Begitu Menggoda.

1839 Kata
Entah sudah kali keberapa aku menyaksikan adegan panas dan membangkitkan gairah yang di lakukan oleh pasangan suami istri yang halal secara hukum dan agama itu. Iya , tentu saja halal bagi mereka, tapi tidak untuk ku, karena aku justru menikmati tontonan manis dan membangkitkan hasrat itu dan aku tau itu dosa. Sangat tidak baik, memang tapi mau bagaimana lagi, aku terlanjur tau sisi gelap dari kamar itu dan berhenti melakukan itupun rasanya sangat sulit. Perlahan tapi pasti aku mulai menghafal setiap bagian tubuh Merry, bahkan aku tahu jika di bagian punggung meriah terdapat tanda lahir yang menyerupai peta. Bukan tompel, hanya saja kulit itu sedikit lebih gelap dan benar-benar seperti peta. Sebenarnya wajar jika Adam begitu menyukai dan mencintai Merry. Merry masih sangat muda, dia cantik juga segar. Dia tahu bagaimana cara membuat pasangannya senang, hanya saja kadang kala Adam yang tidak bisa membuat perasaan Merry tenang. Tentu aku berani mengatakan hal demikian karena aku kerap kali menyaksikan bagaimana hubungan ranjang mereka , yang di mana Adam selalu mendapatkan klimaksnya lebih dulu sebelum Merry benar-benar menikmati penyatuan mereka. Beberapa hari berlalu. Mungkin Merry sudah lupa kejadian sore itu ketika aku melihatnya basah-basahan saat wanita itu menyirami tanaman hidroponik di halaman depan rumahnya bahkan saat itu aku melihat ada rasa canggung yang teramat kentara di wajah Merry, akan tetapi pagi ini wajah ceria dan tutur kata yang hangat itu kembali terasa, tentu saja aku kembali mengakrabkan diri sebagaimana mestinya, atau resikonya aku akan semakin jauh dari wanita itu, Merry, ibu kost cantik yang sudah membuat hatiku berbunga-bunga. Hari ini Minggu, pabrik tidak beroperasi dan secara otomatis kami para buruh libur bekerja, dan saat-saat seperti inilah aku justru mengharapkan kehadiran Adam di rumah Merry karena dengan begitu aku bisa menikmati tontonan gratis film biru versi nyata, tapi sayang, sampai beranjak sore nyatanya laki-laki yang memiliki postur tubuh gembul dengan perut yang lebih maju ke depan itu ternyata tidak datang mengunjungi istri ketiganya. Wajar sih jika Adam itu tidak datang setiap hari ke rumah Merry, mengingat Adam itu memiliki empat orang istri yang katanya juga sangat cantik-cantik, dan terakhir yang aku dengar dari anak kost-kost sebelahku, istri ke-4 Adam masih sangat muda. Tahun kemarin dia lulus SMA saat Adam mempersuntingnya dengan mahar satu buah rumah mewah dan lahan yang sangat luas untuk kedua orang tua wanita itu. Terkadang aku merasa iri sama Adam. Bagaimana dia bisa memiliki begitu banyak kekayaan hingga bisa mempersunting wanita-wanita muda untuk menjadi istrinya padahal jika dilihat dari segi fisik, aku jauh lebih baik dibanding dia yang tingginya tidak lebih dari 155 cm, terlebih lagi pekerjaan Adam sangat tidak jelas. Dia bukan seorang pengusaha kantoran atau tambang, tapi ajaibnya kekayaannya seolah tidak bisa habis meski laki-laki itu kerap bergonta-ganti pasangan. Aku dengar istri sahnya ada empat orang dan tidak menutup kemungkinan jika di luar dari pernikahan sahnya, Adam masih memiliki wanita-wanita simpanan lainnya hingga membuatnya jarang sekali mendatangi rumah Merry. Diam-diam aku menghitung berapa kali Adam datang ke rumah Merry dalam satu bulan. Kadang laki-laki itu datang satu kali seminggu tapi kadang juga tidak datang sama sekali dalam satu bulan dan itulah alasan utama Merry kenapa memiliki mainan jamur yang menyerupai pusaka seorang laki-laki di kamarnya. "Pagi Mbak Merry. Tumben hari Minggu gak jalan-jalan? Bapak gak datang kah?" Sapa salah atau penghuni kost milik Merry yang lokasi kamarnya paling ujung, dekat dengan gerbang halaman rumah itu. Kost milik Marry memang ditempati oleh laki-laki dan perempuan , tapi sejauh ini tidak satupun di antara penghuni kost itu berani menggoda Merry atau sekedar bermain-main di belakang Adam termasuk aku pastinya. Meskipun aku benar-benar memiliki perasaan lebih pada wanita berstatus istri orang itu, nyatanya aku tidak pernah sekalipun mengatakan ketertarikan ku padanya. "Lagi gak mood. Aku lagi nungguin saudari ku datang. Tadi dia menelpon, katanya mau menginap disini. Jadi aku gak bisa keluar rumah, karena ini kali pertama dia datang ke Jakarta!" Jawab Merry dengan sangat ramah. Merry memang seperti itu orangnya, dia ramah juga baik. Jika dia sedang memasak banyak, dia tidak pernah lupa untuk membaginya dengan penghuni kost miliknya dan percayalah, itu adalah satu diantara sekian sisi positif Merry yang membuat aku jatuh hati pada wanita itu. "Saudaranya cewek atau cowok Mbak?" Tanya laki-laki itu yang tidak lain adalah Romi. Romi sendiri sudah menikah, sekarang Romi juga tinggal di kost itu bersama istrinya, dan lebih beruntungnya lagi, istri Romi sedang hamil. Wanita itu juga sudah mengenal Merry, mereka kerap mengobrol saat wanita itu tengah mengunjungi suaminya dulu, dan sekarang semakin akrab saat dia memutuskan ikut suaminya tinggal di kost itu. "Cewek!" Jawab Merry sambil tersenyum. "Wah pasti adik Mbak Merry cantik, orang kakaknya saja cantik begini!" Seru Romi tapi Merry hanya menjawab dengan tersenyum kemudian mengangguk. "Oh jelas dong. Dia adikku yang paling cantik!" jawab Merry dan detik yang sama terdengar suara sapaan dari arah gerbang rumah itu dan aku spontan melirik ke arah sumber suara. Seorang wanita cantik dengan rok selutut dan rambut hitam panjang tergerai menyapa Merry dari arah gerbang. "Mbak Merry!" Sapanya nyaring lalu berjalan lebih cepat ke arah berdiri Merry lalu memeluk Merry saat tubuh mereka berhadapan. Aku melihatnya, melihat bagaimana Merry begitu antusias saat menyambut saudari perempuannya yang berasal dari kampung Sukabumi. d**a keduanya sama-sama saling menyatu satu sama lain dengan bahu yang juga saling menopang. Saling berpelukan untuk melepas rindu. Aku memperhatikannya, memperhatikan kedua wanita yang memang sama-sama cantik dengan d**a yang berisi itu ketika berpelukan erat. Pikirku justru aneh! Andai saat ini aku yang ada di posisi itu, berpelukan dengan salah satu diantara mereka. Oh....., alangkah bahagianya hatiku jika seandainya angan-anganku itu menjadi nyata. Setelah berpelukan, mereka kemudian cium pipi kiri cium pipi kanan sebelum akhirnya mereka sama-sama heboh dengan kerinduan mereka masing-masing. Merry bahkan lupa jika saat itu dia sedang berbicara dengan Romi, dan aku melihat Romi langsung menggaruk kepalanya sendiri ketika melihat dua saudara perempuan yang tengah berpelukan ambil sesekali berjingkrak-jingkrak kegirangan. "Ayo masuk!" Ucap Merry bernada ajakan pada wanita cantik itu dan keduanya langsung masuk ke rumah utama, duduk di sofa ruang tengah dan aku menawarkan diri untuk membantu adik perempuan Merry , membawakan batang bawaannya yang cukup banyak. Ada dua koper besar dan satu karung ukuran sedang. Aku tidak tahu apa isi karung itu tapi jika diraba, dari postur kepadatannya, itu hanya beras . Dan aku pikir wajar itu mengingat wanita itu berangkat dari kampung ke kota untuk tinggal bersama saudara perempuannya karena jika dia hanya akan menginap satu atau dua hari disini , tidak mungkin wanita itu akan membawa pakaiannya dua koper besar. "Mau aku letakkan di mana barangnya Mbak?" Sapaku pada Merry dengan karung yang aku pikul di bahu dan dua koper besar yang aku geret dengan tangan, dan Merry menunjuk ke arah depan kamar tamu. "Taruh di sana ajak Ky!" Ucapnya lembut, menunjuk ke arah sudut dinding dan aku mengangguk, lalu pandangan kami, aku dan wanita yang merupakan adik perempuan Merry itu bertemu di udara. Aku sempat terpaku melihat parasnya yang cantik dengan hidung yang mancung dan belah bibir yang sedikit tebal dan seksi, mirip seperti Ariel Tatum tapi versi kampung. Akan tetapi aura cantiknya juga tetap terpancar secara alami. Dia tidak kalah cantiknya dengan Merry tapi sejauh ini aku hanya terpesona sama seorang Merry saja. "Dia siapa Mbak?" Tanya wanita itu lirih tapi aku masih bisa mendengarnya dengan sangat jelas. "Dia Zaky. Penghuni salah satu kamar kost milik Mbak. Dia salah satu penghuni paling lama disini!" jawab Merry tapi aku pura-pura tidak mendengar. "Oh...." jawab gadis itu. "Apa dia sudah menikah?" tanyanya lagi dan aku melihat Merry menggeleng. "Tidak. Dia masih belum menikah," jawab Merry dan aku melihat gadis itu tersenyum meskipun sangat tipis. "Mau Mbak kenalin gak?" tawar Merry sedikit berbisik tapi aku tetap bisa mendengarnya. Anggap saja aku memiliki ilmu telepati yang bisa mendengar suara bisik-bisik mereka tapi begitulah faktanya, dan saat Merry menawarkan untuk memperkenalkanku pada gadis itu aku melihat sekilas gadis itu mengangguk rendah, dan detik yang sama Merry justru memanggil ku. "Zaky, sini deh!" panggilnya manis-manis manja, dan aku langsung berjalan mendekat ke arah duduk kedua wanita itu. "Kenalkan, dia Anita, adik perempuan ku, dan Anita, kenalkan, dia Zaky!" ucap Merry memperkenalkan aku dengan gadis itu, dan iya, aku langsung mengulurkan tangan padanya dan gadis itu menjabat tanganku seraya tersenyum. "Aku Anita. Adik bungsu Mbak Merry!" Anita memperkenalkan dirinya dan aku juga langsung menyebut namaku sendiri. "Aku Zaky. Zaky Perkutut!" jawabku santai dan gadis itu terlihat mengerutkan alisnya. "Zaky Perkutut?" kutip Anita mengulang dua suku kata namaku dan aku mengangguk. "Perkutut. Ih kok namanya aneh sih Bang?" herannya , dan gadis itu sudah langsung memanggilku Abang. Pikir ku berani juga ni gadis cantik, akan tetapi aku tetap hanya balas dengan tersenyum. "Iya. Zaky Perkutut. Zaky, perkasa kuat dan penurut!" Sambung ku menjabarkan arti kata perkutut di belakang nama ku dan sontak kedua wanita itu tertawa dan aku ikut nyengir. Iya Zaky Perkutut memang namaku, dan aku yang membuat kepanjangan perkutut itu menjadi perkasa kuat dan penurut, agar terdengar keren , dan lihatlah mereka langsung tertawa mendengar kepanjangan namaku. "Ha-ha-ha. Abang mah bisa-bisa aja," balas Anita. "Kalo aku Anita Ricis, Bang. Anita ceria cantik dan manis!" lanjut Anita dan kali ini aku yang tersenyum menanggapi guyonan gadis itu tapi nama itu emang cocok sih sama orangnya, dia memang gadis yang ceria cantik dan manis cocok dengan namanya, Anita Ricis. "Ya ya ya. Namanya cocok. Pas sama orangnya!" jawabku ramah dan dia justru mencubit perutku gemas dan sekarang aku yang merasa aneh dengan sikap gadis itu yang begitu berani, bahkan dia langsung bersikap seakrab ini padaku. "Oh ya, duduk sini Bang. Kita ngobrol dulu!" Ucapnya yang langsung menarik lengan ku untuk duduk di samping sofa di mana dia duduk, bahkan dia dengan tidak tau malunya malah langsung memeluk lenganku seolah kami sudah mengenal lama padahal kenyataannya, kami, aku dan Anita baru saja berkenalan. Aku mengobrol banyak dengan Merry juga Anita, kami juga langsung merasa dekat, maksudnya, aku dan Anita, bagaimana tidak dekat, orang baru kenal aja Anita sudah berani menaikan sebelah pahanya di atas pahaku. Oh apa dia gak tau jika milikku langsung bereaksi di balik celana, apa lagi di depanku ada Merry dengan gaun tertutup yang lengannya sampai siku tapi memiliki model leher segitiga, bahkan dari belah leher gaunnya aku bisa melihat dengan sangat jelas belah d**a Merry. Gundukan di dadanya terlihat sedikit mengebul dan beberapa kali mataku tertuju ke sana, hingga kadang aku merasa ada yang banjir di dalam mulutku tapi entah kenapa mulutku justru terasa kering, tenggorakan ku rasanya sangat dahaga, dadaku juga rasanya sangat panas setiap kali mataku tertuju ke arah dadda Merry, dan tiba-tiba aku kesulitan untuk sekedar menutup benjolan melintang di balik celana kain yang saat ini aku gunakan. Entah Merry dan Anita menyadari atau tidak sesuatu di bawah sana sedang gelisah, tapi sesekali aku melihat mereka berdua menelan ludahnya dalam diam dan minum dalam takaran yang lebih. Jika Merry hanya terlihat menelan ludahnya, Anita justru semakin menaikan pahanya untuk lebih dekat dengan paha atasku, bahkan sedikit lagi paha Anita akan bisa menyentuh milikku yang sudah melintang di balik celanaku. Sial bukan! Banyak kali lah cobaan jomblo yang satu ini. Cut dulu ah, masih sepi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN