BAB 14 : Pertarungan

2153 Kata
Nerissa mencuci tangannya dengan santai setelah cukup lama berada di kamar mandi hingga memperbaiki riasan di wajahnya karena malam ini ada Bert di tempat yang sama dengannya. Nerissa ingin selalu tampil menawan di hadapan pria yang di cintainya meski Bert terus menganggapnya sebagai adiknya. Tanpa sadar Nerissa tertawa kecil sambil bercermin terpikir sebuah ide licik yang bisa dia libatkan dengan Zuko. Nerissa ingin bersikap bahwa dia sudah lelah dengan penolakan Bert dan sudah tidak mencintainya lagi. Mungkin itu akan menyadarkan Bert bahwa Nerissa sangat berharga dalam hidupnya. Nerissa ingin meminta bantuan Zuko agar dia bisa bersikap baik kepadanya dan mereka berpura—pura seperti pasangan. Nerissa menutup mulutnya lebih rapat merasa sangat beruntung karena bisa memikirkan ide yang sebagus itu. Sekali lagi Nerissa melihat penampilannya di cermin sebelum memutuskan pergi keluar toilet dengan langkah yang lebar, Nerissa tersenyum lebar mulai sadar kembali dari mabuknya. Keramaian orang-orang di lantai menari membuat Nerissa harus mencari keberadaan Zuko dengan teliti hingga harus masuk ke dalam kerumunan untuk mencarinya. Beberapa kali Nerissa harus berjinjit dan mencari Zuko yang memiliki warna rambut mencolok dari orang lainnya. Kepanikan mulai berada di pikiran Nerissa ketika gadis itu tidak menemukan keberadaan Zuko hingga dia mencari ke beberapa penjuru tempat di lantai satu. Nerissa memutuskan pergi keluar. Tanpa terduga, suasana yang sedikit ribut terjadi di pintu utama. Beberapa orang pegawai kebersihan dan keamanan terlihat bekerja keras memindahkan pintu yang terlepas dari tembok bersama dengan kusennya. Para pengunjung di arahkan masuk ke pintu lain agar tidak membahayakan. “Siapa yang membuat kekacauan ini?” tanya Nerissa mulai merasakan ada firasat tidak baik. Zuko juga pernah merusak pintu kamarnya sendiri ketika Nerissa baru pertama kali membawa Zuko ke dalam lingkungan keluarganya. Seorang manajer club malam itu segera berbalik dan berdecak pinggang tampak sangat kesal hingga harus menarik napasnya dalam-dalam beberapa kali. “Pria aneh berambut putih. Dia sangat cepat, tidak ada cara lain selain langung memblackistnya dari daftar pengunjung karena semua kerusakan yang dia buat. Polisi sedang mengejarnya.” Jawab sang manajer yang tidak dapat menyembunyikan kekesalannya atas kekacaan yang di buat oleh Zuko. Nerissa terpaku kaget, wajah cantiknya terlihat pias pucat pasi di selimuti kepanikan karena Zuko pergi entah kemana dan membuat kekacauan. Zuko tidak akan mungkin membuat kekacauan tanpa sebab. Dengan terburu-buru Nerissa mengambil kartu nama dari dompetnya, “Aku walinya, aku akan membayar ganti rugi kerusakan yang ada. Aku sungguh minta maaf. Tolong cabut tuntutan penangkapannya, dia memiliki kekurangan yang membuatnya sedikit tidak terkendali. Aku sungguh mita maaf karena lengah saat pergi ke kamar mandi sebentar” ucap Nerissa dengan membungkuk. Manajer  yang tengah marah itu terlihat sedikit lebih tenang setelah mendapatkan kartu namanya Nerissa. Setidaknya dia tidak jadi kehilangan banyak uang untuk merenopasi barnya. “Baiklah, karena aku mengenalmu, kali ini aku tidak memaafkan apa yang terjadi.” Nerissa mengangguk setuju dan segera pergi keluar mencari keberadaan Zuko, pandangan Nerissa mengedar ke sagala penjuru tempat berharap Zuko berada di luar dan menunggu. Nerissa berlari kesana kemari mulai panik karena Zuko tidak ada di sekitar bar. “Kemana sebenarnya dia pergi” pikir Nerissa terlihat bersedih karena Zuko tidak di temukan. Nerissa memutuskan untuk kembali memasuki bar dengan langkah cepatnya, Nerissa berlari melewati beberapa anak tangga menuju lantai tiga untuk bertemu dengan Kenan dan meminta bantuannya. “Kenan!” Nerissa sedikit berteriak begitu membuka pintu, membuat Kenan dan kedua temannya yang berbicara langsyng melihat ke arah pintu. Bibir Nerissa sedikit gemetar dengan mata berkaca-kaca. Nerissa tidak dapat menyembunyikan kepanikannya atas kepergian Zuko. “Zuko hilang, bantu aku mencarinya.” “Bukankah dia bersamamu?. Bagaimana bisa dia hilang?” tanya Kenan bingung. “Aku pergi meninggalkannya sebentar ke toilet. Dia merusak pintu di depan, bantu aku mencarinya” pinta Nerissa yang kini mulai menangis. Kenan menarik napasnya dengan berat dan mengusap tengkuknya dengan pijatan. “Dia sudah besar Nerissa. Biarkan dia pergi, nanti kembali.” “Dia tidak tahu apa-apa Kenan!. Aku takut dia tersesat, ayolah Kenan, bantu aku mencarinya.” “Jika kau tahu dia tidak tahu apa-apa, maka jangan membawanya!” teriak Kenan kesal membuat Nerissa kembali menangis. “Jika kau tidak mau membantuku, kau tidak perlu membantakku!” teriak Nerissa kesal karena benatakan Kenan terhadap dirinya. “Kenapa kalian menjadi ribut?. Pria tadi sudah dewasa” Mante ikut angkat berbicara karena Kenan dan Nerissa mulai bertengkar. Sementara Bert hanya diam dan memandangi Nerissa yang kini semakin menangis terlihat bersedih dan kebingungan. “Hiks. Kau menyebalkan, kau jahat, kau tidak peduli padaku, kau terus saja mengurus Endrea.” Tangis Nerissa dengan hentakan kesal di lantai. Nerissa berbalik pergi dan berlari keluar memutuskan pergi mencari keberadaan Zuko sendirian. Kenan membuang napasnya dengan kasar. “Sialan!” makinya dengan kesal dan langsung berdiri, rengekan dan tangisan Nerissa benar-benar sangat mengganggu Kenan dan memaksa Kenan untuk mengalihkan urusannya sendiri untuk menangani Nerissa terlebih dahulu. ***   Sebuah ambulance datang dengan cepat ketika Zuko terbangun dan pergi, semua orang terlihat bingung dengan keadaan Zuko yang terlihat baik-baik saja. Hujan turun saat itu juga mewakili kesedihan di hati Zuko karena apa yang di carinya tidak membuahkan hasil. Zuko melangkah melewati kerumunan orang dan pergi dari keramaian menyusuri pinggiran toko. Zuko melangkah tidak tanpa tujuan, dia tidak akan berhenti berharap apalagi menyerah untuk mencari penyelamatnya. Langkah Zuko mengantarkan dirinya pada kawasan penjual makanan. Orang-orang yang tengah berteduh memilih menepi dan makan untuk mengahangatkan perut mereka. Sesaat Zuko terdiam merasakan detak jantungnya meningkat dan mencium bau keberadaan orang yang di carinya berada di sekitarnya. Pandangan Zuko mengedar. Kesedihan Zuko sedikit sirna di penuhi oleh harapan, mata Zuko sedikit bercahaya merasakan kekuatan yang semakin besar mendekatinya. Kekuatan Zuko meningkat perlahan yang membuat semua telur ayam dan ikan yang tersedia di semua restorant dan warung makan lainnya perlahan di eraminya, anak-anak ayam dan ikan kelur dari telur mereka dan membuat para pemasak juga pelanggan berteriak kaget melihat ratusan ekor anak ayam melompat berlarian. Para pelanggan berlari berhamburan pergi, sementara Zuko masih berdiri di tempatnya semakin merasakan kekuatan orang yang di carinya semakin mendekat. Zuko berlari seketika melewati orang-orang yang tengah ribut kaget berlari menangkap ratusan anak ayam yang berlarian ke jalan. Kaki Zuko bergerak semakin cepat berlari hingga memasuki area perumahan dan mengejar kekuatan yang di rasakannya. Beberapa mobil lewat di sampingnya. Tanpa terduga, Helian mengendarai sebuah motor pengantar makanan dengan sangat cepat melewati Zuko yang kini tengah berdiri di sisi jalan merasakan keberadaannya karena darah di tubuh Helian, mengalir darah Yura yang menjadi ibu kandungnya. Helian melewati Zuko begitu saja, pria itu mengendarai motornya dengan cepat dan berbelok menuju keramaian untuk mengantarakan makanan pesanan beberapa orang. Setelah membuat ulah, Helian pergi ke kamp militer untuk ikut wajib militer, namun rupanyanya dia harus mendapatkan persetujuan dari kedua orang tuanya. Karena itulah Helian kembali lagi ke Loor dan menghabiskan sisa waktunya untuk menjadi kurir pengantar makanan. Sementara itu, Zuko terdiam di tempatnya merasakan kekuatan itu menjauh dan menghilang dengan cepat. Namun Zuko merasakan kekuatan lain yang tiba-tiba sangat berada dekat dengannya. Zuko berbalik merasakan ledakan kekuatan lebih besar berada di sekitarnya. Hujan turun semakin deras berjatuhan mengenai tubuh Zuko, namun air itu seakan tidak berani membuatnya basah karena setiap tetesan air yang jatuh  mengenainya langsung menghilang bersama udara. Zuko terdiam melihat seorang pria muda berpayung merah berdiri di hadapanya, pria itu terlihat Zuko dengan tatapan dingin. Penampilannya yang berpakaian serba hitam terlihat mencolok dengan kulitnya yang putih bersinar seperti Zuko, rambutnya merah berkilauan. “Tidak sepantasnya penjaga lautan berada di atas daratan.” Ucap Logan dengan dingin. Zuko semakin di buat terdiam karena ini adalah yang kedua kalinya dia bertemu dengan Logan, si penjaga daratan. “Aku mencari seseorang” jawab Zuko tidak kalah tenang dan dinginnya. “Yang kau cari adalah pelindungku. Ini bukan tempatmu, pelindungmu ada di lautan. Pergilah sebelum aku mencabikmu.” “Pelindungku sudah pergi. Semua kekuatan milik tuanku, ada pada tuanmu juga. Orang yang ku cari adalah tuanku, bukan hanya tuanmu.” Jawab Zuko dengan cepat seakan tengah berebut pelingdung mereka. “Aku tidak menerima alasan apapun. Cepatlah kembali ke lautan. Percuma kau disini, karena aku tidak akan pernah membiarkan kalian bertemu” tegas Logan tidak mau mengalah sedikitpun, Logan langsung berbalik dan pergi. “Tunggu!. Katakan dimana nona” teriak Zuko berlari mengear Logan. Logan adalah penjaga daratan Neydish, dia adalah satu-satunya orang yang tepat untuk Zuko tanya mengenai keberadaan Yura. “Tidak akan” balas Logan segera berlari pergi melompati tembok tinggi sebuah bangunan dan melepaskan payungnya untuk terbang dan jatuh ke jalanan. Melihat Logan yang berlari pergi membuat Zuko ikut berlari mengejar, Logan menarik semua auranya dan  Zuko untuk tidak di rasakan siapapun, termasuk orang yang tengah Zuko cari. Logan melompat dari sebuah rumah menuju atap rumah lainnya, begitu pula dengan Zuko yang tidak akan pernah berhenti mengejar dan melepaskan Logan begitu saja. Melihat kegigihan Zuko yang mengejarnya, Logan berlari menuju barat karena di sana terdapat hutan yang luas. Logan berlari dengan cepat menjauh dari keramaian, Logan melompat ke atas atap kereta yang bergerak dan bersembunyi di balik pintu karena Zuko berlari di atasnya. Logan bergelantungan dengan mudah tanpa rasa sakit. Tangan Zuko bergerak di udara menarik semua tetesan hujan yang jatuh menjadi gumpalan air yang besar. Zuko memukulkan air itu ke arah Logan yang bersembunyi di balik pintu kereta dengan pukulan keras air hingga Logan terjatuh dari kereta dan terguling ke rel kereta yang lain. Zoku melompat turun melihat Logan yang berlari kearah hutan. Susana gelap hutan dan derasnya hujan turun membasahi tanah, Zuko berdiri dengan sepatu yang sudah kotor oleh tanah dan tubuh yang tidak sedikitpun basah. Pandangan Zuko mengedar mencari keberadaan Logan yang menghilang dengan cepat.  Suara raungan hewan liar sedikit terdengar di  balik pohon, seekor srigala yang begitu besar menampakan dirinya dan berdiri berhadapan dengan Zuko. Srigala itu menggertakan giginya yang tajam dan mata yang menyala. Logan menunjukan seperti apa rupanya yang sebenarnya dalam bentuk hewan, Logan adalah perwujudan dari srigala. Kaki srigala itu bergerak dengan sedikit menghentak dan meninggalkan jejak di tanah yang sudah di pijaknya. Bola matanya terlihat bersinar manatap tajam Zuko sepenuhnya mengusir dan tidak menyukai keberadaannya di daratan. “Aku datang untuk menemui Nona, bukan untuk berebut daerah kekuasaan denganmu. Bukan kesalahanku jika tuan kita sama.” Kata Zuko menjelaskan. Sebuah aturan yang mutlak terjadi bagi para penjaga daratan maupun lautan untuk merahasiakan siapa tuan mereka. Logan dan Zuko sama-sama tidak mengetahui siapa tuan para penjaga yang lain karena mereka hanya mengetahui tuannya sendiri. Dulu, tuan Zuko adalah Emilia Giedon. Namun Emilia tidak bisa mencapai kesempurnaan sehingga dia tidak abadi, Emilia memilih memberikan kekuatannya kepada Yura dan sebagian kekuatannya lagi dia titipkan kepada Zuko sebelum memutuskan melepaskan jantung dari tubuhnya. Emilia mengetahui bahwa Yura memiliki kemampuan untuk berbicara dengan hewan dan tumbuhan karena dia adalah tua dan dari pelindung daratan. Saat Yura terluka parah dan menjatuhkan dirinya ke lautan, Zuko memberikan semua kekuatan Emilia kepada Yura sehingga Yura berada dalam kesempurnaan yang membuatnya abadi. Yura tidak akan pernah menua, tidak akan pernah sakit dan tidak akan pernah memiliki ambisi yang berhubungan dengan kemewahan dunia selain serakah akan sebuah perasaan. Zuko baru mengetahuinya sekarang, bahwa tuannya Logan, adalah tuannya Zuko juga. Suara geraman dari srigala itu terdengar lagi di antara hujan, srigala itu mendongkakan kepalanya dan mengaung keras.  Zuko berlari dengan cepat, begitu pula Logan yang melompat kearahnya hendak menyerang. Tanah yang di pijah Zuko retak dan pohon-pohon di sekitarnya bergerak menjalar memukul Zuko dari segala sisi. Zuko terjatuh terperosok karena pukulan pohon. Tubuh Zuko terayun dengan mudah di udara membuatnya kembali bergerak keatas menarik semua air yang ada di sekitarnya hingga membuat hujan berhenti turun dan pohon-pohon yang bergerak layu dengan cepat kehilangan air tanpa sisa. Srigala itu melompat kearah Zuko mencabik tubuhnya, dengan kuku dan gigitan. Zuko memukul wajah srigala itu dengan keras hingga srigala itu terlemapar jauh, pohon-pohon di sekitarnya yang menyerang Zuko mengering mati hingga menjatuhkan satu persatu daun mereka. Tanah yang semula basah berubah menjadi sangat tandus karena semua air yang ada Zuko ambil. Zuko bangkit dengan napas tersenggal dan goresan di pipinya dari cakaran salah satu kuku Logan. Logan yang terjatuh perlahan berubah kembali menjadi manusia, ia berdiri dengan tertatih-tatih menunjukan kemarahannya dan rasa tidak terima karena Zuko mencari tuannya Logan. Sebagai seorang pelindung, Logan akan langsung memiliki sifat yang agresif dan sangat sensitif bila berhubungan dengan tuannya. Pemiliknya adalah satu-satunya orang yang akan menyembuhkan semua lukanya jika Logan terluka, namun jika tuan mereka tidak mengakui mereka lagi, maka Logan akan mati. “Dimana Nona?” tanya Zuko dengan langkah yang perlahan mendekati Logan hendak bertarung lagi. Namun langkah Zuko terhenti ketika dia merasakan ada sesuatu yang sakit di hatinya, lapisan di belakang telinganya mendengar tangisan Nerissa yang mencarinya. Hujan kembali turun, Zuko merasakan perasaan takut dan sedih Nerissa karena tidak menemukan keberadaan Zuko. Kepala Zuko mendongkak menatap langit di antara daun-daun yang mengering. “Aku lupa” bisik Zuko tersadar bahwa dia sudah berjanji kepada Nerissa akan menunggunya. Zuko kembali melihat kearah Logan yang kini mengeluarkan sebuah pedang dari tangannya. “Kita bertemu lagi nanti” ucap Zuko sebelum memutusakn melakukan teleportasi dan segera menemui Nerissa. To Be Continue...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN