mommy nya dan Tissa secara bergantian “Mommy ngapain disini?” tanya River. Cowok itu mengalihkan tatapan pada Tissa, lantas berceletuk “Tiss, muka lo cengo banget. Biasa aja bisa nggak?” suara River membuyarkan lamunan nya yang tadi memikirkan betapa sempurna nya semua keturunan keluarga Purnama. Minus River, karena cowok itu menyebalkan dan suka bikin Tissa kesal.
"Dih, terserah gue dong"
"Ish, dahlah Mom, masuk aja. Ntar ketularan nggak jelasnya Tissa lagi"
"Eh--"
River sudah berjalan masuk duluan, sementara Mommy Ra mengembangkan senyum. Melihat interaksi Tissa dan River mengingatkan dia akan sahabatnya, Ivan. Dimana pria itu berada sekarang, Mommy Ra begitu merindukan sosoknya. Pasti sekarang Ivan makin tampan.
"Tante ke dalem dulu ya, Tiss"
"Iya, Tan"
Setelah kedua orang itu menghilang di balik pintu, satu pemikiran melintas di benak Tissa. Bagaimana reaksi Tante nya saat tau Om nya masih hidup dan berada di Indonesia? Dan bagimana reaksi Omegotnya saat melihat wanita yang sudah dia tinggalkan belasan tahun lamanya kini menjadi semakin cantik dan mempesona? Senyum di wajah Tissa timbul, dia berharap semoga mereka bisa cepat bertemu, dan masalah segera selesai.
(^_^)(^_^)
High heels Mommy Ra beradu dengan lantai saat menuruni tangga membuat atensi Oma, Opa dan juga Arsen yang saat ini ada di ruang makan tersita. Wanita cantik dan matang itu turun dengan anggun bak putri raja, tatapan nya tertuju pada Arsen yang menatap sang Kakak tanpa kedip. Sudah sepuluh tahun lamanya dia tak pernah bertemu dengan Mommy Ra, begitu juga sebaliknya. Arsen kecil kini sudah berubah menjadi begitu tampan. "Wah wah, orang asing nyasar ke rumah nih"
Langkah kaki Mommy Ra berhenti tepat di samping Arsen, wanita itu tersenyum manis ke arah adiknya, lantas tanpa permisi Mommy Ra langsung memiting leher Arsen membuat sang empu kelimpungan sendiri “Pa, Ma, tolongin. Kak, lepas nggak?!”
“Makanya jangan rese, udah nggak ketemu lama sama kakak, nggak kangen apa?” tanya Mommy Ra, melepaskan pitingan nya. Arsen menghirup udara sebanyak-banyaknya. Menatap sang kakak dengan kesal. “Baru pulang kuliah apa baru pulang pacaran?” lanjut Mommy Ra bertanya, tangannya terulur untuk mengacak rambut tebal milik Arsen.
"Kuliah lah, yakali pacaran mulu" jawab Arsen seadanya, Mommy Ra menarik kursi dan duduk di sebelah adiknya. Sementara River duduk di sebelah Oma Mirna, cowok itu hanya terkekeh melihat interaksi antara kakak nya dan juga Mommy nya.
"Yaudah biasa aja dong nggak usah ngegas" balas Mommy Ra tak mau kalah, mereka berdua saling beradu tatapan tajam. Hingga Oma Mirna yang terpaksa melera, menyuruh Mommy Ra tukar tempat duduk dengan River.
"Mommy kayak anak kecil deh, masa sama Bang Arsen berantem sih"
"Ya habisnya dia rese"
"Kakak yang rese"
"Kamu"
"Kakak"
"Kamu--"
"Radista! Arsen! Stop!"
Kicep, mereka semua langsung terdiam saat Opa Johan yang angkat suara. "Sudah, jangan berantem lagi. Papa lapar, dan mari kita mulai makan nya"
Tak ada percakapan saat mereka makan, yang ada hanya denting sendok dan garpu, itupun hanya sesekali, sisanya sepi senyap. Perlahan piring-piring mulai tandas “Udah lama banget aku nggak makan masakan Mama” ucap Mommy Ra sembari tersenyum. Netra wanita itu menyapu ke seluruh ruangan, benar-benar beda dengan rumahnya yang ada di Bogor. Rumah yang sampai kapanpun tidak akan pernah dimasuki olehnya lagi.
“River mau nambah?” tanya Mommy Ra yang mendapat gelengan kepala dari anak semata wayangnya. Mama Mirna yang menatap interaksi keduanya hanya bisa tersenyum sendu, Radista memperlakukan River dengan sangat baik. Tidak seperti dirinya yang dulu memperlakukan Ra dengan kasar.
“Jadi, alasan apa yang buat Kak Ra rela dateng ke Indo kayak gini?” Arsen yang sedari tadi diam kini mulai membuka suara lagi. Cowok itu menatap kakak nya yang memasang wajah kebingungan, tak ada niatan untuk memaksa. Arsen lebih memilih untuk mengerti saja.
Mommy Ra hanya mengembangkan senyum sebagai jawaban, lantas menoleh ke arah River yang tengah menikmati buah pisang “Kamu kapan libur semesternya?” tanya Mommy Ra mengalihkan pembicaraan.
“Mungkin 2 minggu lagi, Mom”
“Masih lama ya, sebenarnya Mommy kesini mau bawa kamu kembali ke London” ungkap Mommy Ra langsung, dia tak ingin basa basi lagi. Ucapan yang baru saja di lontarkan sekalian menjawab pertanyaan Arsen. Mereka berempat spontan menatap Mommy Ra dengan tatapan kaget, tak ada seorang pun yang tau tentang tujuan nya datang kemari. Wajar kalau mereka jadi kaget.
“Maksud kamu apa, Ra?” tanya Opa Johan mewakili.
"Aku nggak bisa hidup lama-lama tanpa River, Pa. Jadi, aku mau bawa River kembali ke London"
“Itu bukan alasan yang logis buat kamu bawa River seenaknya, Ra. Pikirin berapa biaya yang udah kamu keluarkan buat mindahin dia kesini, dan sekarang?” tambah Mama Mirna, tak tau jalan pikiran anaknya. Dia dan suami juga ikut turut andil dalam proses kepindahan River yang kelewat ribet, ratusan juta dikeluarkan untuk itu. Mommy Ra menanggapi kekagetan semua orang dengan kalem, seharusnya kedua orang tuanya paham kenapa dia ingin membawa River pergi lantaran mereka berdua tau kalau sekarang Ken ada di Indonesia.
Wanita itu hanya mengembangkan senyum, tak terpengaruh oleh ucapan sang Mama. “Mommy tinggal tunggu persetujuan kamu, River. Nggak masalah soal biaya atau ribetnya ngurus dokumen, Mommy cuma pengen kamu kembali ke London dan tinggal sama Mommy disana”
River masih diam, netra nya semakin menyipit disertai kerutan di dahinya “River nggak bisa, Mom”
Jawaban River melunturkan senyum Mommy Ra “Kenapa? kamu nggak mau tinggal sama Mommy lagi?”
“Bukan itu, Mommy.” sela River cepat “Seperti yang Mommy bilang, kalau mindahin River ke London bukan hanya biaya nya yang mahal, tapi juga ngurus dokumennya ribet. Kenapa Mommy jadi egois seperti ini?”
Mommy Ra tersentak, selama 17 tahun River tak pernah membantah ucapan nya. Tak pernah menuduhnya seperti itu, dan sekarang? Kenapa anak nya jadi bersikap seperti itu? “Jelasin kenapa Kakak mau River pindah lagi ke London, jangan bohong Kak” kini Arsen ikut campur, Mommy Ra jadi tersudut. Sekarang, wanita itu menyesal sudah membahasnya disini, seharusnya dia menunggu waktu berdua dengan River nanti.
“Udah kakak jelasin alasannya tadi, kakak nggak bisa hidup tanpa River"
Oma Mirna kembali membuka suaranya, dia tak ingin ada keributan di antara anak-anaknya “Arsen, River, bisa kalian ke kamar sekarang?” tanya wanita tua itu, mereka berdua lantas bangkit dan berjalan naik ke kamar masing-masing. Kini yang tersisa di ruang makan hanya Oma Mirna, Papa Johan dan juga Mommy Ra.
“Papa tau kamu bohong, sekarang bilang kenapa kamu pengen River kembali ke London”
Mommy Ra menatap pria yang menjadi Papa nya itu dengan sendu, dia menghela nafas. Mungkin sekarang dia bisa jujur sejujur jujurnya tentang kekhawatiran yang dia rasa kan beberapa hari terakhir ini. “Papa tau kan Ken ada disini, Ra nggak mau sampai River bertemu sama Ken, Pa, Ma"
Diam, lenggang, tanpa suara. Papa Johan dan Mama Mirna saling beradu tatapan, ternyata itu yang membuat anaknya mendadak datang ke Indo dan mendadak juga memaksa River untuk pindah. “Apa kamu yakin, Ra?” tanya Mama Mirna memelankan suaranya. Mommy Ra mengangguk “Zee udah bantuin aku buat cari bukti, Ma. Dan sekarang aku yakin kalau Ken ada di Indo, itulah kenapa aku maksa River buat pindah karena aku nggak mau dia sampai tau dimana Daddy nya. Ken udah bertindak terlalu jauh, di London dia mempekerjakan Spy untuk memata-mataiku, sementara dia sendiri kesini untuk bertemu dengan River”
“Astaga, Ra" pekik Oma Mirna tak menyangka. Bahkan sampai sekarang wanita itu masih bingung, kenapa Ken yang sudah meninggal bisa hidup kembali. "Tapi kamu nggak di apa-apain kan disana?"
Mommy Ra menggeleng, tersenyum tipis "Ken cuma memata-matai, Ma. Dia nggak akan pernah berani keluar apalagi muncul di depanku"
"Papa mengerti perasaanmu, Ra. Tapi untuk masalah kali ini, tolong jangan egois. River udah nyaman disini, dan jika Ken bertemu dengan River anggap saja semua itu sudah takdir"
“Ra nggak pernah egois, Pa. Ini demi kebaikan River sendiri”
“Dari mana kamu tau, Ra?”
Skak mat. Mommy Ra sudah terpojokkan, dia kalah argumen. “Karena aku Mommy nya, Ma” ternyata wanita itu masih bisa menjawab pertanyaan Mama Mirna “Aku tau apa yang terbaik buat anakku”
“Termasuk kalau Papa dulu pernah maksa kamu buat masuk manajemen sementara kamu ingin sekolah atlet?”
Final!
Mommy Ra terdiam. Dia tak ingin River merasakan apa yang dulu pernah dia rasakan, melakukan semua hal dengan terpaksa. Perlahan wanita itu mulai sadar. Namun, ego nya terlalu besar mengalahkan kesadarannya. Yang saat ini ada di dalam fikiran Mommy Ra hanya satu, membawa River kembali ke London apapun caranya. Masa bodo kalau River menolak. Wanita itu menatap netra Papa Johan dan Mama Mirna yang tengah menatapnya intens. “Papa harap kamu menyadari kesalahanmu sebelum menyesal, Ra. Karena Papa sudah pernah merasakan penyesalan dengan memaksa kamu masuk ke Manajemen padahal kamu ingin masuk ke sekolah Atlet”
“Kenapa Papa ingetin aku sama kenangan itu lagi?” kini perasaan Mommy Ra tersentil, dia sudah melupakan kejadian puluhan tahun yang lalu, tapi sekarang kedua orang tuanya malah mengingatkan luka itu lagi.
“Supaya kamu ingat, dan tidak melakukan kesalahan yang pernah kami lakukan sama kamu dulu. Coba kamu tanya apa yang diinginkan oleh River, jangan sampai kamu menyesal Ra"