Putri menarik nafas, ia melangkahkan kakinya menuju pintu utama. Sudah lama ia tidak ke sini dan terakhir tahun lalu. Ia memandang punggung Farhan, laki-laki itu masih tampak tenang. Farhan lebih menggendong Mona, karena sepertinya dia lebih nyaman bersama anaknya. Sebenarnya ia begitu senang melihat kedekatan Farhan dan Mona, bahkan selalu bercanda, hingga gelak tawa Mona terdengar. Beberapa detik kemudian, pintu terbuka. Ia memandang laki-laki separuh baya tepat di daun pintu, rambut beliau sudah memutih tapi tubuh itu masih terlihat gagah. Ada mata berbinar memandang kehadiran sang anak yang hidup di perantauan. Menahan kerinduan demi sebuah angan yang di capai, kadang sekedar berbincang pun sulit dilakukan. Rasa sayang orang tua terhadap anak tidak akan pudar, iris mata itu berkaca-ka