Bab 15

1042 Kata
Aline membawa Andrian ke sebuah toko pakaian pria, dirinya begitu senang melihat-lihat pakaian pria. Dia seorang wanita yang tentunya grmar berbelanja, meskipun dia belanja pakaian pria tetap saja dirinya senang. Andrian tidak keberatan karena wanita itu begitu menikmati waktunya bersama Aline. Terlebih Aline bersikap seperti istrinya, memilihkan pakain untuknya. Maka dari itu dia tidak merasa keberatan sama sekali. Aline menujukan sebuah kaus berwarna navy tanpa gambar di depannya, namun di belakang hanya ada sebuah b****l merk kaus tersebut. "Ini bagaimana?" "Bagus." Aline seketika tersenyum lalu menyuruh Andrian untuk mencobanya. Lagi dan lagi pria itu hanya menurut perkataan Aline. Andria masuk ke dalam salah satu kamar ganti, sedangkan Aline menunggunya di luar sambil matanya melihat pakaian yang lain. Tak berapa lama Andrian keluar, dengan pakaian yang dipilihkan oleh Aline. Andrian berdehem menyadarkan Aline untuk melihat ke arahnya. Ketika Aline berbalik, dia tersenyum melihat Andrian yang jauh lebih baik dengan kaus navy itu. Andrian kelihatan lebih kalem tidak kaku seperti kanebo kering? "Bagus." Komentar Aline dengan masih menampilkan wajah cerahnya. "Baiklah, saya ambil ini." Aline yang mendengar perkataan Andrian seperti itu, membuat dia begitu semangat untuk kembali memilihkan Andrian pakaian yang lain. Aline memilihkan beberapa kaus, celana pendek dan juga celana jeans untuk Andrian. Dan dengan senang hati Andrian coba satu persatu, Andrian tidak mengeluh sedikit pun yang jelas membuat Aline senang bukan main. Dia juga tidak percaya jika Andrian tidak memiliki celana jeans. Pria itu benar-benar pria kaku dan membosankan, maksudnya membosankan dalam berpenampilan. Sayang saja menurutnya kalau di diamkan, apalagi Andrian memiliki tubuh yang atletis, dan wajah yang rupawan. Dia dapat pastikan jika Andrian akan disukai banyak gadis jika bisa berpenampilan lebih hangat, tidak kaku setiap harinya. "Lelah?" Aline menggeleng sebagai jawaban. "Apakah kita jadi menonton?" Aline bertanya ketika dirinya akan menuju bioskop "Bukan kau ingin menonton?" "Sekarang tidak lagi." "Kenapa?" "Aku lebih menyukai makan, bagaimana kalau kita makan saja?" "Baiklah, kita makan terlebih dahulu. Setelah itu kau pikirkan, ingin menonton atau tidak." Aline mengangguk lalu mengajak Andrian untu makan di restoran iga, dia sudah lama sepertinya tidak ke sin. Iga bakar di sini adalah pavoritnya, karena Andrian bukan pria pemilih dalam makanan maka dari itu dia tidak salah untuk mengajak pria itu ke sini. "Bagaimana? Enak tidak?" Aline bertanya melihat Andrian yang sudah menghabiskan makanannya, sedangkan dirinya masih memakan makanannya. "Iya, ini enak." Aline tersenyum mendengarnya. "Kau ternyata memiliki selera yang bagus, ya." "Untuk urusan makanan aku jagonya, tapi untuk memasak kau ahlinya." Andrian mendengus mendengarnya. "Setelah ini kita ke mana?" "Aku ingin berjalan-jalan mengelilingi mal ini, kau tidak keberatan?" Andrian menggeleng, tentu saja tidak. Baginya berjalan berduaan dengan Aline seperti ini membuatnya senang, jelas saja karena dirinya sudah seperti pasangan kencan. "Tidak, kamu benar-benar tidak ingin menonton?" "Tidak, aku pasti akan tidur di sana. Terlebih kita sudah makan," "Baiklah, kalau begitu kamu tunggu di sini. Saya akan ke basment untuk menaruh belanjaan ini." "Bagaiman kalau kita titipkan saja?" "Di mana?" "Sudah lah, nanti kau juga akan tahu." Andrian hanya mendengus ketika mendengarnya. Aline kembali melanjutkan makannya, dan Andrian begitu asyik memperhatikan Aline. Wanita itu makan dengan tenang, tidak malu makan dengan porsi besar dan Andrian jelas kagum kepadanya. Karena kebanyakan wanita yang pernah bertemu dengannya, selalu menjaga harga diri di depannya dengan berpura-pura bersikap anggun ketika makan. Andrian jelas tidak tersentuh karena dia sendiri lebih menyukai jika wanita itu tampil apa adanya. Tidak dibuat-buat apalagi untuk menyenangkan orang lain, seperti wanita di depannya ini. Aline jelas apa adanya, di awal pertemuan saja wanita itu tidak menyukainya. Tapi sekarang Aline bisa menerima keberadaannya, dan itu sudah lebih dari cukup untuknya. Setelah selesai, mereka kembali menelusuri mal setelah Andrian menitipkan semua barang belanjaannya. Mereka kemudian kembali berjalan melihat-lihat toko yang ada di mal. Andrian padahal sudah menawari Aline untuk membeli tas, baju atau sepatu tapi Aline tidak mau. Katanya dia sudah memiliki baju, tas dan sepatu baru dan menurut Aline itu sudah cukup. "Kita masuk ke yuk?" Ajak Aline ketika melihat timezone di depannya. "Kamu yakin?" Aline mengangguk dengan semangat. "Baiklah." Setelah perkataan Andrian, mereka berdua masuk ke dalam. Andrian menukarkan dulu uang dengan koin untuk mereka bermain. Aline begitu senang melihat Andrian membawa banyak koin, bermain di sini setidaknya melupkan stress dan membuat mood kembali bagus. Aline memulai permainan memukul tikus, di ikuti Andrian di sampingnya. Aline begitu senang memainkan permainan untuk anak kecil seperti ini. Setelah puas memainkan memukul tikus, Aline kemudian mencoba permainan basket. Dan sayangnya permainan ini tidak membuat dirinya menang, Aline justru kesal. Karena semua bola yang dia lemparka ke ring basket tidak pernah masuk. Sedangkan Andrian sendiri, pria itu terlihat tidak kesusahan sama sekali. Jelas saja, pria itu dulunya pemain basket ketika di sekolahnya dulu. Maka permainan seperti ini bukan apa-apa bagi Andrian. Aline mendengus kesal karena dirinya kalah dari Andrian. Wanita itu kemudian berjalan meninggalkan permainan basket, dia ingin bermain yang lain. Dan seketika matanya jatuh pada sebuah ruang karoke mini yang ada di sana. Mata Aline berbinar, kemudian otak cantiknya mulai memikirkan rencana yang akan membuat dirinya senang bukan main. "Andrian." Panggil Aline ketika pria itu baru saja selesai bermain basket, Andrian kemudian berjalan ke arah Aline. "Hn ada apa?" "Ayo kita karoke." Wajah Andrian seketika berubah, dia terkejut mendengar ajakan Aline. "Kamu yakin?" Aline mengangguk mantap. "Apakah kau tidak ingin mencoba permainan yang lain?" "Tentu saja aku ingin. Tapi untuk sekarang aku ingin bernyanyi," "Tapi saya tidak bisa bernyanyi." "Tidak apa, lagi pula suara bagus dan jelek tidak diperlukan di sini. Ayolah kita masuk." "Tapi, Line." "Ck ayolah." Aline seketika menarik lengan Andrian untuk ikut serta masuk ke dalam bilik karoke. Andrian yang tidak bisa berkata tidak kepada Aline pun hanya bisa pasrah. Aline menyerahkan sebuah mic pada Andrian, sedangan wanita itu mulai memilih-milih lagu yang akan mereka nyanyikan. Andrian pikir jika Aline akan memilih lagu dangdut, pop, atau korea misalnya. Tapi ternyata dugaan pria itu melesat, Aline memilih lagu rock. Dia memilih lagu One Ok Rock salah satu band ternama di Jepang. Andrian benar-benar dibuat takjub oleh Aline selera musik Aline harus di acungi jempol, karena tidak biasanya wanita menyukai lagu bermusik keras. Lagu berjudul Liar itu mulai berjalan, dan Aline sudah siap-siapa untuk menyanyi. Dan Andrian kembali dibuat takjub melihat Aline bernyanyi, dan bahkan mengikuti apa yang dilakukan oleh vocalis di layar tersebut membuat Andrian kembali dibuat terpesona oleh Aline. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN