BAB 6 : Menemukan Nona

1879 Kata
“Kau kenapa?.” Zuko segera mundur menjauh dari Nerissa, pandangan Zuko semakin mengedar merasakan kekuatan besar itu semakin kuat menarik dirinya. “Nona” panggil Zuko seraya berabalik dan langsung berlari dengan cepat keluar dari pusat perbelanjaan meninggalkan Nerissa hanya bisa berteriak meminta berhenti, Nerissa tidak bisa mengejar karena harus membayar kalung yang Zuko pakai terlebih dahulu. Zuko berlari melewati kerumunan orang-orang yang berlajalan, dia mengikuti arah dimana dia bisa merasakan apa yang di kejarnya semakin mendekat. Langkah Zuko terhenti di sisi pagar esklator dan melihat ke bawah di mana banyak orang yang sedang mengisi tangga. Tanpa pikir panjang Zuko langsung melompat turun ke lantai bawah dan tidak mempedulikan teriakan kaget beberapa orang karena lompatan Zuko yang seperti seseorang yang tengah bunuh diri. Dalam waktu seperkian detik Zuko langsung bangkit dan berlari lagi membelah kerumunan. Zuko tidak bisa berhenti begitu saja ketika seseorang yang sedang di carinya ada di sekitarnya. Zuko berlari kencang melewati banyak orang dan keluar area pusat perbelanjaan. Zuko menengok ke sisi dan melihat sosok orang yang di carinya berjarak sekitar puluhan meter di depannya tengah naik ke dalam mobil. “Nona!” teriak Zuko seraya berlari. Namun orang yang tengah di carinya tidak mendengarkan suaranya dan langsung masuk mobil begitu saja. Tangan Zuko terulur dengan langkah yang perlahan melambat, angin bergerak cepat dalam panggilannya. Beberap pohon menjatuhkan daun-daun mereka ke jalan begitu saja, namun panggilan yang di buat Zuko sama sekali tidak sampai kepada orang yang di tujunya. Perlahan Zuko berhenti melangkah dan terdiam di sisi terotoar, pohon-pohon masih menjatuhkan daun-daunnya dan terbang di udara. “Nona, Anda tidak merasakan saya?” lirih Zuko tampak kecewa, mata indahnya berkaca-kaca hingga membentuk mutiara indah di sudut matanya, mutiara itu terjatuh ke jalanan. Langit di luar perlahan mendung hingga menjatuhkan rintik-rintik hujan. “Zuko!” Teriak Nerissa dengan napas tersenggal-senggal, menjinjing banyak belanjaan di tangannya. “Kenapa kau lari-lari?. Sudah aku bilang jangan pergi di keramaian” omel Nerissa kesal. Zuko hanya tertunduk dan mendekat dalam satu langkah, dia mendekap Nerissa kedalam pelukannya, “Maaf, Nona.” “Jangan melakukannya lagi” Nerissa hampir berteriak kesal. Kepala Nerissa terangkat dan melihat langit yang mendung tiba-tiba, rintikan hujan yang turun berubah menjadi hujan deras. “Ayo pulang, sepertinya akan hujan lagi.” kata Nerissa seraya menepuk-nepuk bahu Zuko. *** Langit terlihat semakin mendung, hujan turun lebih deras. Zuko mengusap kalung yang terpasang di lehernya, memandangi kendaraan yang terlewati. Pikirannya berkelana mengingat bagaiamana dia menemukan orang yang di carinya. Rupanya keberadaan orang itu sangat dekat dengannya sekarang, Zuko harus mencarinya sendiri saat ada kesempatan. Namun karena setengah jiwa di dalam diri Nerissa, Zuko tidak bisa memanggilnya. Zuko harus menemukannya langsung dengan bermodal perasaan. Entah kapan dia di pertemukan lagi, entah harus berapa lama Zuko harus mencarinya lagi dan entah sampai kapan juga Zuko seperti ini. Jika Zuko tidak kunjung di pertemukan dengan seseorang yang dapat menolongnya itu, maka segel dan pilar di dalam jiwanya akan terbuka satu persatu, dan jika kejadian buruk itu benar-benar terjadi. Maka Zuko akan menjadi manusia yang seutuhnya. Dia akan kehilangan kesuciannya sebagai mahluk setengah dewa.. Dia akan kehilangan kekuatannya… Dia akan merasakan sakit dan lemah seperti manusia lainnya, emosi yang berbeda, menua, hidup di antara kejahatan dan kebaikan. Dan Zuko akan merasakan yang namanya kematian.. Zuko tidak menginginkan ini, Zuko sudah melewati banyak kehidupan dan perbuahan dunia di bawah laut, dia ingin keabadian. Zuko harus benar-benar semakin berusaha mencari penolongnya. Melihat keterdiaman Zuko, membuat Nerissa merasa bersalah. Nerissa merasa bersalah karena sudah mengomelinya, atas sikapnya yang pergi begitu saja di tengah keramaian. Bibir Nerissa menekan kuat, matanya yang indah itu mencuri-curi pandang kepada Zuko “Kau bersedih?.” Zuko menggeleng, dia tidak tahu apapun dengan perasaan manusia. “Aku minta maaf tadi membentak dan memarahimu. Aku sangat khawatir karena kau pergi begitu saja di tengah keramaian, bagaimana jika aku kehilanganmu di keramaian. Karena itu jangan melakukannya lagi. Jika kau membutuhkan sesuatu, seharusnya kau mengatakannya padaku agar aku bisa membantumu.” “Aku melihatnya” jawab Zuko masih berada dalam renungan. “Melihat siapa?, siapa yang sebenarnya kau cari hingga berlari keluar?.” Nerissa belum menanyakan alasan Zuko berlari. Zuko terdiam, dia memandang Nerissa cukup lama dan menelaah hati gadis itu yang sebenarnya. Nerissa bukan gadis yang jahat, fikirannya terlalu polos, Zuko tidak salah mengambil setengah jiwanya, namun Nerissa terlalu lemah. Zuko dapat melihat masa depan gadis itu yang akan bahagia dan juga banyak menangis karena seseorang. Namun haruskah Zuko menceritakannya?, akankah Nerissa membantunya menemukan orang yang di carinya?. Meski Nerissa gadis baik, namun dia adalah manusia, bukanlah mahluk seperti Zuko, mereka baru mengenal tidak lebih dari tiga hari lamanya. Zuko tetap harus waspada karena tidak hanya keselamatannya saja yang kini tengah tidak baik, namun masih ada orang-orang yang sedang berusaha mencari keberadaannya. Zuko tidak ingin kekuatannya hilang sia-sia melawan orang-orang jahat sementara dia belum menemukan orang yang bisa menolongny. “Dia tuanku yang sebelumnya” jawabnya tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya bohong. Zuko dan penyelamatnya saling memiliki ikatan, dan mereka saling mengimbangi satu sama lainnya. Nerissa membuang napasnya dengan gusar, dia meraih tangan Zuko dan menggenggamnya. “Lain kali katakan saja padaku jika kau butuh bantuan” ucap Nerissa mengingatnya. “Baik nona” Nerissa menggeser tempat duduknya dan merapat pada Zuko, matanya yang indah itu menatap Zuko lebih dekat. “Anu.. itu.. emm.. kau mengejar tuanmu untuk apa?. Apa kau berniat kembali padanya, apa kau sangat menyayanginya?” Tanya Nerissa sedikit khawatir. Entah kenapa Nerissa merasa risau, ada suatu perasaan yang sangat mengikat hati Nerissa pada Zuko. Melihat kesedihan Nerissa langsung membuat Zuko menggeleng. “Saya membutuhkan pertolongannya.” “Kau bisa meminta tolong padaku.” Tawarnya penuh semangat. “Saya akan memikirkannya.” Nerissa terdiam seketika, namun dia diam dan memilih menunggu kapan Zuko mengatakannya. Nerissa perlu lebih banyak melatih kepribadian Zuko agar dia lebih ekspresif kepadanya. Masih ada banyak ketakutan dan rasa curiga di mata Zuko kepadanya. Mobil yang mereka tumpangi perlahan berhenti di depan vila, Nerissa tersenyum lebar melihat leher Zuko yang terpasang oleh kalung anjing dan memiliki ukiran namanya. “Tolong keluarkan semuanya” pintanya pada supir taksi untuk mengeluarkan semua belanjaannya. Zuko ikut turun dan membantu supir taksi mengeluarkan semua belanjaannya, membiarkan Nerissa pergi menemui Kenan yang tengah sibuk memasukan koper kedalam bagasi mobilnya. “Kenan, kau mau kemana?” Tanya Nerissa bingung. “Kita pulang sekarang Nerissa.” “Kau bilang kita pulang nanti sore.” Protes Nerissa tidak suka, Nerissa masih sangat ingin menikmati masa liburannya yang masih sangat panjang. “Aku sudah menemukan Helian” potong Kenan dengan cepat, wajah tampannya menunjukan sedikit rasa tertekan dengan kantung mata yang sedikit menghitam karena sibuk mencari keberadaan Helian hingga membuatnya lupa beristirahat. “Bert mengatakan jika Helian menemui Aleen di pangkalan militer. Helian ingin mempercepat wajib militernya.” Aleen adalah kakak kembar Bert, dia lebih memilih menghabiskan sebagian hidupnya dengan mengabdi kepada Negara melalui pertahanan militer. “Kenapa kau tidak langsung menghubungi Tuan Julian?” “Tuan Julian ingin aku membawanya langsung Nerissa. Sikap Helian mencurigakan. Cepatlah berkemas. Kita pergi.” “Jika kau ingin pulang. Pulang saja, aku masih ingin berada di sini.” Tolak Nerissa. Kenan berdecak pinggang dan menatap adiknya dengan seksama, beberapa saat Kenan menarik napasnya lalu berkata. “Aku tidak akan bisa membiarkanmu di sini sendirian Nerissa. Daddy akan sangat marah jika aku meninggalkanmu. Kau masih menikmati liburan lainnya di kota.” Nerissa terdiam, pandangannya tertuju pada Zuko yang berdiri di belakangnnya menjinjing semua belanjaan dengan mudah. “Ayo Zuko.” “Tunggu” Kenan menahan, “Zuko tidak ikut.” “Apa maksudmu?!” Nerissa berteriak kaget. “Kau. Zuko, masuklah ke rumah, aku ingin bicara dengan Nerissa” titah Kenan dengan tegas. Zuko langsung pergi memasuki rumah tanpa menunjukan ekspresi apapun di wajahnya. Kenan langsung bersedekap dan sedikit mundar-mandir bingung, sesekali dia melihat ke arah laut sebelum memutuskan berhenti dan berdiri tepat di hadapan Nerissa. “Kita tidak bisa membawanya Nerissa, apa yang akan Daddy lakukan jika kau membawa seorang pria ke rumah?. Meski dia peliharaanmu ataupun temanmu, kau tidak bisa melakukannya.” “Tapi Zuko peliharaanku. Aku sayang padanya, bagaimana bisa aku meninggalkan dia disini.” “Nerissa, kau menemukan Zuko tidak lebih dari dua hari. Kita tidak tahu asal usul dia yang sebenarnya, dia tidak memiliki identitas apapun selain nama. Dia bersikap aneh. Kau harus ingat, kita datang ke pulau ini berdua, tidak ada Zuko sama sekali!. Jika kau membawanya, Daddy bisa menghabisinya.” Mata Nerissa berkaca-kaca bersamaan dengan lengkungan kecil di bibirnya menahan tangisan sedihnya membayangkan meninggalkan Zuko sendirian. “Aku yakin aku mengenalnya sudah sangat lama.” Dengan cepat Nerissa menghapus air matanya. “Jika Daddy marah, kau kan bisa mengaku jika dia temanmu. Atau kita bawa saja dia ke salah satu rumah yang ada di kota.” “Ini tidak akan mudah Nerissa, kau tahu kan Daddy sangat menjaga pergaulan kita?.” Kenan tetap menunjukan ke tidak setujuannya untuk membawa Zuko. Kenan tidak ingin mengambil risiko, “Aku akan habis jika ketahuan berbohong. Lebih baik tinggalkan dia sendirian di sini. Ini bukan tempat yang buruk.” Bujuk Kenan dengan suara merendah. Nerissa tertunduk dan pada akhirnya menangis tidak mau menyeujui permintaan Kenan “Kenapa kau sangat tega Kenan, Zuko baik dan lucu, dia akan menjadi hewan peliharaan dan teman yang baik. Aku ingin membawa Zuko” “Nerissa!” Teriak Kenan marah. “Dia manusia!. Jika kau memperlakukannya seperti hewan, kau benar-benar tercela” maki Kenan marah. Bibir Nerissa menekan kuat. Dia merasa bingung dengan kemarahan Kenan, namun hati nuraninya tetap mengatakan bahwa Zuko bukanlah manusia. Karena itu Nerissa memperlakukannya dengan cara yang berbeda. “Kalau begitu aku akan menjadi teman yang baik untuknya.” “Tidak Nerissa!” teriak Kenan lagi. “Aku ingin membawa Zuko!” Balas Nerissa dengan teriakan dan tangisan. “Jika kau tidak mau membawa Zuko, aku tidak akan pulang!” Tekan Nerissa langsung berlari pergi memasuki rumah. Rahang Kenan mengetat, dia menutup bagasi mobil dengan keras menyalurkan amarahnya. Sikap keras kepala Nerissa benar-benar sedikit merepotkan, namun dia tidak berani bersikap kasar kepada adiknya selain mengomelinya. Dan kali ini gadis itu ingin membawa pulang Zuko. Tidakkah Nerissa sadar seberapa posesifnya ayah mereka terhadapa Nerissa?. Meski Lucas kasar dan kejam, namun dia sangat menjaga baik Kenan dan Nerissa dari orang-orang yang tidak jelas sifat, karakter dan asal-usul mereka. Bahkan ketika Kenan jatuh cinta kepada Endrea, butuh waktu lama bagi Lucas memahami apa yan sebenarnya membuat Kenan jatuh cinta dan cocok dengan Endrea. Lalu setelah itu Lucas mendukung apapun yang Kenan lakukan untuk Endrea meski sering bertengkar dengan Julian. Konon katanya, Lucas dan Julian bersahabat sejak masih muda. Namun Julian tetap enggan memberikan Endrea puterinya kepada anak sahabatnya sendiri. Namun, meski mendapatkan banyak penolakan, Lucas yang tahu sebenara besar Kenan mencintai Endrea, kini selalu mendukung Kenan untuk menemui Endrea dan mengajarkan dia bagaimana caranya menyusup, menculik, membajak teknologi pengamanan Julian hingga menjanjikan Kenan untuk menculik Endrea jika suatu saat nanti mereka sudah waktunya ingin menikah tetapi Julian tidak merestui keduanya. Namun di balik fikiran jahat itu, Lucas memiliki pemikiran yang sama dengan Julian ketika dia menjaga Nerissa, puterinya. Lucas sangat menjaga Nerissa dan tidak membiarkan siapapun menyakiti apalagi berdekatan dengan puterinya yang dia anggap masih kecil. Lalu bagaimana dengan Zuko? Kenan benar-benar tidak bisa membawa Zuko karena bisa-bisa Zuko habis di tangan Lucas. Namun melihat reaksi Nerissa yang sangat berbeda dari biasanya, Kenan sedikit menyadari jika adiknya menyayangi Zuko. Kenan membuang napasnya dengan gusar dan menarik sejumput rambutnya dengan keras, “Sangat merepotkan!” geramnya kesal. “Kemasi barang-barangmu Nerissa, bawa peliharaanmu. jika Daddy menghajarnya aku tidak bertanggung jawab!” Teriak Kenan dengan keras. Tidak ada cara lain selain menyetujui permintaan Nerissa. Kenan tidak peduli jika nantinya Lucas menghajar atau melakukan sesuatu yang lain kepada Zuko. Setidaknya Kenan sudah memberitahu Nerissa konsekuensinya. To Be Continue...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN