Dengan Gray berada dalam pelukanku kami menemukan sebuah mini-market tua dari tanda toko yang hampir jatuh setelah kami harus memutar ke tempat lain setelah tidak sengaja berpapasan dengan gerombolan zombi tadi. “Mudah-mudahan manusia lain masih berbaik hati untuk meninggalkan kita sesuatu untuk dimakan. "
Abe mengikuti di belakang ketika memasuki mini-market itu. Toko ini lebih buruk dari rempar penampungan hewan dari, tetapi lebih luas. Aku rsa supermarket ini salah satu bisnis paling sukses di kota ini. Aku mendapati hampir semua papan harga turun dari tempatnya.
Gray masih mendengkur di lenganku saat aku perlahan masuk lebih dalam ke toko. Di belakang meja kasir, saya melihat foto Employee of The Month di dinding. Bingkainya miring ke kiri, tapi saya tahu bahwa karyawan itu cantik.
“Ia cantik, kan?”
Aku tersentak. Abe berdiri tepat di sampingku sekarang. Ekspresinya tidak terbaca ketika kami saling pandang. "Apa ada masalah? Makanannya ada di sana. " Ia menunjuk ke jajaran rak-rak yang berserakan.
Seperti biasa jajaran makanan cepat sajilah yang habis lebih dulu. Dalam boks-boks sayuran terdapat beberapa bonggol brokoli yang sudah menguning dan beberapa butir tomat yang masih bisa aku pisahkan dan menaruhnya di dalam pelukan Abe. Di dalam kulkas aku menemukan sebungkus daging sapi olahan yang plastiknya bau tengik akibat es yang mencair. Dengan semua bahan itu aku tahu ada bahan lain yang bisa aku dapatkan tanpa takut kehabisan.
Dan benar saja. Aku bahkan nyaris tergelak karenanya.
Penne lisce. Pasta paling dibenci, bahkan dengan orang Italia sekalipun. Dengan tekstur yang terlalu licin, tidak berombak, membuatnya tidak bisa menahan saos cukup baik.
Bahkan ketika dunia hampir kiamat seperti inipun. Orang-orang masih menolak untuk memakannya.
Abe sekali lagi menjadi pendamping yang baik karena ia sama sekali tidak mengatakan apapun selama aku memilih bahan-bahan yang bisa menjadi bekal kami beberapa hari ke depan. Sekarang yang tertinggal di mana kami bisa menemukan kompor dan peralatannya.
Aku sempat berpikir untuk membawa paling tidak satu panci kecil untuk memasak. Namun barang-barangku sudah cukup banyak dan aku berpikir aku tadinya mengira akan sampai di rumah Alec dalam sehari. Namun ternyata terlalu banyak hal yang terjadi di luar kendaliku.
“Apa sudah cukup?” tanya Abe ketika ia sudah tidak mampu lagi membawa apapun.
Aku memindai semua makanan itu sebelum mengedikkan bahu. “Yeah, kau anak manja. Itu sudah cukup. Paling tidak malam ini kita bisa makan denan kenyang.”
Ace sepertinya dia menarik napas dalam-dalam sebelum ia memutar bola matanya.
Aku memelototinya. “Hey, Apakah kau sama sekali tidak pernah ikut berbelanja dengan ibumu sebelumnya?”
"Tidak. Aku hanya pernah tinggal dengan ayah saya. Jika kau ingin mengatakannya seperti itu. " Ada beberapa humor yang tidak aku kenali karena Abe sekarang tengah mengulum senyumnya.
Dan aku masih tidak ingin menebak apa maksudnya. Namun tiba-tiba Gray terbangun dan ingin terlibat. Kucing itu terlihat sangat tertarik dengan Abe dan seluruh belanjaannya sebelum mengeong pelan.
“Tentu saja, Gray. Ada bagianmu di sana.”
Tapi Gray sudah melompat dari lenganku sebelum aku bisa mencegahnya. Kucing itu lari ke pintu depan, membuatku meneriakkan namanya. Aku langsung lari untuk menangkapnya ...
Tapi saat aku mendapatkan kucing itu, aku tahu aku dalam masalah besar.
Sekelompok zombie sudah ada di depan toko. Mereka sangat bertekad dan terlihat sangat lapar. Wajah mereka adalah yang paling rusak dari yang pernah saya lihat. Mereka hampir terlihat seperti zombie asli yang saya lihat dari film dan video game.
Aku terkejut melihat Miss Employee of The Month berdiri tepat di depan grup.
Dan tepat pada waktunya Abe sudah berdiri di belakangku. Aku melepaskan Gray tanpa melihat dan mengambil pedang dari punggungku. “Menjauhlah.”
Dan aku membunuh Miss Employee of The Month tepat di tenggorokannya, jadi zombie lain di sampingnya. Tapi aku tidak melakukannya dengan cukup cepat. Karena mereka mendatangiku dengan berkelompok. Aku menjadi bingung dan telah melakukan beberapa gerakan sembrono. Aku tidak punya waktu untuk menghitungnya. Tanganku mulai tergelincir akibat keringat....
Aku tidak melihat Gray dan Abe di mana pun. Tapi aku senang mereka pergi dari sini ...
Salah satu zombi mencoba meraih lenganku, membuatku langsung memotong lengannya. Setelah itu mereka mulai melakukan hal yang sama. Aku tidak punya energi tersisa ...
Jadi apakah ini akhirnya?
Tapi ketika aku hampir menyerah. Tiba-tiba cahaya putih menyilaukan datang dengan angin kencang. Lantai bergetar. Kaca jendela yang tersisa hancur berkeping-keping ...
Hal terakhir yang aku ingat berlutut dan jatuh ke dalam kegelapan...
***
Aku terbangun dengan Gray yang tertidur di dadaku. Aku tidak mengenali tempatku berbaring sekarang. Ketika aku melihat sekeliling, aku mengebali tempat ini lebih terlihat seperti rumah daripada toko.
Perlahan aku menyadari tempat apa ini. Tampak seperti lobi dengan lampu gantung kristal, sofa mewah, dan tiruan lukisan Van Gogh. Ketika aku mencoba untuk duduk, saya menemukan ada grand piano hitam di depanku.
Saat itulah saya menyadari Abe duduk di kursi di depan piano. Aku tidak bisa membaca ekspresinya. Matanya terlihat geram di tengah kegelapan. Satu-satunya penerangan itu dari bulan dari jendela besar di sampingnya. Saya tidak bisa melihat setengah dari wajahnya dan bibirnya terbentuk.
Ia memberiku kesan kalau ia akan meledak.
“Berapa lama aku ... tertidur?” tanyaku setelah aku mencoba setengah berbaring. Hati-hati untuk tidak membangunkan Gray di dadaku.
Abe menjawab tanpa bergerak sama sekali. “Jangan terlalu banyak bergerak. Ada luka di kaki kirimu. "
Aku tersentak dan melihat celanaku sudah robek. Ada kain dengan noda darah membungkus betisku. Tapi syukurnya aku tidak merasakan sakit apapun.
“Itu bukan luka gigitan, kan?”
Aku mendengar suara dengus kasar. "Jika kau digigit, itu membuat pekerjaanku jauh lebih mudah.” Ia berhenti sejenak sebelum melanjutkan. “Apalagi kau sudah merusak setengah dari takdir.”
Aku terperangah akibat perkataannya dan kami masih saling pandang diiringi oleh suara dengkur Gray dan suara jangkrik di luar. “Ayahmu pasti sudah menunggumu di Piedmont. Maafkan aku karena berusaha menyelamatkan hidup kita bertiga!” Entah kenapa aku malah merasa terganggu.
Berani-beraninya ia menuduhkan sebagai anak yang sembrono!
Tidak disangka-sangka perutku malah berbunyi nyaring sekarang. Sangat keras sehingga membuat Gray terbangun dan melompat turun. Tidak lupa ia memberiku lirikan marah dan mendesis keras.
“Hey, jangan menuduhku seperit itu! Aku hanya makan setengah tortilla pagi ini!”
***