Ini Hanya Salah Paham

1377 Kata
Sesampainya dirumah, Evan kesal dan tampak begitu marah. Lola pun heran apa yang terjadi pada sang kakak hingga ia sangat marah. Evan mengatakan bahwa Dinda sudah selingkuh dibelakangnya. Evan melihat Dinda berpegangan tangan dengan rekan kerja sesama dokter di kantin rumah sakit. “Pulang-pulang kok mukanya asem banget. Kenapa sih kak?” tanya Lola. “Kakak lagi kesel sama Dinda,” jawab Evan. “Kesal kenapa? Perasaan kak Dinda orangnya nurut sama kakak,” ucap Lola. “Itu kalau di depan kakak. Kalau di belakang kakak udah beda lagi ceritanya. Asal kamu tahu ya, Dinda berani nyelingkuhin aku!” ucap Evan. “Kayaknya gak mungkin deh kak Dinda selingkuh soalnya kak Dinda kan sayang banget sama kakak,” ucap Lola. “Kalau dia sayang sama aku, dia gak mungkin nyelingkuhin aku!” ucap Evan. “Kakak cinta gak sama kak Dinda?” tanya Lola. “Ya cintalah,” jawab Evan. “Kakak sayang gak sama kak Dinda?” tanya Lola lagi. “Kalau kakak cinta berarti udah pasti kakak sayang sama Dinda. Kamu pasti tahulah soal itu,” ucap Evan. “Kalau kakak cinta dan sayang sama kak Dinda, terus kenapa kakak nyelingkuhin kak Dinda? Kalau kakak cinta dan sayang, seharusnya sih kak Evan gak bakal menduakan kak Dinda. Apalagi cinta dan sayangnya kak Dinda itu tulus banget sama kakak,” ucap Lola. “Aku gak selingkuhin Dinda, aku cuma sedang berusaha mencari pasangan yang tepat untuk aku. Aku emang sayang dan cinta sama Dinda tapi kan belum tentu Dinda bakal jadi jodohku,” ucap Evan. Lola meledekanya, “Dasar tukang ngeles huuu. Kakak selingkuh, giliran diselingkuhi balik kok marah!” Ting Tung Mendengar ada bel berbunyi, Lola ke depan dan membuka pintu. Ternyata yang datang adalah Dinda. Kebetulan, Dinda pulang lebih cepat sehingga bisa pergi jalan berdua bersama Evan. “Eh ada kak Dinda,” ucap Lola membuka pintu. “Kakak kamu dirumah gak?” tanya Dinda. “Dirumah kak. Ayo masuk. Dia lagi di ruang keluarga,” ucap Lola mengajak Dinda masuk. Di Ruang Keluarga Dinda langsung menemui Evan karena ia sudah tak sabar ingin pergi bersama Evan. Dinda ingin jalan-jalan sampai malam bersama Evan. Dinda duduk disamping Evan, kemudian berkata “Beb, kamu kenapa sih aku sms gak dibales, aku telepon juga gak diangkat. Untung aja pas aku ke rumah kamu, kamu ada dirumah.” “Hari ini aku seneng banget soalnya aku boleh pulang cepat. Dan itu artinya, kita bisa jalan-jalan sampai malam. Duh.. aku udah gak sabar banget,” ucap Dinda mencoba bersandar di bahu Evan tetapi Evan menolaknya. “Kamu kenapa sih beb?” tanya Dinda tetapi Evan hanya diam. “Mendingan kamu jalan aja sama selingkuhan kamu,” ucap Evan. “Maksud kamu apa sih beb? Aku gak ngerti,” ucap Dinda. “Jangan pura-pura bodoh untuk menutupi kesalahan kamu. Kamu pikir aku gak tahu? Kamu selingkuh kan sama dokter itu?” tanya Evan. “Selingkuh? Selingkuh apa? Di kamus hidup aku, gak ada yang namanya selingkuh. Mana mungkin sih aku berani selingkuhin kamu,” ucap Dinda. “Setuju sama kak Dinda. Aku juga gak percaya kalau kak Dinda selingkuh,” ucap Lola. “Lola, aku ini kakakmu. Seharusnya kamu dukung aku,” ucap Evan. “Aku hanya mendukung yang benar. Aku yakin kok kalau kak Dinda gak mungkin selingkuh,” ucap Lola. “Iya beb. Lola aja tahu kalau aku gak mungkin selingkuh karena aku sayang sama kamu,” ucap Dinda. “Sayang? Udah ketahuan selingkuh kamu masih bisa bilang sayang? Jelas-jelas aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau kamu pegang-pegangan tangan sama cowok lain,” ucap Evan. “Oh.. Jadi tadi kamu nyariin aku ke rumah sakit? Kok kamu gak bilang dulu sih beb?” ucap Dinda. “Kenapa? Kamu takut kalau kamu bakal ketahuan. Untungnya udah ketahuan ya,” ucap Evan. “Beb, aku sama dia gak ada hubungan apa-apa. Kita cuma sebatas rekan kerja dan gak lebih. Kalau kamu gak percaya kamu tanya aja sama Lidya. Tadi Lidya juga ada disana kok,” ucap Dinda. “Lidya kan sahabat kamu, pasti dia belain kamu!” ucap Evan. “Kamu jangan overthinking berlebihan gitu dong beb. Aku berani sumpah kalau aku gak ada hubungan apa-apa sama dia,” ucap Dinda. Dinda kemudian menelpon Lidya dan memintanya datang ke rumah Evan. Dinda ingin Lidya menjelaskan bahwa apa yang Evan lihat tidak sepenuhnya benar. “Halo Lid. Kamu sekarang dimana?” tanya Dinda melalui sambungan telepon. “Aku masih di rumah sakit nih,” jawab Lidya. “Tolong datang ke rumah Evan dong. Tolong kamu jelasin sama Evan kalau dia udah salah paham,” ucap Dinda. “Kayaknya gak bisa deh. Soalnya 1 jam lagi ada pasien yang mau konsultasi sama aku,” ucap Lidya. “Tolonglah Lid, bentar doang kok. Setelah kamu jelasin sama Evan kamu bisa balik lagi deh,” ucap Dinda. “Ya udah bentar ya. Aku tanyain pasienku dulu. Kalau dia jadi dateng, berarti sorry banget aku gak bisa ke rumah Evan sekarang. Tapi kalau dia gak jadi dateng atau mau diundur, kemungkinan aku bisa dateng ke rumah Evan,” ucap Lidya. “Iya oke. Aku tunggu kabar baiknya secepatnya,” ucap Dinda. ****** Ternyata, pasien Lidya tidak jadi datang karena ada urusan mendadak. Oleh sebab itu, Lidya langsung meluncur ke rumah Evan. Sesampainya di rumah Evan, Lidya pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. “Akhirnya kamu datang juga Lid. Tolong jelasin ke Evan dong, soalnya dia gak percaya sama aku. Aku udah gak tahu lagi gimana caranya dia percaya sama aku,” ucap Dinda. “Lidya, aku gak perlu penjelasan tambahan dari kamu. Kamu kan temannya Dinda pasti kamu bakal nutup-nutupin kesalahan dia,” ucap Evan. “Pikiran kamu negatif banget sih Van, belum juga aku ngomong. Lagian aku kesini juga gak mau ngomong doang soalnya kamu pasti gak akan percaya. Makannya aku langsung kasih bukti aja. Coba dengerin baik-baik ini rekaman suara Dinda dan Gavin di kantin rumah sakit tadi,” ucap Lidya. Lidya kemudian mengambil ponselnya di tasnya, lalu memutar sebuah audio. Siapa sangka ternyata Lidya telah merekam percakapan selama Dinda dan Gavin berbicara tadi. Ketika Lidya melihat Evan saat di kantin, Lidya tak langsung mengatakannya pada Dinda. Melainkan, Lidya rekam dulu percakapan dia dengan Gavin agar Evan tahu yang sebenarnya. “+*&$#i&%$@@%t,” bunyi percakapan Dinda dan Gavin. “Kamu dengar sendiri kan Vin? Aku gak selingkuh,” ucap Dinda. Setelah mendengar rekaman itu, Evan luluh dan percaya dengan Dinda. Seharusnya Evan sadar bahwa Dinda tak mungkin menyelingkuhinya. Sayangnya, tadi ia langsung buru-buru pergi tanpa melihat atau mendengar secara keseluruhan. Untung saja, Lidya berhasil mengambil bukti percakapan tadi. “Maafin aku ya udah nuduh kamu sembarangan. Gak seharusnya aku nuduh-nuduh kamu kayak gitu,” ucap Evan. “Iya. Apapun kesalahan kamu selama kamu tidak bermain wanita di belakang aku, aku pasti maafin. Kita kan udah dewasa masa harus berantem cuma karena masalah sepele,” ucap Dinda. “Nanti kita jadi pergi ya. Pokoknya aku turuti semua kemauan kamu. Kamu mau jalan-jalan, kamu mau makan di restoran mewah, atau kamu mau belanja. Terserah kamu deh yang penting kamu bahagia,” ucap Evan. “Cieee… gitu dong baikan,” ucap Lidya. “Btw, kok Kak Lidya bisa kepikiran sih ngerekam percakapan kak Dinda sama cowok itu?” anya Lola. “Aku tahu banget kalau Evan itu orangnya gak gampang percaya, beda sama Dinda. Kalau mungkin itu terjadi pada Dinda, cuma ngomong doang tanpa bukti aja pasti Dinda percaya. Tapi kalau sama Evan, dia gak mungkin percaya kalau gak ada buktinya. Makannya aku rekam deh biar bisa jadi bukti,” ucap Lidya. “Kak Lidya ini emang cerdas ya sampai bisa kepikiran ke arah sana,” ucap Lola. “Makasih ya Lid. Aku gak tahu lagi kalau gak ada kamu, mungkin Evan udah marah besar sama aku. Sekali lagi makasih ya Lid kamu tuh emang sahabat aku yang paling best deh,” ucap Dinda memeluk Lidya. “Dari rekaman yang kak Lidya ambil kita tahu kalau kak Dinda itu orangnya setia. Beruntung banget kak Evan bisa dapetin kak Dinda. Untung aja kak Evan orangnya juga setia. Kalau sama-sama setia kan pasti endingnya bahagia,” ucap Lola sedikit menyindir Evan. “Iya dong karena kesetiaan itu kunci hubungan langgeng. Untung kita sama-sama setia ya beb,” ucap Dinda pada Evan dan hanya dibalas dengan senyuman.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN