BAB 10 : Mutiara yang Berharga

1647 Kata
Zuko masih duduk menunggu kedatangan Nerissa yang sudah cukup lama pergi meninggalkannya. Zuko hanya diam duduk dan menunggu tanpa melakukan apapun selain berbicara dengan beberapa hewan peliharaan yang di masukan ke dalam kandang. Pintu di samping ruangan itu kembali terbuka dan membuat Zuko segera berdiri begitu menyadari tuannya lah yang datang. “Zuko.” Panggil Nerissa, kening Nerissa mengerut sedikit heran melihat ekspresi di wajah Zuko ada yang berubah. Zuko tersenyum dan terlihat bersemangat, ia melangkah cepat arah Nerissa dan memeluknya. Zuko sedang menirukan beberapa ekor  4njing yang menyambut gembira tuannya yang datang, Zuko sudah mempelajari apa yang mereka lakukan dengan baik. Tubuh Nerissa menegang kaget, tanpa terduga Zuko mencium seluruh wajahnya dan sedikit menjilatnya seperti seekor 4njing, tubuh Zuko sedikit membungkuk menjilat dan mengecup bibir Nerissa, dia melakukan persis seperti yang di lakukan oleh 4njing yang pernah di lihatnya. “Zuko, berhenti!. Apa yang kau lakukan” teriak Nerissa mendorong d4da Zuko untuk menjauh darinya. “Nona tidak suka?” tanya Zuko bigung karena dia sudah melakukan yang terbaik agar Nerissa tidak lagi marah kepadanya setelah apa yang telah dia perbuat. “Bukan seperti itu, Aku kan jadi malu.” Gerutu Nerissa dengan wajah merah padam tanpa alasan, entah kenapa dia merasa malu dan bingung sendiri dengan sifat Zuko yang lebih ekspresif itu cukup membuat Nerissa sedikit salah tingkah karena tidak terbiasa. Walau Nerissa memandanginya seperti peliharaan dan sebagai sahabat, namun Nerissa tidak dapat menutup matanya dari bagaimana indahnya Zuko dari semua sisi, bahkan Zuko memiliki aura dan sinar yang sangat begitu berbeda. Bahkan jika Nerissa tetap memanggilnya sebagai mahluk peliharaan, namun fisik Zuko tetap berwujud manusia seperti dirinya yang membuat Nerissa terkadang bigung sendiri dengan apa yang sebenarnya ada di pikirannya. “Kenapa Anda malu?” tanya Zuko tidak paham. Nerissa menangkup wajahnya yang memerah dan tertunduk. “Kau kan tampan, aku sangat lemah dengan sesuatu yang tampan.” Jawab Nerissa dengan jujur, namun Zuko hanya diam dan tidak begitu mengerti apa yang di maksudkan oleh Nerissa. “Jangan melakukannya lagi” peringat Nerissa. “Kenapa?” ada semburat kecewa di wajahnya, telinganya bahkan sedikit menurun. “Pokoknya jangan!. Aku kan miliknya Bert.” Jawab Nerissa dengan sedikit cemberutan di bibirnya.“Ikut aku, rambutmu harus di potong.” Nerissa meraih tangan Zuko dan menariknya pergi. ***   Zuko duduk dengan bingung memperhatikan orang yang sudah di pukulnya tadi kini berada disampingnya. Belio terlihat takut namun dia tetap menunjukan senyuman ramahnya di bibirnya yang membengkak merah dengan tangan gemetar sedikit wasapada saat meraih helaian rambut Zuko. Bahkan sisir yang berada di tangannya terlihat gemetar karena tidak bisa menutupi rasa takutnya lagi akan mendapatkan tonjokan dadakan Zuko. “Tuan, tenanglah, saya tidak akan menyentuh Anda lagi.” ucap Belio terbata. “Jadi Anda tenanglah. Saya minta maaf sudah bersikap tidak sopan, namun saya bukan orang jahat.” Ucapnya lagi mencoba meyakinkan sebelum menyentuh rambut Zuko. “Apa yang Anda lakukan?.” Tanya Zuko dengan dengan dingin karena rambutnya di sentuh. Di sentuh oleh orang biasa di bagian rambut dan kepala adalah tingkat ke tidak sopanan yang tinggi bagi mahluk setengah dewa sepertinya. “Tenanglah, dia hanya akan memotong rambutmu. Menurutlah padaku. kau akan baik-baik saja. Kau harus mengubah gayamu agar tidak terlalu mencolok dan rapi” nasihat Nerissa menggenggam tangan Zuko dengan erat mencoba untuk menenangkan pikirannya yang selalu terfokus pada pertahanan. “Tidak ada yang boleh menyentuh rambut dan kepala saya selain pemilik saya”  jawab Zuko dengan tegas membuat Belio semakin gemetar dan mundur takut terkena tonjokan. “Belio hanya memotong rambutmu. Tenanglah” kata Nerissa lagi masih dengan kesabarannya. “Baiklah” jawab Zuko sedikit mengalah dan membiarkan Belio memotong helai demi helai rambutnya agar menjadi pendek dan rapi. Nerissa duduk di samping Zuko dan memperhatikannya dengan seksama agar Zuko tidak memukul Belio lagi. Zuko menatap Nerissa dengan lekat dan sedikit lebih tenang begitu mendapatkan kepercayaan Nerissa yang kini terlihat tidak lagi marah kepadanya. Akhirnya Zuko berubah menjadi lebih tenang dan membiarkan Belio memotong dan melakukan beberapa perombakan pada rambutnya. Butuh waktu yang cukup lama untuk Nerissa menunggu, namun apa yang di tunggunya rupanya membuahkan hasil yang sepadan. Nerissa sampai terpukau melihat bagaimana Zuko menjadi terlihat sangat tampan hanya dengan satu perubahan di rambutnya saja. Belio mengambil gaya yang tepat untuk Zuko yang sangat mencolok dan bersinar, kuat namun polos tidak tahu apa-apa. Kini Zuko tidak memiliki sisi klasik yang menawan, visualnya berubah menjadi pria modern yang sangat mempesona hanya dengan memotong rambutnya. “Astaga, kau harus menjadi model. Aku membuatmu jadi terkenal” pekik Nerissa begitu terpukau semakin dekat memandangi Zuko yang baru di sadarinya, Zuko seperti tidak memiliki pori-pori kulit maupun sedikitpun kotoran yang menempel di wajah tampannya. “Dia dewa, benar-benar dewa” puji Belio berantusias. “Jika Anda membawanya untuk ikut audisi model di perusahaan Nyonya Alexa, dia akan menjadi bintang dengan sangat cepat.” Zuko tidak memberikan reaksi apapun selain diam memandangi rambutnya yang kini memendek seperti manusia seutuhnya. Zuko merasa tidak suka dengan perubahannya yang seperti manusia, namun dia harus tetap menurut untuk mendapatkan perlindungan dari tuannya sekarang, karena tuannya yang asli belum di temukan. “Belio, kerja bagus. Aku akan segera membicarakannya kepada Momy mengenai apa yang kita bicarakan tadi.” Senyum Nerissa seraya menarik Zuko untuk berdiri di sampingnya. “Baik Nona. Terimakasih” cengir Belio yang tidak dapat menyembunyikan perasaan bahagianya. “Ngomong-ngomong. Aku butuh satu bantuan lagi padamu” dengan tergesa Nerissa membuka tasnya dan mengambil kantong plastic, Nerissa langsung memberikannya kepada Belio. Kening Belio mengerut bingung, dia tertunduk melihat isi di dalam kantong hitam itu, mata Belio langsung terbelalak kaget begitu melihat beberapa butir mutiara yang di simpan sembarangan. “Nona.. Anda mendapatkannya darimana?” tanya Belio terbata dan panik. “Anda tidak mencuri untuk uang belanja Anda kan?” tanya Belio lagi semakin panik. “Itu milik temanku. Dia sedang mengalami masalah.” Nerissa terbata mencari alasan. “Itu milik Nona” sela Zuko yang mengetahui kebohongan Nerissa. Nerissa langsung memelototi Zuko agar tidak ikut berbicara. “Kenapa Anda melotot. Apa mata Anda sakit?” tanya Zuko semakin membuat Nerissa gelapakan karena Zuko tidak bisa di ajak kerja sama untuk berbohong. “Ya’ampun Nona” Belio menutup mulutya dengan mata terbelalak. “Anda tidak ada dalam masalah yang buruk kan?. Seperti mencuri, merampok?.” Tanya Belio semakin di buat panik. “Tidak. Tidak, itu pemberian dari seorang teman.” Jawab Nerissa dengan cepat. “Daddy dan Mommy akan marah jika mereka tahu aku aku mendapakan hadiah yang mahal.” Belio sedikit mengangguk-ngangguk setuju menengarkan alasan yang di berikan Nerissa. “Apakah ini dari teman pria Anda?. Tuan Bert?” bisik Belio dengan senyuman lebarnya. Belio tahu Nerissa menaruh hati kepada Bert sejak lama, meski perasaannya tidak terbalas namun Bert memperlakukan Nerissa dengan sangat baik. “Air mata saya, Nona memungutnya” jawab Zuko dengan cepat membuat Nerissa langsung meremas tangan Zuko dengan kuat. “Tolong periksa di lantai atas, apakah itu asli atau palsu. Kami akan menunggunya di depan.” Bisik Nerissa penuh rahasia, Belio langsung mengangguk tanpa keraguan. “Serahkan semuanya kepada saya” jawabnya dengan penuh tekad dan langsung pergi. Perusahaan ibu Nerissa yang mencakup fashion memang sangat lengkap, tidak hanya menyediakan pakaian, klinik kecantikan, namun di beberapa lantai gedung lainnya menyediakan perhiasan yang sengaja di buat untuk beberapa pameran. ***   Nerissa tersenyum lebar menggenggam tanga Zuko dan mengayunkannya, kakinya bergerak melangkah lebar menyusuri pertokoan. Beberapa orang wanita terlihat menengok kearahnya dan memperhatikan keberadaan Zuko yang sangat menarik perhatian. Hati Nerissa tengah senang setelah mengetahui apa yang Zuko hasilkan dari air matanya benar-benar mutiara. Nerissa tidak menyangka dia mendapatkan uang yang sangat begitu banyak karena kualitas mutiara yang bagus hingga perusahaan ibunya langsung mau membelinya. Beruntung Nerissa membuat alasan dan mengatas namakan pemilik mutiara itu milik temannya, apalagi Belio yang mau di ajak kerja sama  menambahkan bumbu-bumbu alasan lainnya yang memuluskan jalan Nerissa menjual mutiara-mutiara itu kepada perusahaan ibunya sendiri. Siapa sangka sekarang Nerissa memiliki banyak uang hanya dengan tangisan Zuko. Tanpa sadar Nerissa menutup mulutnya dan tersenyum lebar tidak dapat menyembunyikan keserakahan dari godaan setan kecil di otaknya. “Anda kenapa?” tanya Zuko. Seketika Nerissa berhenti tertawa dan menatap Zuko dengan senyuman lebar, Nerissa harus menjaga Zuko dengan benar dan menjaga rahasianya agar Zuko tidak jatuh ke tangan yang salah. “Kau mau apa?.  Aku akan membelikannya untukmu.” Zuko menggeleng, tidak ada yang dia inginkan , tidak ada pula yang Zuko butuhkan selain ingin bertemu dengan tuannya agar bisa segera kembali ke lautan dan melanjutkan kehidupan damainya disana. Zuko masih belum memiliki kepercayaan kepada Nerissa untuk mengatakan apa yang sebenarnya dia butuhkan karena bagi Zuko manusia adalah mahluk yang paling tidak terduga. Beberapa saat Nerissa berkedip, gadis itu terlihat berpikir keras tentag apa yang harus dia lakukan yang terbaik untuk Zuko. “Kau sungguh-sungguh tidak memiliki sesuatu yang di inginkan?.” “Ajari saya bagaimana cara hidup sebagai manusia normal” pinta Zuko pada akhirnya. Zuko menyadari bahwa dia harus lebih banyak mempelajari dunia manusia yang sudah dia tinggalkan sejak lima abad yang lalu. Nerissa mengerut bingung tidak mengerti dengan apa yang maksud Zuko katakan dan inginkan, namun Nerissa tetap tersenyum lebar dan mengangguk menyanggupinya. “Baiklah, kalau begitu aku akan menunjukan semua kegiatan keseharianku padamu. Ayo.” Nerissa kembali menarik tangan Zuko dan membawanya pergi melewati banyak kerumunan, hari ini mereka tidak begitu memiliki banyak waktu karena sebentar lagi malam, karena itu Nerissa langsung bergerak cepat membawa Zuko pergi  dan menunjukan bagaimana caranya memakai pakaian yang benar, menaiki kendaraan, membeli sesuatu dan memberitahukan nominal uang hingga mengajarinya membaca dari beberapa kata papan reklame yang mereka lewati, memberi Zuko uang secara pribadi agar bisa menggunakannya sendiri. Tidak hanya sampai disitu, beberapa kali Nerissa harus menarik paksa Zuko dari beberapa gerakan refleksnya yang langsung menghajar siapapun yang mengganggunya. Nerissa berusaha memberikan pengertian kepada Zuko bahwa tidak semua orang yang ada di sekitarnya jahat, Zuko merasa terganggu dengan pandangan mereka karena dia belum terbiasa. To Be Continue...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN