Sora menarik napas dalam-dalam, alih-alih ingin membuka matanya justru ia kian merapatkan diri. Hangat, nyaman dan bergerak. ‘Wait, bergerak?!’ Kelopak matanya perlahan terbuka, menemukan wajahnya begitu dekat dengan tubuh Ersya. Lebih tepatnya di dadanya yang bergerak teratur seiring ia bernapas. Sora menggigit bibir bawahnya. Bergerak pelan, menemukan tangan Ersya berada di atas kepalanya, tangan lain terjatuh di pinggangnya. “Gulingnya, kok bisa hilang sih?!” Sora yakin sudah meletakan pembatas di antara mereka, bonus dengan ancaman mencekiknya jika berani menyingkirkan. Sora hendak bergerak, menjauh tetapi tangan Ersya justru kian mengerat. Di tambah kakinya tidak bisa bergerak, tertindih kaki Ersya. Posisi yang sangat menempel. Sora ingin mendorong, mencubit atau apa pun unt