Fiona hanya bisa menghela napas ketika melihat media yang begitu heboh dengan pernikahan Damian yang digelar itu. Alasan pria itu tidak mau tanggungjawab dan juga menggugurkan kandungannya hanya karena ingin menikahi perempuan lain.
Dia duduk di sofa sambil menyaksikan acara televisi sambil mengelus perutnya. Secepat itu Damian bisa mendapatkan istri dan juga mengabaikan dirinya dengan buah hatinya.
Melihat Nella tiba-tiba datang dan mematikan televisi itu, Fiona menoleh. “Untuk apa kamu lihat acara begitun?”
“Nggak ada, cuman tadi kebetulan aja,”
“Inget kamu bukan Fiona yang lemah. Dia sudah mengabaikan kamu, inget juga kalau kamu sudah dibikin malu oleh dia. Kamu besarin anak kamu sendiri, kalau kamu sudah jadi orang yang mandiri dan bisa jaga anak kamu, jangan pernah kamu nampakkan diri kamu lagi sama dia!”
Siapa juga yang akan kembali pada pria b******k yang tidak bertanggungjawab itu? Fiona tidak akan pernah kembali lagi pada Damian apa pun yang terjadi.
Ucapan Nella barusan itu cukup memojokkan karena menangkap basah Fiona yang menonton acara pernikahan Damian dengan perempuan lain. Di sana terlihat mempelai pria sangat bahagia, ditambah lagi dengan orang tua yang terlihat begitu bahagia melihat anaknya bersanding di sana.
“Mas Panji nyuruh aku sering-sering ajakin kamu ke dokter. Katanya ada istri temennya yang kandungannya lemah, dia sih nggak pernah minum obat ya. Cuman ya lemah gitu, karena jarang aktivitas, jarang minum vitamin, dia juga jarang makan, akhirnya Mas Panji nyuruh aku untuk kontrol terus gimana kandungan kamu,”
Fiona senang mendapatkan perhatian dari orang lain. “Kalian berdua itu perhatian sekali sama aku,”
“Fio, Mas Panji memang nggak suka lihat perempuan disakitin seperti itu. Ya aku akui sih kalau dia juga sempat tergoda perempuan lain dulu sih, tapi ya sekarang dia fokus kerja buat besarin anak dan ngasih uang istri dan anaknya. Walaupun kita perempuan, minimal punya karir sekarang Fio. Kamu juga harus punya, semalam waktu kamu tidur Mas Panji juga telepon aku kalau katanya dia bakalan bantuin kamu cari kerja nanti,”
“Kakak nggak kenapa-kenapa gitu nampung aku di sini?”
“Nggak, kenapa harus mikir jelek? Toh kakak kamu pernah baik sama aku dulu. Ya walaupun keluarga kamu nggak nerima, tapi aku terima dengan baik. suami aku juga nggak pernah mikir yang buruk-buruk. Aku ceritain dia kejadian yang sebenarnya. Kalau misalnya Damian itu pria bertanggungjawab, nggak mungkin kan dia pamerin kebahagiaannya dia di media seperti sekarang? Apalagi disaat kamu seperti ini. Katanya kamu dicariin, tapi untuk apa? Mau pamer bahagia?”
“Entahlah. Aku juga nggak ngerti apa maksud dia mau nyariin segala, tapi kakak jangan bilang ya kalau aku di sini sama keluarga aku. Mereka udah benar-benar nggak mau nerima aku,”
Nella dan keluarganya tidak pernah melihat siapa yang mereka terima baik di rumah ini. Yang penting niat mereka adalah membantu. Dia berserta suaminya juga sudah mengatakan jika Fiona berhak mendapatkan bantuan. Adalah laki-laki b******k yang tega menelantarkan perempuan yang sedang hamil dan sedang menangis karena apa yang dia perbuat. Itu yang ditanamkan dalam keluarga Nella. Mertuanya pun sudah tahu tentang Nella yang membawa seorang perempuan ke dalam rumah itu.
Mereka tak mengatakan apa pun selain membantu juga karena melihat Fiona yang seolah tidak punya keluarga setelah dibuang sendiri oleh keluarganya ketika dia memaksa untuk mempertahankan janinnya yang dianggap aib oleh keluarganya.
Asisten di rumah Nella datang membawakan buah-buahan. “Nih pesan Mama tadi suruh kamu banyak-banyak makan buah ya. Biar janinnya sehat, ibunya juga sehat. Jangan pikirin banyak masalah, Fio. Kamu itu sedang hamil, kandungan kamu juga lemah. Nggak baik juga buat kamu, mau apa pun masalahnya kamu cerita. Mungkin besok Mama mau berkunjung ke sini lihat kamu. Jangan khawatir, Mama itu baik kok, dulu aku juga hamil full banget dijaga sama Mama kalau suami lagi kerja di luar,”
Dia salut dengan kehidupan Nella, punya suami dan mertua yang baik juga. “Mbak enak ya hidupnya,”
“Nggak semua yang terlihat sempurna itu baik, Fio. Kadang ada yang cacat tapi disembunyikan, aku juga bahagia kalau sama-sama saling mengerti. Rumah tangga itu rumit, jangan dilihat enaknya aja. Misal sekarang kamu dapat cowok yang super romantis, belum tentu kalau nikah dia romantisnya sama kamu doang. Nah kalau Mas Panji beda, dia cuek tapi ya dulu namanya juga kan lagi hamil, pastilah dia tergoda sama perempuan lain. Tapi masalahnya bisa diselesaikan baik-baik. Kalau ada pria yang nerima kamu suatu saat nanti, tanyakan dulu apa mereka bisa terima anak kamu atau enggak, itu pesan aku,”
“Aku nggak percaya sama laki-laki lagi, Mbak,”
“Perempuan terluka dan tidak percaya sama laki-laki lainnya itu karena pernah dikhianati dan mengakibatkan dia trauma kenal orang. Tapi percayalah, ada yang bakalan nutupin kekurangan orang lain, Fio. Aku percaya akan ada hari di mana kamu dan anak-anak kamu bahagia,”
“Mertua kakak tahu apa tentang aku kalau boleh tahu?”
“Aku udah ceritain semuanya kok, Fio. Makanya besok Mama mau ke sini,”
Fiona tidak bisa menolak kunjungan dari mertuanya Nella. Maka siap tidak siap dia harus bersedia untuk bertemu dengan orang yang akan datang berkunjung besok. Tidak etis ketika Fiona tidak menemuinya bukan?
Lagipula dia adalah korban, bukan dari dasar suka sama suka ketika melakukan itu bukan? Hanya saja ada kesalahan yang terjadi di pagi hari ketika Fiona bangun dan melakukannya lagi dengan Damian walaupun tanpa paksaan. Dia menganggap bahwa Damian bisa bertanggungjawab dengan apa yang dia lakukan. Namun malah pergi begitu saja dan memaksakan jika dia harus menggugurkan kandungannya.
Dia menghela napas panjang ketika melihat makanan yang ada di atas meja. “Ini kakak kenapa kok boros?”
“Fio, demi anak kamu. Ingat ya kamu itu udah masuk di sini. Jadi kalau kamu udah masuk di dalam keluarga aku, ngagk ada penolakan,” mungkin perempuan kurang ajar akan menghalalkan segala cara untuk merebut suami Nella jika diperlakukan baik seperti ini. Tapi bagi Fiona, dia menganggap pria itu sebagai kakaknya dan sudah berjanji tidak akan menikah suatu saat nanti. Dia akan fokus membesarkan anak-anaknya sendirian. Walaupun itu tanpa adanya sosok ayah disampingnya.
Fiona mengangkat piring yang ada di depannya itu. “Ingat ada s**u juga, ada vitamin. Abis minum s**u kamu minum vitamin itu. Terus setelahnya kamu istirahat!”
“Kak kok gini banget sih? Aku jadi malu tahu nggak,”
“Kenapa malu? Ini rumah kamu sendiri kok. Inget kamu itu bukan orang lain,” ucapnya.
Siapa pun jika merasa sudah lama di sini pasti akan merasa malu tinggal numpang di rumah orang lain yang berstatus sudah punya suami, apalagi hidup bersama dengan orang lain itu sungguh mengecewakan. “Kak, sampai usia mereka dua bulan nanti ya aku di sini,”
“Fio, kamu mau tinggal di sini sampai mereka sekolah pun aku persilakan,”
“Aku mau balik kerja nanti. Aku biarin mereka hidup di rumah dengan pengasuh. Bagaimanapun juga aku tetap butuh biaya buat hidupi mereka kak,” kata Fiona dengan tegas.
Dia bukannya tidak bisa berterima kasih. Tapi dia tidak mau memberatkan orang lain dan malah hidup dengan enak di rumah orang tanpa ada usaha apa pun.