Gadis yang Beruntung

2112 Kata
Kota Jakarta dan Kemegahannya. Gedung-gedung tinggi pencakar langit langsung tampak di pandangan Aubrey begitu taksi yang ia tumpangi keluar dari Bandara Soekarno-Hatta dan melintasi jalanan kota Jakarta. Kepadatan kendaraan yang berlalu-lalang dalam lalu lintas ini mulai tampak di depan mata. Beberapa mobil mewah yang jarang ia lihat di Macau melaju melewati taksinya. Lima tahun berlalu, lima tahun tak berkunjung ke kota yang membuatnya trauma ini, lima tahun yang membuat kota ini semakin maju namun juga semakin padat. Aubrey masih diam memperhatikan pemandangan kota Jakarta, dan tiba-tiba dia melihat wajah yang dikenalnya di papan iklan di sisi jalan. Billboard besar itu menampilkan wanita wajah wanita yang sangat cantik seperti dewi. Zia Lee. Dalam lima tahun, Aubrey tidak tahu lagi bagaimana kabar saudari tirinya itu. Aubrey tidak tahu bagaimana beruntungnya Zia dalam hidupnya setelah menghancurkan kehidupan Aubrey. Zia Lee—seorang gadis biasa dari sekolah fashion yang tidak dikenal kini menjadi aktris dan model terkenal di Indonesia. Fisiknya yang dulu biasa saja, kini menjadi semakin cantik paripurna. “Bapak kenal wanita yang di billboard itu?” tanya Aubrey pada supir taksinya. “Zia Lee?” Supir taksi itu lalu tersenyum. “Siapa yang tidak kenal dia? Satu Indonesia juga kenal Zia Lee. Terkenalnya bukan main-main. Model yang membanggakan Indonesia, film dan sinetronnya juga bagus-bagus dan terkenal. Zia Lee adalah gadis yang beruntung.” Gadis yang beruntung? Heh, Aubrey mencibir dalam hati. Zia yang dulu adalah wanita biasa yang bahkan sampai terjerumus pergaulan bebas dan menjual dirinya, kini berubah menjadi wanita yang sangat cantik hingga semakin di idam-idamkan oleh banyak orang. Aubrey tidak tahu bahwa setelah Aubrey meninggalkan Indonesia begitu saja dan kabur ke Macau, usaha Ayahnya semakin sukses dan keluarganya semakin kaya. Kehidupan Zia di bangku perkuliahan semakin menyenangkan karena ia kini sudah berhasil menyingkirkan Aubrey, menjadi anak tunggal dalam keluarga Lee dan bergelimang harta. Uang Ayahnya yang banyak itu digunakan untuk sekolah modeling dan acting, Zia juga mengikuti casting beberapa sinetron dan film. Selain karena usahanya untuk menjadi terkenal, uang juga membuatnya bisa berkumpul dengan para anak-anak pejabat, konglomerat, hingga aktris serta aktor muda yang mendongkrak karirnya karena pergaulan. Kini, dia telah menjelma menjadi wanita cantik di mata pria. Dunia ini terasa tidak adil, Aubrey sampai harus kabur begitu saja meninggalkan Indonesia karena trauma akan malam itu dan hamil diluar nikah oleh pria yang bahkan tidak dikenalnya. Sedangkan Zia dan ibu tirinya yang sudah menjualnya pada p****************g, kini malah hidup bahagia—bergelimang harta milik Ayahnya. Aubrey menundukkan kepalanya dan memeluk kedua anaknya erat-erat. Dia tidak ingin mengungkapkan keluh kesah masa lalunya sekarang, satu-satunya tujuan Aubrey sekarang adalah melindungi dua malaikat kecilnya dan mendapatkan kembali sesuatu yang seharusnya memang menjadi milik Aubrey. Selain itu, Aubrey tidak meminta apa-apa. Aubrey lalu menoleh menatap Max yang kelihatan lelah karena selama penerbangan ia tidak tidur. Ketika kepala Max sudah terantuk-antuk kebawah dan kelopak matanya terlihat ingin menutup, Aubrey menyandarkan kepala Max ke lengannya sambil mengusap-usap kepala anak lelakinya itu dan tak lama kemudian, Max tertidur. Walaupun masih kecil, Max benar-benar menjalani perannya sebagai anak laki-laki pertama yang bertanggung jawab untuk melindungi ibu serta adiknya. Besar tanpa seorang Ayah membuat Max tahu bagaimana perjuangan Aubrey seorang diri untuk membesarkan Max dan Mia. Bahkan tadi Aubrey sadar, selama di pesawat, Max tidak tidur karena menjaga dirinya dan Mia. Aubrey juga dengar saat Max menyuruh Mia diam di pesawat dan tidak membangunkan ibunya karena tahu bahwa semalaman Aubrey kurang tidur karena bekerja. Aubrey diam-diam tersenyum, ia mengecup puncak kepala Max. Pasti berat menjadi Max, pasti Max juga menginginkan sosok Ayah dalam hidupnya. “Bu, lihat! Gedung-gedung itu tinggi sekali!” Mia tiba-tiba menunjuk ke gedung salah satu gedung tinggi di luar jendela mobil. Gedung tinggi itu paling mewah dan megah diantara gedung yang lainnya. Gedung yang ditunjuk Mia merupakan gedung kembar yang bangunannya menjulang ke langit. Berdiri kokoh seperti pilar besar di pusat kota, bahkan Aubrey sampai memiringkan kepalanya untuk berusaha memandang puncak gedung itu. “Iya, gedung itu besar dan tinggi. Mengagumkan.” Aubrey menjawab sambil tersenyum. “Kalau besar nanti, Mia mau masuk ke gedung itu dan main disana!” Mia berharap dengan polos. Aubrey sontak tertawa, begitu juga dengan supir taksi yang mendengar celotehan gadis kecil itu. “Gedung itu sebagai kantor. Orang-orang dewasa bekerja disana, Mia. Nggak boleh main di gedung itu.” Bibir kecil Mia yang cantik mengerucut sedikit. Ia agaknya kecewa dengan jawaban ibunya, dia merasa harapannya belum-belum sudah dipatahkan. “Gedung itu namanya Emperor International Building. Sekarang menjadi bangunan ikonik di Indonesia setelah renovasi lima tahun yang lalu.” Supir taksi tersebut menjelaskan karena tahu bahwa Aubrey dan anaknya telah lama tinggal di luar negeri. “Itu gedung perkantoran, Pak?” tanya Aubrey. “Iya, bu, benar. Megah sekali memang gedung itu.” Aubrey hanya tersenyum kecil dan mengangguk setuju dengan perkataan supir taksi tersebut. Bangunan megah kantor itu seperti melambangkan kekuatan serta kekuasaan besar pemiliknya dan bagaimana pemiliknya sukses dapat mengembangkan kantor semegah itu. Tanpa Aubrey dan kedua anaknya tahu bahwa gedung perkantoran mewah tersebut adalah milik Gabriel Sebastian. Mia tidak akan menyangka jika gedung yang tadi ia tunjuk dan ingin bermain di dalamnya merupakan gedung milik Ayahnya. Impian Mia untuk bermain di dalam gedung itu amatlah sederhana jika mengetahui bahwa Mia dan Max adalah pewaris dari seluruh kekayaan milik Gabriel Sebastian, karena Mia dan Max adalah anak kandungnya. Tidak hanya bermain di dalam gedung itu, jika menginginkannya, bahkan ketika dewasa nanti Mia dapat memiliki gedung perkantoran itu dan memimpin perusahaan atas nama keluarga Sebastian. *** Pada saat yang sama, sebuah mobil sport mewah keluaran terbaru dan limited edition memasuki bangunan Emperor International Building. Mobil sport itu berhenti di depan pintu masuk lobby. Setelah itu seorang bodyguard langsung buru-buru menghampiri mobil sport tersebut dan membukakan pintu untuk seseorang yang berada dibalik kemudi mobil. Seorang wanita muda yang sangat cantik dengan dress seksi nan elegan berwarna merah maroon itu melangkah keluar dari mobil. Begitu turun dari mobil, ia langsung menjadi pusat perhatian karena dirinya memang memiliki daya tarik yang mahal dan menawan. Rambut panjang hitamnya bergelombang dan keriting dibagian bawahnya membuatnya semakin terlihat menawan. Sepatu hal setinggi tujuh sentimeter menginjak karpet lantai dasar Emperor International Building. Dengan pengawalan bodyguard, Zia Lee melangkah kearah lift dengan menawan. Beberapa pasang mata bahkan tak bisa mengalihkan pandangannya dari Zia yang memukau. “Zia Lee! Itu Zia Lee, kan?!” “Astaga, dia aslinya benar-benar cantik sekali!” Zia tersenyum kecil ketika mendengar kasak-kusuk pujian yang dilontarkan untuknya dari para pegawai di kantor ini. Zia juga tak terganggu dengan mereka yang mengangkat ponsel dan mengarahkan kamera untuk memotret Zia secara diam-diam. Karena Zia tahu dirinya memang semenarik itu. Di dalam lift, Zia menekan lift di lantai enam puluh. Ia menatap pantulan dirinya di kaca yang ada didalam lift, lalu membenarkan tatanan rambutnya. Zia menegakkan dagunya, melihat penampilan dirinya sekali lagi dan bagus, ia sudah puas dengan penampilannya hari ini karena Zia harus terlihat menarik dan menawan sebelum menemuinya. Zia akan bertemu Gabriel Sebastian. Belum bertemu-pun jantung Zia sudah berdegup kencang. Zia menggigit bibir bagian bawahnya, ia cukup gugup untuk bertemu Gabriel dan akan mengundangnya secara langsung ke pesta ulangtahunnya hari ini. Zia kemudian menggelengkan kepalanya sendiri, ia tidak perduli apa jawaban Gabriel nanti, pokoknya Gabriel harus menghadiri pesta ulangtahunnya. Zia kemudian mengambil rambut panjangnya yang menawan dan sengaja membawanya ke sisi kanan dadaanya, memperlihatkan lehernya yang putih dan anggun. Setelah berada di industri hiburan untuk waktu yang lama, Zia tahu betul apa yang disukai pria dari tubuhnya. Ia sengaja menggunakan dress yang memperlihatkan jelas lekuk tubuhnya, belahan dadaanya, hingga kaki jenjangnya agar Gabriel tak mengalihkan pandangan dari dirinya. Lift kemudian berdenting begitu sampai di lantai enam puluh, pintu lift terbuka dan tulisan Emperor International langsung terlihat jelas di bagian lobby lantai enam puluh ini karena memang lantai ini khusus menjadi tempat kerja Gabriel yang berisi ruang kerja pribadi, ruang meeting, ruang olahraga dan bersantai, serta bar dan bioskop untuk Gabriel dan orang-orang terdekatnya. “Selamat siang, Miss Zia. Saya tidak tahu kalau Anda mau datang.” Sekertaris di kantor Gabriel langsung keluar dari meja kerjanya dan menyambut Zia. “Aku tidak harus selalu mengabari kan kalau mau datang?” Zia memainkan rambutnya, melangkah menuju ruang kerja pribadi Gabriel. “Lagipula aku tahu Gabriel di kantor. Tadi dia sudah mengabariku sendiri.” “Tapi alangkah baiknya Anda mengabari terlebih dahulu agar kami bisa menyiapkan kedatangan Anda, Miss.” Sekertaris Gabriel hanya tersenyum menanggapi sedikit keangkuhan Zia. “Kebetulan Anda datang di waktu yang tepat. Mr. Gabriel sedang tidak ada tamu dan tidak ada rapat saat ini.” “Kan sudah kubilang, aku tahu.” Pintu ruangan Gabriel kemudian diketuk singkat sebelum kemudian didorong terbuka oleh sekertarisnya dan kemudian Zia melangkah dengan anggun memasuki ruangan Gabriel. Di kantor yang luas dan cerah ini terdapat meja kerja berwarna hitam yang berada di dekat dinding kaca gedung yang memperlihatkan bangunan-bangunan kota Jakarta yang jadi terlihat kecil dari atas sini. Seluruh ruang kerja ini hanya memiliki tiga warna dominan, yaitu hitam, putih dan abu-abu. Aura dingin dan kaku sangat kontras dengan tempramen pemiliknya. Begitu Zia melangkah masuk, Gabriel yang tadinya sedang bekerja pada kursi besar di belakang meja menghadap laptop kemudian mengangkat pandangannya dan menatap lurus figur Zia yang menawan. Pria itu mengenakan setelan hitam dan kemeja hitam, dengan tempramen seperti raja serta misterius, namun tak menggentarkan langkah Zia untuk mendekatinya. Sekertaris serta bodyguard Gabriel yang mengawal Zia di kantor kemudian meninggalkannya begitu sudah memasuki kantor Gabriel dan menutup pintunya. Zia melangkah melewati meja kerja Gabriel dan kemudian merangkul serta memeluk bahu pria itu dari belakang dengan mesra, bahkan tanpa canggung ia memberikan kecupan di pipi Gabriel. Jika pria lain akan sangat senang dipeluk serta dicium oleh seorang Zia Lee, maka Gabriel biasa saja. Banyak orang tahu bahwa Zia Lee dekat dengan Gabriel Sebastian—seorang pengusaha sukses yang terkenal dan berpengaruh di Asia. Namun tidak banyak orang yang tahu jika hubungan Gabriel dan Zia hanya sebatas friend with benefit. “Kamu nggakmau ngucapin sesuatu gitu?” pancing Zia dengan manja. “Atau mungkin kamu ingat ini hari apa?” “Ada apa?” Gabriel balas bertanya datar sambil membuka dokumennya diatas meja. Zia berdecak malas, ia melepaskan diri dari Gabriel dan beralih duduk di kursi yang berada di depan meja Gabriel. Zia duduk menyilangkan kaki jenjangnya sambil bersedekap di depan d**a, hanya diam menatap Gabriel yang sedang bekerja dengan tatapan kesal. Ditatap serta diamnya Zia dihadapannya membuat dirinya jengah. Gabriel lalu mengalihkan pandangan dari dokumen-dokumen di mejanya dan bertanya dengan suara ringan, “apakah ada yang salah?” Zia berdiri langsung dan berdiri disamping meja, ia sengaja menundukkan tubuhnya menghadap Gabriel untuk lebih menarik respon pria dingin itu. Senyum manis terpancar di wajahnya . “Hari ini aku ulangtahun, El. Nanti malam akan ada pesta di rumahku. Kamu bisa datang, kan?” tanya Zia dengan suara serak-serak seksinya. “Maaf, jadwalku penuh hari ini. Aku tidak punya waktu untuk pergi.” Tolak Gabriel secara langsung tanpa mengucapkan selamat ulangtahun. Mata Gabriel masih sedingin air dan undangan hangat Zia itu tidak membangkitkan minat pria itu untuk datang. “Oh, astaga, Gab. Kamu selalu saja sibuk dan beralasan tidak punya waktu untuk aku.” Zia mulai merajuk, ia kembali memeluk Gabriel dari belakang. “Memang kenyataannya begitu.” Jawab Gabriel dingin. Gabriel hanya diam dan membiarkan Zia menyentuh tubuhnya disaat tidak ada orang lain yang Gabriel persilahkan menyentuhnya sembarangan. Karena Zia adalah seseorang yang menyelamatkan hidupnya lima tahun yang lalu, Gabriel berutang budi padanya dan selalu menuruti keinginan Zia. Tapi bukan berarti Zia bisa mengatur hidup Gabriel seenaknya, Gabriel tetap memiliki prinsip dan lebih mementingkan bekerja daripada datang ke pesta ulangtahun. Zia meletakkan dagunya di bahu Gabriel dengan manja, sengaja ia pura-pura membuat matanya berkaca-kaca dan wajahnya sedih. Tangannya bermain mengusap-usap dadaa Gabriel seperti merajuk. “El, ayolah…” “Oke, oke, aku akan datang!” Jawab Gabriel pada akhirnya karena jengah terus diganggu seperti ini saat bekerja. Zia tersenyum puas dan menahan sorakannya dalam hati. Bagaimanapun ia harus anggun dihadapan Gabriel. Zia lalu mengecup lagi pipi Gabriel sebelum menegakkan tubuhnya. Sebelum melangkah meninggalkan ruangan, Zia menghentikan langkahnya di depan Gabriel dan hanya diam menatapnya. Pria itu mengangkat salah satu alisnya dengan heran saat menatap Zia. Tubuh Zia seperti tersengat listrik kecil saat ditatap seperti itu oleh Gabriel. Pria dihadapannya memang sangat tampan dan menawan. “Apakah ada yang lain?” Gabriel menatapnya dengan heran. “Nggakpapa, aku enggak akan ganggu pekerjaanmu lagi. Aku akan pergi sekarang!” Zia tersenyum manis. “El?” Gabriel menghela napas dan mengangkat pandangannya dari berkas. “Apalagi, Zia?” “Jangan lupa bawakan hadiah untukku!” Gabriel hanya bergeming dan kemudian memijat pelipisnya ketika wanita itu sudah keluar dari ruangannya. Wanita benar-benar hal yang merepotkan. --- Follow me on IG: segalakenangann
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN