"600.000? tak ada 10% dari uang yang Anda hasilkan setiap bulannya! sepertinya anda itu perlu memeriksakan diri ke psikiater, adakah otak anda yang geser di sana? Saya kok merasa curiga tentang hal itu!" kata Bu Indra.
Damar semakin menunduk dengan apa yang diucapkan oleh atasannya tersebut, ia merasa telah dikuliti habis-habisan oleh sang atasan atas kesalahan yang seharusnya tak ada sangkut pautnya dengan perusahaan, itu menurut Damar.
Karena merasa sudah terpojok Damar pun memberanikan diri untuk membela dirinya sendiri.
"Tapi maaf Bu bukankah seharusnya apa yang saya lakukan di luar jam kantor tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan? Apalagi kinerja saya pun Tidak diragukan lagi di perusahaan ini! tolong toleransinya Bu!" kata Damar meskipun dengan takut-takut, tapi dia memaksa memberanikan dirinya untuk menatap langsung kepada atasannya tersebut.
"Anda lupa dengan peraturan perusahaan milik saya? anda tahu sejarah perusahaan ini berdiri? Kalau Anda lupa mari saya peringatkan!" kata Bu Indra yang merasa geram dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Damar.
"Hal pertama yang perlu kamu ketahui, perusahaan yang saya dirikan ini bukanlah merupakan perusahaan company, semua murni dari usaha saya sendiri bersama kedua orang tua saya! itu tidak ada sangkut pautnya dengan apapun, Itu poin pentingnya!"kata Bu Indra.
"Kedua segala peraturan yang ada di perusahaan ini saya sendiri yang membuatnya! tentu saya lebih paham tentang apa saja yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar oleh karyawan yang berada di bawah naungan saya!" jelas Bu Indra lagi.
''Yang terakhir mengenai kesalahan yang Anda lakukan, yang menurut Anda tak ada sangkut pautnya dengan perusahaan, apakah anda yakin? Lupakah anda dengan segala peraturan yang ada di perusahaan ini? Apakah saat penandatanganan kontrak dulu anda tidak membacanya secara detail?" Tanya Bu Indra penuh intimidasi.
"Saya tidak pernah melarang ataupun memaksa seseorang bekerja di perusahaan saya, jika memang Anda keberatan dengan peraturan yang saya terapkan Kenapa anda tetap menandatangani kontrak tersebut? Kenapa setelah sekian tahun baru Anda mendebatnya?" Lagi-lagi Damar tidak bisa menjawab yang menjadi pertanyaan bosnya tersebut.
"Maaf Pak Damar yang terhormat, peraturan di perusahaan saya adalah untuk dipatuhi, bukan untuk dilanggar! sikap Anda tidak mencerminkan seorang pemimpin dalam rumah tangga, melainkan seorang pecundang, pengecut! ada lagi, banci!" Bu Indra menegaskan kata banci di akhir kalimatnya.
"Saya merasa sangat menyesal karena pernah membanggakan anda dengan kinerja anda di perusahaan saya, tapi sayang semua itu tidak anda barengi dengan sikap yang baik kepada istri anda!" jelas Bu Indra lagi.
"Uang yang diperuntukkan untuk istri anda bertujuan untuk meringankan anda sebagai suami, Bukan Untuk Anda tilap dan hanya memberikannya tak lebih dari 600.000!" lagi-lagi Bu Indra menjelaskan dengan sangat geram.
"Percuma saya menjelaskan ke mana-mana, jika pada akhirnya Anda memang bebal dan tak mau mengakui kesalahan anda sendiri! intinya begini saja pak Damar, dua hari lagi uang itu sudah harus ada, jika tidak maka jabatan Anda akan saya turunkan langsung ke bagian OB dengan gaji UMR kota kita tanpa bonus yang lain seperti yang anda dapatkan saat menjabat di posisi sekarang!" tegas Bu Indra yang mengakhiri kalimatnya.
Beliau merasa jengah dan jengkel dengan kebebalan yang dimiliki oleh Damar, bahkan beliau dapat melihat jika Damar tidak merasa bersalah sama sekali dengan apa yang sudah dilakukannya.
Saat mendengar ketegasan dari atasannya tersebut Damar pun tersentak kaget, ia merasa nasibnya sedang berada di ujung tanduk, ia bergidik ngeri saat membayangkan dirinya memakai seragam OB dan tentu dengan gaji yang tak sebesar sekarang.
"Silakan Anda keluar, ingat dua hari lagi! dan jika waktu itu terlewat pilihannya Hanya dua, Anda resign baik-baik atau turun jabatan menjadi OB!" kata-kata Bu Indra benar-benar membuat Damar kaget lalu segera keluar dari ruangan atasannya tersebut.
"Bagaimana bro? jantung aman?" ledek Alex teman satu divisinya yang selama ini sangat tidak menyukai kesombongan Damar.
"Berisik...!"jawab Damar dengan suara yang tidak enak didengar.
"Santai, santai...! gue cuma nanya doang! nikmati waktumu bisa bercanda dengan kita-kita di sini, sebelum nanti kamu sudah tidak bisa melakukannya lagi karena akan dipindahkan sebagai OB!" ledek Alex kepada Damar yang tak ditanggapi oleh nya.
"Sialannnn...! berani-beraninya dia meledekku! mentang-mentang Aku sedang ada masalah seperti ini!"umpat Damar dalam hatinya.
Damar benar-benar ketar-ketir dengan ancaman yang diberikan oleh Bu indra tadi. yang membayangkan Bagaimana jika Apa yang diucapkan oleh atasannya tersebut benar-benar terjadi pada dirinya, tentu dia akan menjadi bulan bulanan teman-temannya yang nanti akan menjadi atasannya.
"Tidak... tidak boleh seperti ini! aku harus mencari pinjaman bagaimanapun caranya!" batin Damar. Dalam hatinya menolak ketakutan-ketakutan yang ada.
Sepulang kerja Damar pun segera menemui kakak iparnya yaitu suami dari kakaknya Sarah, dia bermaksud ingin menagih uang yang telah di pinjam oleh sang kakak.
"Semoga kali ini keberuntungan masih berpihak kepadaku!" Damar dalam hatinya membatin penuh do'a.
Damar tahu di mana sang kakak ipar sering mangkal, jadi dia langsung menemui kakak iparnya tersebut.
"Mas,,,!" Damar menyapa kakak iparnya.
"Kamu Mar? Tumben? Ada apa?" Tanya suami Sarah tersebut.
"Iya Mas, Mas Budi sibuk?" Tanya Damar basa-basi.
Budi ikut jengkel dengan kelakuan iparnya tersebut yang menurutnya sangat keterlaluan, video tentang dirinya yang tengah viral itu cukup menjelaskan Bagaimana kecurangan Damar terhadap istrinya.
Budi tak habis pikir seorang pekerja kantoran seperti Damar hanya memberikan uang sebanyak 600.000 setiap bulannya, padahal sejauh yang dia tahu bonus serta gaji bulanan beserta yang lainnya sebulan mencapai 10 juta, bahkan lebih. Tanpa Budi ketahui bahwa sang istri juga ikut andil dalam kejahatan Damar tersebut.
"Mas jangan ambil orderan dulu ya? aku mau ngomong penting sama mas!"kata Damar dengan lembut berharap bisa mencarikan suasana.
Selama ini memang Damar kurang begitu dekat dengan kakak iparnya tersebut, Dia akan mendekat jika merasa perlu saja, dan jika tidak ada perlu maka dia tidak akan pernah menampakan diri apalagi menyapa kakak iparnya tersebut.
Budi pun mengangguk dan menuruti apa yang diinginkan oleh Adik iparnya, kemudian mereka duduk lesehan di sebuah pohon besar yang ada di tengah kota, kemudian mereka berbincang basa-basi, kemudian Damar mengutarakan apa yang menjadi maksudnya.
"Maksudnya apa? Kapan Sarah memiliki hutang sama kamu? 75 juta? Nggak main-main itu loh Mar! jangan bercanda mengenai hal kayak gini, Mas nggak suka!" 1jawab Budi yang terus terang kaget saat Damar mengatakan bahwa dia meminta uang yang dipinjam oleh istrinya tersebut.
"Damar nggak tahu Mbak Sarah buat bayar hutang apa, tapi uang tabungan Damar benar-benar dipinjam oleh Mbak Sarah, Kalau Mas Budi nggak percaya kita langsung datangi Mbak Sarah saja! biar semuanya jelas! soalnya aku sedang benar-benar kepepet Mas!"kata Damar menghiba.
Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang dan menemui Sarah, Damar dengan mobil yang dipakainya dan budi dengan motor kebanggaannya.
Sesampainya di rumah kebetulan ada Sarah dan juga Ibu Pratiwi juga ada Putri semata wayang mereka yang bernama Ivanka.
Mata Sarah melotot saat mendapati Adik laki-lakinya datang bersama dengan suaminya, pikirannya mulai tak tenang dengan praduga praduga yang ada dalam hatinya.
Saat Sarah hendak pamit untuk keluar bersama Bu Pratiwi dan juga Ivanka dengan cepat Budi melarangnya.
"Tetap di tempatmu dan jangan kemana-mana, aku tidak mengizinkanmu pergi, ada masalah yang harus kita selesaikan secepatnya!"Jawa Budi dan langsung memegang erat tangan istrinya tersebut untuk dibawa masuk ke dalam rumah kembali.
"Tapi kita sudah berencana mau pergi Mas, urusan apa sih yang penting? Itu bisa kita bahas nanti ataupun besok!" kata Sarah hendak berontak dan tak mau mendengar kata suaminya seperti biasanya.
Tapi tatapan tajam Budi kali ini benar-benar membuat nyali Sarah ciut, meskipun dengan perasaan takut-takut Sarah pun mengikuti apa yang dikatakan oleh suaminya.
"Jelaskan padaku apa yang kamu sembunyikan dariku?" Budi berkata dengan tegas meskipun tidak dengan suara yang keras.
"Maksudnya?" Tanya Sarah tergagap.
"Jujurlah atau aku nggak akan pernah mau tahu dengan apapun yang ada sangkut pautnya dengan masalah yang kamu buat!"kata Budi masih dengan suara yang tegas.
"Ivanka masuk dulu ke kamarmu nak!"kata Budi saat menyadari Ivanka masih ada di sana.
Ivanka yang mendapatkan perintah dari ayahnya pun langsung beranjak menuju ke kamarnya, meskipun dengan muka cemberut karena tak jadi jalan-jalan dengan ibu dan neneknya tapi ivanka tidak berani marah di depan sang ayah.
Setelah Putri semata wayangnya itu masuk ke dalam kamar, Budi langsung menatap ke arah istrinya lagi kemudian bertanya dan dengan tatapan intimidasi.
"Benar kamu berhutang 75 juta pada Damar?"