Suara hembusan angin terdengar samar, pintu jendela terbuka lebar di depan Zuko. Malam mulai semakin gelap, Zuko sudah menerima omelan Nerissa yang marah dan meminta Zuko untuk bersikap baik dan tidak membuat orang tuanya marah. Namun Zuko tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk bersikap baik itu.
Gerimis di luar jendela dapat terlihat, sebagai seorang mahluk setengah dewa, Zuko tidak membutuhkan sedikitpun tidur. Namun tidak ada yang bisa dia lakukan untuk mengisi kekosongan waktunya hingga besok matahari kembali terbit.
Zuko melompat keluar melalui jendela, dia harus memulai pencariannya sejak malam ini, Zuko tidak boleh menunggu lebih lama lagi karena satu pilar penjaga kedewaannya kini sudah terlepas.
Zuko melangkah di atas rerumputan, air hujan yang berjatuhan langsung berhenti di atasnya Zuko, mereka baru menjatuhkan diri mereka ketika Zuko sudah lewat. Genangan air hujan di atas rumput ikut mengering dengan cepat dan memberikan Zuko jalan untuk lewat.
Rambut Zuko bergerak indah mengibar di terpa angin, langkah kakinya bergerak perlahan menjauhi area perumahan keluarga William. Rintik-rintik hujan malam itu tidak mampu membuat Zuko kebasahan.
Zuko semakin jauh pergi menyusuri kegelepan, dia harus segera menemukan keberadaan orang yang di carinya. Perjalanan Zuko mengantarkan dirinya pada pinggiran kota yang ramai. Dengan mudah Zuko menaiki sebuah pohon besar dan tinggi, dia berdiri di atas dahan paling tinggi dan menatap pada cahaya-cahaya indah dengan bangunan yang tertata rapi.
Zuko berusaha mencari keberadaannya, hingga akhirnya dia memutuskan untuk melompat turun bersamaan dengan kereta yang lewat. Perlahan Zuko bangkit dengan tenang tanpa merasakan terganggu oleh kerasnya angin yang mendorong dirinya mundur ketika kereta bergerak.
Zuko berdiri di atap kereta api yang bergerak, rambutnya yang berkilauan itu bergerak tidak beraturan,
Zuko kembali melompat ke sisi dan berpindah kereta lain ketika kereta yang di tumpanginya memasuki sebuah terowongan, dia berlari di atas atap kereta hingga melompat ke atap sebuah bangunan begitu kereta yang di tumpanginya mulai memasuki daerah pinggiran kota.
Ini tidak akan mudah untuk Zuko, namun dia tidak memiliki jalan lain selain mencarinya sendiri meski akan menyulitkannya. Kepala Zuko mendongkak melihat langit, dengan langkah yang pasti dia kembali melompat dengan mudah berpindah ke atap gedung lainnya untuk mencari seseorang yang ingin di temuinya.
Suara sirine mobil polisi dapat terdengar, kendaraan saling berkejaran di jalanan. Zuko terdiam dan duduk di ujung sebuah atap gedung merasakan hembusan angin menerpanya, gerimis kembali turun menghiasi langit.
Pandangan Zuko mengedar hanya merasakan sisa-sisa keberadaan orang yang di carinya, namun dia tidak menemukan dimana keberadaannya. Zuko tidak merasakannya.
“Mengapa Anda pergi jauh?” bisik Zuko dengan senyuman kecewanya.
Suara sirine mobil polisi semakin terdengar jelas di telinga Zuko, pandangan Zuko terjatuh ke bawah melihat seseorang yang memegang sebuah senjata menyandra seorang pejalan kaki kini tengah mengancam polisi yang hendak menangkapnya.
Kening Zuko mengerut tidak mengerti dengan apa yang terjadi, masih butuh banyak hal yang harus dia pelajari mengenai kehidupan manusia yang berbeda-beda, sangat berbeda dengan hewan yang kehidupannya hanya untuk makan, berkembang biak, saling membunuh dalam mempertahankan daerah kekuasaan dan bermigrasi dalam musim tertentu.
Tangan Zuko bergerak di udara membuat beberapa tetes gerimis air hujan yang turun dari langit mengumpul di atas telapak tangannya, dalam hitungan detik dia melemparkan air itu pada penjahat yang sedang menyandra hingga terjatuh.
Begitu penjahat itu terjatuh, suara ledakan tembakan terdengar keras, penjahat itu di tembak polisi hingga terjungkal. Semua orang berteriak mundur, polisi berlarian dengan cepat menyelamatkan sandra dan menangkap penjahat.
Dengan tenang Zuko kembali berdiri dan melihat semua penjuru kota dengan kemampuan melihatnya yang luar biasa. Kaki Zuko bergerak perlahan di sisi atap gedung, tanpa terduga dia menjatuhkan dirinya dari atas gedung, begitu tubuhnya berada di udara, dia menghilang seperti sebuah asap terbawa angin.
Tubuh Zuko terjatuh di atas ranjang kamar miliknya, dengan bantingan yang cukup keras hingga membuat ranjang yang di tidurinya bersuara kasar dan membuat tubuhnya memantul beberapa kali di udara hingga ranjang itu berdecit.
Zuko sudah melakukan teleportasi untuk pertama kalinya.
***
Beberapa orang wanita melihat kearah Nerissa dengan penuh perhatian, mereka terlihat saling berbisik membicarakan Zuko yang sangat menarik perhatian semua orang. Zuko yang tampan dan indah itu tidak memiliki ekspresi apapun, namun aura Zuko seperti bintang yang sangat memikat dan membuat orang tidak bisa menatapnya hanya dengan sekali.
“Nona!” Jerit Belio dengan senang hati, kakinya melenggang anggun setangah berlari menghampiri Nerissa, begitu sudah berada dalam jangkauannya, Belio memeluk dan mengangkat Nerissa dengan kuat menunjukan tangannya yang kekar oleh otot. “Nyonya bilang Anda sedang liburan. Kapan Anda pulang?.”
“Aku baru pulang Belio” tawa Nerissa berusaha menyeimbangkan kakinya lagi ketika Belio menurunkan pelukannya.
“Wow.. siapa pria tampan ini” suara Belio berubah parau, pria setengah matang itu mendekati Zuko dan membuat Zuko waspada seketika merasa bingung baru pertama kali melihat manusia yang bisa memiliki bentuk tubuh yang kekar dan rambut putih tergerai mengingatkan Zuko pada kuda dalam peperangan. Kulitnya yang putih di paksakan kecokelatan mengkilap licin agar eksotis mengingatkan dirinya pada temannya di laut yaitu 4njing laut.
Belio tersenyum lebar terlihat sangat percaya diri memakai gaun seksi yang mencetak tubuhnya hasil dari beberapa rangkaian operasi untuk menghilangkan beberapa bagian tubuhnya yang kekar karena dia adalah mantan atlit binaraga.
Wajah Belio yang sudah bermake up dengan bulu mata tebal berkibar, bibir yang tebal memakai lipstick merah tua terlihat berat saat di gunakan untuk bicara tidak beda jauh dengan salah satu musuhnya di bawah laut tempat Zuko berada.
Belio menggigit bibirnya merasa terpukau dengan ketampanan Zuko yang memiliki kesempurnaan wajah dan tubuh yang memikat. “Siapa namamu tampan, kau sangat seksi” tangan Belio yang lembut lentik dengan kuku panjang terawat itu hendak menyentuh d**a Zuko untuk menggodanya.
BUGH
Tanpa terduga Zuko memukul wajahnya hingga Belio terjengkang ke belakang. Belio yang mengenakan hils sedikit terhuyun dan ambruk ke lantai langsung di buat pingsan. Nerissa dan beberapa orang lainnya menjerit kaget dengan kekasaran Zuko.
“Apa yang kau lakukan hah!. Kau melukai Belio” teriak Nerissa marah.
“Hanya Anda yang boleh menyentuh saya.” Jawab Zuko tidak menunjukan penyesalan sedikitpun hingga ada beberapa orang datang dan menyeret Belio, membawanya pergi untuk di tangani.
“Tapi kau tidak boleh memukul. Aku tidak pernah mengajarimu untuk memukul” teriak Nerissa langsung pergi. Sementara Zuko, masih dalam ketenangannya Zuko mengikuti Nerissa dan tidak mempedulikan kemarahannya.
“Anda belum mengajari saya Nona” jawab Zuko.
Seketika Nerissa berbalik dan menatap sengit Zuko, gadis itu bersedekap menunjukan semua kemarahnnya. “Kau benar, sebagai peliharaan, kau harus aku ajarkan bagaimana cara menjadi peliharaan.” Nerissa menarik tangan Zuko sedikit menyeret dan membawanya pergi menuju ruangan dimana para hewan pemilik orang yang akan ke butik maupun salon ibunya akan di simpan di dalam ruangan itu.
“Duduk disitu, dan tunggu aku” titahnya menunjuk kursi panjang di hadapan beberapa kandang khusus kucing dan anjing.
Dengan penurut Zuko langsung duduk disana membiarkan Nerissa pergi keluar.
“Apakah dia marah?” Tanya Zuko pada seekor anjin9 di hadapannya, kemampuannya yang kuat dan statusnya sebagai dewa membuat Zuko memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan hewan. Zuko sedikit mendekati kandang dan mulai berbicara dengan mereka.
Tidak berapa lama pintu terbuka, seorang pemilik hewan datang mengambil peliharaannya lagi. Zuko hanya diam dan memperhatikan bagaimana anjing si pemilik bergerak lincah ketika tuannya membungkuk, anjing itu menjilati wajah tuannya dan membuat pemiliknya tertawa geli.
“Apakah nona juga ingin di perlakukan seperti itu” ucap Zuko memperhatikan kepergian orang asing itu bersama peliharaannya. Suara gonggongan anjing menjawab perkataan Zuko.
***
“Saya tidak apa-apa Nona” ucap Belio dengan bibir atas yang membengkak dan membuatnya menjadi terlihat seperti seekor bebek.
Belio sangat khawatir dengan keadaan bibirnya yang baru di filler beberapa minggu yang lalu kini terasa kebas hingga membuatnya terasa sangat berat untuk mengangkat bibirnya dan berbicara.
Belio duduk setengah berbaring mengompres bibirnya yang membengkak, wignya yang indah itu berada di sampingnya, dan kini menyisakan Belio berkepala plontos botak dengan make up yang masih bertahan dengan rapi.
Nerissa merenggut sedih melihat wajah Belio menjadi terlihat aneh dan sulit berbicara karena bibirnya membengkak, Nerissa sungguh tidak menduga jika Zuko akan bertindak seperti itu kepada Belio. “Aku benar-benar minta maaf Belio.” Sesal Nerissa sekali lagi.
“Tidak apa-apa Nona, saya benar-benar baik-baik saja.” Belio kembali meyakinkan. Dia sudah terbiasa mendapatkan banyak hal buruk dari respon banyak orang meski Neydsih sudah terbuka dengan transgender.
Namun sikap reflex Zuko bukanlah ketidak sukaan, namun pertahanan. Karena itu Belio bisa memakluminya.
Nerissa tertunduk menautkan jari-jarinya dengan kuat, gadis itu terlihat sangat berpikir keras untuk menebus kesalahan yang sudah di buat Zuko kepada Belio. Walau bagaimanapun Belio adalah orang yang sangat baik dan tulus tanpa peduli dengan status dan kesukaannya yang di anggap menyimpang.
“Belio, untuk menebus rasa bersalahku karena lalai menjaga Zuko mungkin aku akan memberikanmu bantuan. Mungkin dengan membiayaimu untuk melakukan operasi kel4min.”
Belio terperanjat kaget bukan main, pria itu segera duduk dan melotot kaget. “Benarkah nona?.”
“Ya, aku akan membicarakan semua keperluanmu kepada Momy.” Tegas Nerissa lagi membuat Belio terpekik kesenangan dan memeluk Nerissa dengan erat.
“Terimakasih Nona. Astaga aku senang sekali, terimakasih. Pukul saja wajahku beberapa kali lagi, aku rela.” Tawa Belio memeluk Nerissa dengan erat, kesedihan di wajah Nerissa perlahan berubah dan menjadi ikut tertawa.
“Belio, aku harus memotong rambut Zuko. Kau istirahatlah.”
“Saya bisa memotongnya Nona.”
“Tapi.”
“Tenanglah, saya sudah baik-baik saja dan merasa lebih bersemangat.” Tawa Belio segera turun dari sofa dan memakai kembali sepatunya dan mengambil wignya untuk kembali di kenakan.
Nerissa tersenyum lebar memandangi kesenangan Belio sekarang. Nerissa tahu Belio tumbuh dari kalangan keluarga yang tidak mampu dengan status orang tua yang bekerja sebagai pentinju kelas bawah dan pensiun muda karena cedera.
Belio terlahir dengan memiliki dua kelamin (ambigu genetic). Orang tua Belio memutuskan mendidik Belio menjadi seorang pria selagi menunggu Belio tumbuh dan melihat kemana gen anaknya ikut. Dokter tidak bisa memutuskan kel4min Belio sejak kecil karena mereka harus menunggu Belio benar-benar tumbuh dan melihat perkembangan yang ada.
Belio di ajarkan menjadi atlit hingga akhirnya menjadi binaraga. Saat dewasa Belio mulai menunjukan kemana gennya lebih banyak, Belio berubah menjadi seorang wanita dan rupanya diam-diam sangat menyukai seni.
Rencana Belio yang ingin mengubah identitasnya rupanya tidak bisa berjalan lancar karena orang tua Belio mengalami kecelakaan dalam tenggelamnya sebuah kapal. Sejak saat itu Belio berhenti menjadi binaraga dan pergi mengejar mimpinya dan memulai semuanya dari nol dalam bayak perjuangan.
Belio berusaha hidup di kalangan orang-orang yang benar-benar bisa menerimanya hingga akhirnya bertemu dengan Alexa yang menerima Belio apa adanya.
To Be Continue...