Setelah 3 jam menemani Evan, Sela pamit karena nanti ia ada jadwal terbang ke luar kota. Sebelum pergi, tak lupa Sela mencium pipi Evan hingga menimbulkan cap bibir di pipinya. Saat akan meninggalkan rumahnya, Lola mengantarkan Sela hingga ke depan rumahnya. Lola juga tak langsung masuk ke dalam rumah sebelum ia melihat Sela keluar dari gerbang rumahnya.
“Makasih ya kak Sela udah nemenin kakakku,” ucap Lola.
“Kamu kayak sama siapa aja La. Sebenarnya aku masih pengen nemenin Evan tapi aku juga gak bisa ninggalin pekerjaan ku,” ucap Sela.
“Iya gak apa-apa kak toh kak Evan juga gak meminta ditemani setiap saat. Kak Evan tahu kalau pacar-pacarnya punya pekerjaan masing-masing,” ucap Lola keceplosan dengan menyebut pacar-pacarnya.
“Tunggu tadi kamu bilang apa? Pacar-pacarnya?” tanya Sela curiga.
“Maksud aku pacarnya yaitu kak Sela. Tadi aku cuma salah ngomong aja mau bilang pacarnya malah jadi pacar-pacarnya hehehe,” ucap Lola.
“Oh gitu.. Kamu nih bikin aku curiga aja,” ucap Sela.
“Kakak jangan khawatir, kak Evan itu orangnya cuma setia sama satu wanita. Biarpun aku adiknya sendiri bukan berarti aku melindunginya kalau dia salah. Apalagi aku juga perempuan kan mana mungkin aku tega melihat wanita lain diselingkuhi,” ucap Lola.
“Bagus! Sesama wanita itu harus saling peduli dan gak boleh mendukung perselingkuhan apapun alasannya. Sekarang aku semakin yakin kalau Evan gak mungkin selingkuh,” ucap Sela.
“Iya kak. Tenang aja,” ucap Lola.
Setelah berbincang sebentar dengan Lola, Sela pamit untuk pergi dengan mengendarai mobilnya. Siapa sangka, baru saja mobil Sela keluar dari rumahnya, mobil Dinda datang. Hal ini membuat Lola tak sempat istirahat karena dituntut untuk menjaga hubungan Evan dengan pacar-pacarnya berjalan baik.
Meskipun tak melihat siapa orang yang ada di dalam mobil, tetapi Dinda melihat ada mobil yang keluar dari rumah Evan. Hal ini membuatnya penasaran dan ingin bertanya siapa orang yang baru saja keluar dari rumah Evan.
“Ya Tuhan.. Kapan aku istirahat kalau pacar-pacar kak Evan datang silih berganti,” batin Lola sembari melihat kedatangan Dinda.
Dinda menghampiri Lola dan bertanya tentang siapa yang tadi datang, “La, tadi aku lihat ada mobil keluar dari rumah kamu. Siapa yang datang?”
Lola diam sebentar untuk berpikir dan mencari alasan, “Aku harus jawab apa ya? Oh iya aku bilang aja kalau itu Zen.” Begitulah isi hati Lola yang membuat kebohongan untuk orang yang mudah percaya.
“Temenku kak, Zen. Itu loh yang pernah aku kenalin ke kakak,” ucap Lola.
“Oh Zen yang dulu sering main ke rumah kamu itu?” tanya Dinda.
“Iya kak,” jawab Lola.
“Udah lama aku gak pernah lihat dia main ke rumah kamu, eh ternyata sekarang udah sukses aja ya. Dulu kesini naik motor sekarang naik mobil,” ucap Dinda.
“Ya begitulah hidup kak, terkadang ada diatas dan terkadang juga ada dibawah. Ya udah yuk kak kita masuk,” ucap Lola mengajak Dinda masuk ke rumahnya dan menyusul Evan di kamarnya.
Di Kamarnya
Sesampainya di kamar Evan, Dinda melihat Evan sedang tidur pulas dengan miring ke kiri. Dinda kemudian menaruh puding di meja. Setelah itu, ia duduk di kursi yang terdapat di dekat tempat tidur Evan.
“Loh.. udah ada banyak makanan aja di meja ini,” ucap Dinda saat menaruh sebuah cup berisi puding.
“Buah buahan, madu, dan roti itu dari Zen kak. Tadi dia jenguk kak Evan terus bawain itu semua deh,” ucap Lola.
“Baik juga ya Zen,” ucap Dinda.
“Ya gitu deh kak. Soalnya cuma Zen satu-satunya temenku yang kenal baik sama kak Evan. Terus orang tuanya juga kenal sama kak Evan karena dulu kak Evan sering beli buah dan madu sama bapaknya,” ucap Lola.
“Cieee… Dua keluarga udah saling kenal nih.. Jangan-jangan Zen jodoh kamu La,” ucap Dinda.
“Gak Lah kak. Aku gak suka sama Zen soalnya orangnya nyebelin. Lagian aku juga udah punya pacar,” ucap Lola.
“Masa sih Zen nyebelin? Kelihatannya dia orang yang baik kok,” ucap Dinda.
“Kakak gak kenal sih Zen aslinya kayak gimana. Nyebelin, ngeselin, dan selalu bikin aku marah!” ucap Lola sedikit emosi ketika membicarakan tentang Zen.
Rupanya percakapan antara Lola dan Dinda membuat Evan terbangun. Evan bangun dari tidurnya dan melihat sudah ada Dinda disampingnya. Bekas cap bibir dari Sela masih menempel di pipi Evan hingga membuat Dinda curiga. Hal ini membuat Lola kembali berbohong agar Dinda tidak curiga.
“Eh.. Ada kamu beb. Udah dari kapan kamu disini?” tanya Evan.
“Beb, ini apa?” tanya Dinda sambil memegang bekas cap bibir Sela di pipi Evan.
“Ha? Emang apa?” tanya Evan tak sadar bahwa ia lupa menghapus cap bibir Sela tadi.
“Kamu nyeleweng dari aku?” tanya Dinda.
“Jangan nuduh aku sembarangan dong beb,” ucap Evan.
“Kamu gak usah bohongin aku. Jelas-jelas ini ada buktinya,” ucap Dinda.
“Bukti apa sih beb?” tanya Evan tetap tidak mau mengaku.
“Udah jelas ada cap bibir wanita di pipi kamu. Pasti tadi ada cewek kesini yang nyium kamu,” ucap Dinda.
Lola menengahi permasalahan itu, “Kak Dinda jangan salah paham. Sebenarnya tadi aku yang nyium kak Evan,”
“Cap bibir di pipi Evan ini dari lipstik merah, sedangkan kamu gak pakai lipstik Lola! Udah deh kamu gak usah berbohong cuma buat melindungi kakak kamu. Sebagai sesama perempuan, kamu gak boleh mendukung perselingkuhan. Aku gak akan pernah bisa terima kalau diselingkuhi,” ucap Dinda berbicara serius.
“Sumpah kak aku gak bohong. Tadi aku nyobain lipstik yang dikasih pacarku terus aku iseng nyium kak Evan. Kalau kakak gak percaya aku bakal tunjukin lipstik yang tadi aku pakai,” ucap Lola.
Karena masih belum pulih sepenuhnya, Evan tak bisa berdiri mengimbangi Dinda. Evan menarik tangan Dinda dan memintanya tetap tenang, “Beb, dengerin aku. Kita kan pacaran udah lama masa kamu masih curiga-curigaan sama aku cuma karena masalah sepele kayak gini.”
“Kamu inget kan apa yang waktu itu aku bilang sama kamu? Kunci dalam hubungan adalah kepercayaan,” ucap Evan.
“Selama ini aku selalu percaya sama kamu tapi kali ini aku susah percaya sama kamu. Aku lihat ada cap bibir perempuan di pipi kamu, sedangkan dari semalam bahkan tadi pagi aku sama sekali gak nyium. Jadi wajar dong aku curiga kalau kamu berselingkuh di belakang aku!” ucap Dinda.
“Tadi kan Lola udah jelasin sama kamu kalau ini bekas ciuman dari Lola. Masa kamu gak percaya sih sama aku?” tanya Evan.
Lola mengatakan, “Aku berani jamin kak Evan gak punya pacar lain selain kakak. Cuma kakak satu-satunya pacar kak Evan. Aku minta maaf kalau gara-gara aku nyobain lipstik dan nyium kak Evan bikin kak Dinda salah paham. Soalnya kak Evan kan kakak kandung aku, jadi aku ngerasa gak ada salahnya kalau aku nyium kakak aku sendiri.”
“Emang gak ada salahnya seorang adik nyium kakaknya tapi masalahnya kamu nyium kakak kamu pakai lipstik merah. Orang yang gak tahu termasuk aku pasti bakal curiga kalau ada bekas ciuman di pipi pacarnya,” ucap Dinda.
“Jadi, kamu percaya sama aku beb?” tanya Evan.
“Awalnya aku curiga tapi setelah Lola kasih penjelasan, aku percaya. Aku tahu kamu orangnya setia dan harusnya aku sadar kalau kamu gak mungkin selingkuh,” ucap Dinda.
“Makasih ya kamu udah percaya sama aku,” ucap Evan.
“Maaf ya kak gara-gara aku kak Dinda sama kak Evan jadi berantem,” ucap Lola.
“Gak apa-apa kok La. Aku juga minta maaf ya kalau tadi aku agak emosi dikit sama kamu,” ucap Dinda.
“Iya kak, yang penting hubungan kak Dinda sama kak Evan tetap baik-baik aja. Semoga hubungan kak Dinda sama kak Evan langgeng ya,” ucap Lola.
“Aamiin.. Makasih ya La doanya,” ucap Dinda.
“Makasih ya La selama ini kamu udah jadi adik yang baik dan sering bantuin kakak. Jangan bosen-bosen bantuin kakak ya,” ucap Evan pada Lola.
Lola berkata, “Selama ada duitnya, aku pasti bakal bantuin kakak hehehe.”
“Emang setiap kamu bantuin Evan, kamu minta upah La?” tanya Dinda yang tidak tahu apa sebenarnya Lola dan Evan maksud.
“Oh iya pasti dong kak. Setiap kali kak Evan minta tolong, aku harus mengerahkan segenap jiwa dan ragaku sampai bikin kepalaku pusing. Karena tugasnya berat jadi aku minta bayaran deh kan lumayan buat tambah-tambah uang jajanku,” ucap Lola.
“Emang Evan minta bantuan apa sama kamu kok kedengarannya berat banget?” tanya Dinda.
“Udah-udah gak usah dibahas lagi. La, tolong kamu ambilkan minum buat kak Dinda. Kasihan kan dari tadi dia belum minum,” ucap Evan untuk mengalihkan topik pembicaraan.
“Kamu gak usah repot-repot nyuruh Lola ambilin minum buat aku beb. Aku bisa ambil sendiri kok,” ucap Dinda.
Evan tetap meminta Lola mengambilkan minuman untuk Dinda, “Gak apa-apa beb. Lola, buruan ambilin minuman buat kak Dinda.”
“Iya-iya aku ambilin,” ucap Lola kemudian ia bergegas pergi ke dapur.
*****
Pagi ditemani oleh Mayang, siang ditemani oleh Sela, dan sore juga sudah ditemani oleh Dinda, hingga membuat hari Evan lengkap. Tadinya Dinda ingin menginap lagi dirumah Evan namun karena mendapat panggilan mendadak dari rumah sakit untuk menangani pasien, Dinda tidak jadi menginap di rumah Evan.
Malam ini Lola merasa benar-benar lega karena tidak lagi memikirkan pacar-pacar Evan lagi seperti kemarin dan tadi. Malam ini Lola merasa bisa tidur dengan nyenyak karena tidak ada yang mengganggu dirinya. Meski begitu, selama sang kakak belum menentukan pilihan, Lola tak bisa hidup tenang.
Hal ini karena Lola masih harus menjaga hubungan Evan dengan pacar-pacarnya sampai Evan menentukan mana yang paling tepat untuk dirinya. Apa yang Lola jalani saat ini bukan atas kemauannya sendiri, melainkan atas perintah dari Evan. Tak ada pilihan lain selain menjalaninya.
Karena jika Lola menolak apa yang Evan inginkan, itu akan merugikan dirinya sendiri. Disisi lain, Lola selalu diselimuti rasa bersalah karena sama saja ia mendukung perselingkuhan. Apalagi ketiga pacar Evan juga sangat baik pada Lola, sehingga rasanya keterlaluan jika Lola membiarkan perselingkuhan kakaknya terus terjadi.
“Kamu kenapa La?” tanya Evan pada Lola yang sedang melamun di sofa.
“Gak apa-apa kak,” jawabnya.
“Tadi kan kakak udah transfer uang buat kamu. Apa uangnya kurang?” tanya Evan.
“Enggak kok kak. Uang yang kakak transfer udah lebih dari cukup,” ucap Lola.
“Terus kenapa kamu cemberut aja dari tadi?” tanya Evan.
“Gak tahu kenapa aku ngerasa bersalah karena udah bohongin kak Dinda, kak Sela, sama kak Mayang. Padahal mereka udah baik banget sama aku masa aku tega sih bohongin mereka,” ucap Lola.
“Bohong demi kebaikan itu gak apa-apa,” ucap Evan.
“Yang namanya berbohong tetap berbohong kak, yang namanya selingkuh juga tetap selingkuh. Gak ada kebaikan diantara kedua tindakan tersebut. Kalaupun ada kebaikan pastilah kebaikan itu cuma buat kakak sendiri. Jujur hatiku selalu gak tenang kalau terus membohongi pacar-pacar kakak demi memenuhi keegoisan kakak,” ucap Lola.
“La, kamu jangan langsung mengambil kesimpulan seperti itu dong. Sekarang kakak tanya kamu sayang gak sama kakak?” tanya Evan.
“Ya sayanglah kak. Apalagi cuma kakak satu-satunya keluarga yang aku punya,” ucap Lola.
“Kalau kamu sayang sama kakak, berarti kamu harus dukung kakak untuk memilih pasangan yang terbaik. Kamu gak mau kan kakak salah pilih pasangan dan kamu juga gak mau kan punya kakak ipar yang jahat? Semua yang kakak lakukan ini bukan cuma untuk kebaikan kakak sendiri tetapi juga buat kebaikan kamu,” ucap Evan.
Evan memanggil Lola untuk lebih dekat dengannya, “Coba kamu kesini.”
Sekarang Lola sudah berada di dekat Evan, lalu ia berkata “Kak, aku takut suatu saat nanti rahasia kita akan terbongkar. Jika itu terjadi, bukan cuma kakak yang kena tapi juga aku. Kak Dinda, kak Sela, dan kak Mayang pasti akan marah besar sama aku karena aku gak jujur sama mereka dan malah dukung perselingkuhan kakak.”
“Jangan takut, kekhawatiran kamu itu gak akan terjadi. Kamu tenang aja, kakak akan pasang badan buat kamu dan kakak jamin mereka gak akan macam-macam sama kamu. Jadi kamu santai aja dan tetaplah bersikap seperti biasa,” ucap Evan.