Maling Di Dapur Merry

1805 Kata
Beberapa hari berlalu. Hubungan aku dan Anita kian hari kian dekat, bahkan kemarin adik dari Merry itu sampai memasakkan ku makan siang untuk di antara ke tempat kerja ku dan tentu saja kedatangan wanita bermasa depan besar itu langsung menjadi sorotan para karyawan wanita di pabrik tempat aku bekerja, dan tidak sedikit kaum laki-laki yang juga ikut terhipnotis dengan kedatangan Anita . Tentu saja terhipnotisnya itu karena ukuran masa depan Anita yang memang cukup besar , di tambah wanita itu juga menggunakan pakaian ketat yang membuat setiap pahatan tubuhnya jadi semakin tercetak jelas. Indah dan montok, tapi ajaibnya, aku tetep lebih menyukai Merry di banding Anita yang notabenenya masih singgel. Ah, entahlah. Pesona bini orang emang rada lain, dan aku mengakuinya, apalagi aku juga sudah terlanjur melihat bagaimana bentuk dan lekuk tubuh Merry. Sangat menggoda imajinasi ku untuk berpikir liar tentang sesuatu yang indah antara aku dan Merry, dan pastinya imajinasiku itu dipicu karena aku memang terlanjur mencintai istri Adam itu. "Wih..., enak nih, yang udah gak jomblo, sekarang ada yang masakin! Udah gitu ceweknya masa depannya gede dan cerah!" Ucap rekan kerja ku saat jam istirahat siang berlangsung dan ini adalah kali ketiga Anita datang dengan rantang merah di tangannya. "Sialan. Dia bukan cewek gue lah, dia hanya...!" "Gas aja brow. Empuk itu masa depannya!" Timpal temanku yang lain, dan aku terdiam saat Anita menyapaku dan tersenyum padaku sembari melambaikan tangannya. "Beeh, ini mah rejeki nomplok brow. Kalo dia bukan cewek lu, tapi nyosor kek gitu mah, am soy lah!" timpal temanku yang sebelumnya dan aku hanya balas tersenyum karena percuma untuk mengelak , mereka gak bakal percaya jika Anita bukan lah calonku, apalagi jika melihat cara Anita menyapaku, sangat mengundang pemikiran liar kaum laki-laki. "Bang. Aku masak terong balado sama teri kesukaan Abang. Aku lihat kemarin Abang lahap makannya pas aku masak terong balado, jadi aku buat lagi deh, mumpung tanaman terong Mbak Merry lagi berbuah lebat!" Sapa Anita yang langsung duduk di sampingku yang juga sedang bersama teman-teman rekan kerjaku. "Wah enak tu Neng. Abang boleh coba gak?" Timpal temanku dan Anita langsung mengangguk. "Boleh dong Bang!" Jawab Anita ramah sembari membuka tutup rantang merah itu dan berjongkok untuk menyendok beberapa sendok terong balado itu untuk dia pindahkan ke piring makan siang temanku dan seketika mata temanku itu melotot seperti melihat sesuatu yang sangat membagongkan di tubuh Anita. "Aku juga bawa es coklat dingin lho Bang. Apa Abang mau coba!" Tawar Anita dan laki-laki itu langsung melotot sambil menelan salivanya yang nyaris menetes di antara kedua sudut bibirnya, saat Anita menunduk dan pandangan mereka kembali tertuju pada masa depan Anita. "Boleh ya, Neng?" Tanyanya dan Anita mengangguk. "Boleh, Bang!" Jawab Anita. "Bang Zaky, apa Abang mau makan langsung atau minum es coklatnya dulu sama aku, biar aku tuangkan!" Tawar Anita dan aku melirik sekilas pada teman-teman ku yang lain saat Anita begitu intim menawarkan sesuatu padaku. "Minum aja dulu!" Jawabku asal dan Anita langsung tersenyum. "Haus ya Bang?" Tanyanya lagi sambil membuka tutup botol biru, lalu menuangkan segelas es coklat kental yang ternyata sudah sedikit membeku karena sepertinya coklat itu sudah di masukkan ke kulkas lebih dulu sebelum di bawa , dan Anita juga membagikan segelas yang sama pada kedua rekan kerjaku yang tadi. "Ayo Bang, dinikmati dulu!" Anita mempersilahkan kedua temanku untuk mencicipi es coklat yang sudah dia berikan dan keduanya sama-sama mengangguk dalam diam tapi tatapan matanya masih tertuju pada masa depan Anita. Aku pikir siang itu, setelah jam istirahat siang selesai, Anita akan langsung pulang, nyatanya wanita itu justru menungguku di kantin pabrik dan dari arah kejauhan aku melihat dia sedang mengobrol dengan mandor pabrik dan saat dia melihat aku keluar, dia buru-buru membuat jarak dari laki-laki berbadan subur itu. "Kau masih di sini?" tanyaku heran, dan Anita hanya balas mengangguk. "Iya, Bang. Aku nungguin Abang lho, biar kita bisa pulang bareng," jawabnya yang langsung bergelayut manja di lenganku, dan sikapnya itu di saksikan oleh para karyawan pabrik yang lainnya. Buru-buru aku berjalan ke arah parkiran, di mana motorku berada, dan Anita mengekori ku dan langsung naik di boncengan tanpa aku minta , memeluk erat pinggang ku dengan posisi duduk miring dan di saat-saat seperti ini, Anita malah salah pegang ke milikku, lalu nyengir tanpa dosa, meskipun detik berikutnya dia juga minta maaf. Sesampainya di kost, aku melihat Adam juga baru masuk di gerbang rumah itu , rumah Merry, istri Adam dan entah kenapa aku selalu saja kecewa setiap kali Adam datang menggilir istrinya. Seharusnya aku senang bukan? Karena itu artinya aku akan kembali mendapatkan tontonan film biru gratis dan live pula, tapi ternyata tidak , aku lebih senang jika Adam tidak datang ke tempat Merry karena itu artinya aku tidak perlu melihat bagaimana kekecewaan Merry setiap kali Adam membawanya dan menunaikan kewajibannya untuk segera membuat Merry hamil. "Mas Adam...!" Anita menyapa Adam saat turun dari boncengan dan langsung berjalan menghampiri Adam yang baru naik di teras rumahnya. "Anita? Kapan kau datang?" Sapa Adam balik saat meraih pinggang Anita dan Anita lantas melakukan cupika cipiki dengan laki-laki yang berstatus iparnya itu dan aku melihatnya rada aneh. Apa Anita selalu bersikap seperti itu pada semua laki-laki, pasalnya tadi di kantin pabrik aku melihatnya tengah mengobrol dengan begitu intens dengan mandor pabrik dan sekarang dia juga begitu intens saat menyapa Adam , bahkan membiarkan Adam memeluk pinggangnya seperti cara Adam memeluk pinggang Merry. "Sudah dua Minggu, Mas. Mas Adam aja yang gak datang mengunjungi Mbak Merry, jadi gak tau kan kalo aku ada di sini!" Jawab Anita sambil menggoda perut Adam. "Mas Adam!" Sapa Merry yang baru keluar dari pintu utama rumahnya, dan langsung menyalami tangan suami dan Adam sudah lebih dulu melepas tangannya di pinggang Anita. Aku melihatnya, melihat bagaimana ekspresi Anita yang kecewa saat Merry datang menyapa Adam karena setelahnya Adam pilih memeluk pinggang istrinya, Merry dan setelahnya mereka masuk ke dalam rumah dan aku tidak lagi tau apa yang selanjutnya mereka lakukan di sana, dan menit yang sama aku juga pilih masuk ke dalam kamar kost ku, menjatuhkan tubuhku di antar ranjang untuk merehat kan rasa lelah di tubuh ini. Aku teringat dengan lubang rahasia yang menghubungkan kamarku dan kamar Merry, lantas aku bangkit sejenak untuk melihat keadaan kamar itu, dan ternyata sepi, lantas aku putuskan untuk benar-benar mengistirahatkan tubuhku di atas kasur empuk yang baru kemarin aku ganti dengan kasur baru karena kasurku yang sebelumnya sudah sangat lepek. Tidak terasa aku sudah terlelap dan saat aku terjaga ternyata sudah jam tujuh malam. Aku beranjak dari tempat tidur ku, meraih handuk untuk membersihkan tubuhku, akan tetapi aku lebih dulu keluar dari kamar saat mendengar suara mangkuk di pukul hingga menciptakan suara nyaring khas penjual bakso keliling. Aku bergegas keluar dan berjalan ke arah gerbang kost, memesan satu mangkuk bakso untuk di nikmati di tempat, dan handuk yang sebelumnya aku raih , aku kalungkan di leher ku. Menikmati bakso keliling bersama penghuni kost yang lainnya dan ternyata aku menghabiskan dua mangkuk. Saat aku hendak berbalik, kembali ke kamar untuk segera mandi, aku melihat Merry keluar dari pintu rumahnya, berjalan anggun ke arah ku, bukan ke arahku, tapi ke arah gerbang dan sepertinya Merry handak pergi ke satu tempat karena saat ini dia menggunakan jaket rajut. "Mbak Merry mau kemana?" Aku menyapa Merry yang sudah melewati bapak penjual bakso dan Merry langsung menoleh ke arah ku. "Anu Mas. Aku mau ke swalayan sana!" Jawab Merry sambil menunjuk ke arah swalayan di seberang jalan. Jalan depan kost itu adalah jalan dua arah, jadi Merry harus menyebrangi dua jalan untuk sampai di swalayan itu, dan kalaupun pake motor , harus muter dulu, jadi jalan kaki memang solusi untuk segara sampai di sana. "Mau aku antar gak Mbak? Jalanan lagi rame lho!" sapa penghuni kost yang lain tapi Merry hanya tersenyum dan itulah yang membuatku begitu menyukai Merry. "Gak usah, Mas. Deket kok. Cuma nyebrang doang, juga!" Jawab Merry lembut, seperti bagaimana biasanya. "Emang mau beli apa, Mbak. Kenapa gak minta Neng Nita saja?" tanya Toni lagi dan kembali Merry hanya tersenyum. "Gak perlu. Lagian ini aku mau beli kebutuhan pribadi yang gak boleh di sebut!" jawab Merry lagi dan kami, aku dan para laki-laki lainnya sama-sama ber oh ria dan Merry benar-benar nyebrang saat jalan itu sedikit lenggang. Aku putuskan kembali ke kamar kost ku, mencuci sebentar kakiku di keran depan teras sebelum naik ke teras. Namun baru saja aku akan masuk ke di pintu kamar kost ku aku mendengar suara benda jatuh dari arah kamar belakang, lebih tepatnya dari arah dapur Merry. Dapur Merry letaknya di paling belakang, jarak satu kamar dari kamarku, dan kamar itu sedang kosong dua bulan ini. Aku berjalan mengikuti arah suara , pikirku mungkin saja ada maling yang diam-diam masuk lewat pagar belakang rumah itu. Aku berjalan sedikit mengendap-endap layaknya detektif , lalu menyingkap sedikit gorden jendela dapur itu yang belum sepenuhnya di tutup sempurna, dan ternyata itu bukan maling yang sesungguhnya, tapi maling yang sedang mencuri waktu saat Merry tidak ada di rumahnya. "Ah...,!" suara itu terdengar merintih dengan sangat pelan. "Lebih kuat Mas. Lebih dalam lagi!" Rancau wanita itu dan dorongan Adam semakin cepat ke dalam tubuh Anita. Iya, di dapur itu Adam dan Anita sedang menuntaskan hasrat mereka saat Merry tidak ada di rumah, dan aku melihatnya, melihat bagaimana Anita yang begitu haus untuk kembali di tenggelami dengan cara yang lebih rakus. Aku lantas mengaktifkan layar kamera ponsel ku, kemudian merekam apa yang Anita dan Adam lakukan di sana, mungkin bisa aku manfaat suatu saat nanti , terlebih lagi aku kecewa pada mereka berdua yang sudah mengkhianati Merry. Anita setengah berbaring di atas meja makan, dengan kedua kaki yang terbuka sempurna dan Adam yang begitu menikmati miliknya keluar masuk ke dalam tubuh Anita. Adam hanya melonggarkan ikat pinggangnya, juga menurunkan resleting celananya lalu mengeluarkan miliknya dari arah lubang resleting itu, dan sekitarnya tenggelam dalam tubuh Anita. Mereka melakukan itu dengan beberapa gaya, dan pastinya aku mengabadikannya dengan menggunakan kamera ponselku untuk aku simpan dan nikmati sendiri, atau mungkin suatu saat nanti rekaman itu akan berguna untuk kepentinganku pribadi. Aku mengumpat dengan sangat kesal, 'sudah tau dia hanya bisa bermain satu menit, syok kali dia main-main di belakang istrinya, mana sama adik dari istrinya pula, dan kedua, Anita kenapa begitu tega mengkhianati Merry yang sudah begitu baik padanya. Kakaknya pula.' "Mas mengeluarkannya di dalam? Bagaimana kalo aku hamil?" tanya Anita saat Adam sudah selesai dengan perasaan menggebunya. "Tenanglah. Itu tidak akan terjadi. Lagian ini bukan kali pertama kan kita main, dan aku yakin kau tau apa yang harus kau lakukan jika kau benar-benar hamil!"____" Lagi pula kenapa kau harus takut hamil. Jikapun kau benar-benar hamil, aku pasti akan menikahi mu!" ucap Adam masih enggan menarik miliknya untuk keluar dari dalam tubuh Anita. "Terserah Mas saja, aku mah iya iya saja, asalkan Mas tetap kasih jatah ke aku, jangan cuma ngasih jatah Mbak Merry saja!" jawab Anita dan menit berikutnya terdengar suara pintu terbuka dan.....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN