Semua ucapan Angel kini mengiringi langkah wanita itu dalam perjalanan pulang, dari mana dirinya harus memulai hubungannya dengan Gavin? Pria itu terasa sangat asing, tak tersentuh dan memiliki dunianya sendiri, dunia di mana dia dilarang untuk masuk. Pria yang kini menjadi suaminya itu masih menjadi sosok asing yang misterius sekali pun mereka kini tinggal di atap yang sama.
“Kak,” panggilan itu menyentak Kyra dari pikirannya tentang Gavin, ia membalikkan badannya dan melihat Bintang yang kini menatapnya dengan kening berkerut.
“Bintang, apa yang kau lakukan di sini?”
“Aku yang harusnya bertanya, apa yang kau pikirkan dengan berjalan sambil melamun di malam seperti ini?”
“Ooh, aku habis bertemu dengan adik ipar, kau baru pulang kuliah?” Kini keduanya berjalan beriringan menuju halte terdekat.
“Tidak, aku baru saja pulang bekerja, kenapa wajahmu terlihat lesu? Ada masalah?” tanya Bintang dengan raut khawatir, membuat Kyra tersenyum tipis dan memukul lengan adiknya itu.
“Ck, aku lelah karena bekerja, memang apa? Berhenti menunjukkan wajah seperti itu, memang wajahku selalu seperti ini kan?” Bintang yang mendengar jawaban Kyra hanya bisa menghembuskan napasnya panjang, lalu merangkul Kyra dan mengajak wanita itu sedikit berlari saat bis tujuannya datang.
“Yakk! Kenapa kau naik bus nomor ini? Kau mau ke mana? Jangan pulang terlalu larut Bintang, Bunda dan Ayah akan khawatir,” Kyra memukul lengan Bintang sekali lagi, namun pria itu hanya tersenyum dan mengajak Kyra untuk duduk di kursi paling belakang.
“Aku akan mengantarmu, kau tenang saja, Bunda dan Ayah tidak akan khawatir jika tau aku mengantar putri tercintanya ini,” Bintang tersenyum dan merangkul Kyra agar bersandar di dadanya.
“Yakk! Untuk apa kau mengantarku? Aku bisa pulang sendiri,” Kyra mencubit perut Bintang membuat pria itu langsung melepaskan rangkulannya dan menatap kesal ke arah Kyra yang kini tertawa melihatnya kesakitan.
“Aku merindukanmu, Bunda dan Ayah juga, kenapa kau tidak pernah main ke rumah?”
“Ya Tuhan, aku bahkan menikah belum ada seminggu, dan kau memintaku ke rumah? Weekend aku akan ke sana,”
“Baiklah, aku akan menunggu weekend tiba dan memakan masakanmu, aku rindu masakanmu.” Bintang kembali merangkul bahu Kyra dan membawa wanita itu untuk bersandar di dadanya. “Tidurlah, kau pasti lelah, aku akan membangunkanmu jika sudah sampai,” ujar Bintang dengan suara lembutnya, membuat Kyra yang mendengar itu tersenyum bahagia, lalu mencari kenyamanan di d**a bidang Bintang dan memejamkan matanya, menyiapkan hatinya untuk kembali bertemu Gavin nanti.
Dalam gelap malam yang diterangi oleh lampu-lampu jalan itu Bintang menatap lembut wajah Kyra dengan sejuta perasaan, rasanya baru beberapa hari Kyra keluar dari rumah ia sudah begitu merindukan kakaknya itu, rasanya rumah terasa berbeda dan asing sejak Kyra pergi, dan Bintang semakin tidak betah di rumah karena Davina yang semakin menjadi.
“Kak,” panggil Bintang menggenggam tangan Kyra dan menatap dalam kakaknya itu, “kau bisa membagi bebanmu padaku, kupikir tidak mudah menjalani pernikahan dengan orang asing, kau pasti mengalami fase-fase terberat, aku akan selalu ada untukmu Kak , kau harus selalu mengingat itu.” Bintang tersenyum menenangkan membuat Kyra benar-benar berterima kasih pada Tuhan karena telah mengirimkan Bintang dalam hidupnya.
“Ck, berhenti menatapku seperti itu, aku baik-baik saja, itu yang harus kau percaya.” Kyra balas menggenggam tangan Bintang, tersenyum meyakinkan pada adiknya itu.
“Baiklah, aku akan mempercayaimu,”
“Hemm, pulanglah sekarang, hati-hati di jalan, titip salamku untuk Bunda dan Ayah,”
“Baiklah, aku pulang. Jaga dirimu baik-baik.”
Kyra menatap Bintang yang masih melambaikan tangannya dan berjalan mundur untuk mengucapkan salam perpisahan, adiknya itu tadi menepati ucapannya untuk mengantarnya sampai rumah.
Sekali lagi Kyra menghembuskan napasnya panjang saat akan memasuki rumah. entah mengapa perasaannya campur aduk untuk bertemu Gavin, tatapan benci pria itu yang begitu besar juga cerita menyedihkan Angel tentang Gavin, mendengar cerita dari Angel, Kyra merasa memiliki celah untuk masuk ke dunia pria itu, ia hanya perlu usaha lebih keras untuk membuat Gavin mau kembali seperti dulu dan mau membuka dirinya.
Keadaan rumah yang gelap gulita membuat Kyra meringis, berpikir jika Gavin mungkin belum pulang, lalu dirinya bergegas menuju kamar, mengganti pakaiannya dan membuatkan makan malam untuknya juga Gavin, sebagai langkah awal untuk membuat pria itu lebih dekat dengannya, namun saat membuka pintu kamar ia justru mendapati Gavin yang tertidur di ranjang dengan posisi kaki menjuntai ke lantai, dan kaus kaki juga kemeja kerja yang masih melekat di tubuhnya, Kyra yang melihat itu mengernyit dan menghampiri Gavin, melihat bagaimana gurat kelelahan tercetak jelas di wajah tampan Gavin, bahkan pria itu belum melepaskan dasinya.
“Apa yang kau kerjakan hingga tiba di rumah langsung tidur bahkan enggan mengganti pakaian seolah kau sangat lelah dan tidak memiliki tenaga untuk sekedar mengganti baju?” Kyra menggumam, melepaskan kaus kaki Gavin dan dasi pria itu, lalu ia menarik Gavin untuk menyempurnakan posisi tidur pria itu, Gavin menggeliat namun tidak membuka matanya, pria itu hanya mengerang dan meringkuk, membuat Kyra yang melihat itu menghembuskan napasnya dan memilih menyelimuti Gavin.
Ponsel Gavin yang berdering membuat Kyra urung ke kamar mandi, ia menatap Gavin lalu ponsel pria itu, merasa ragu apakah harus mengangkatnya atau tidak, saat dering ponsel itu berhenti Kyra bernapas lega dan meneruskan niatnya untuk membersihkan diri, namun begitu mencapai pintu kamar mandi ponsel Gavin kembali berdering membuat wanita itu memilih untuk mengangkatnya, merasa jika itu adalah telepon penting.
Nama “Chiko” yang Kyra liat di ponsel Gavin, saat ia telah mengangkatnya, detik berikutnya panggilan itu diputus dan sebuah pesan masuk ke ponsel Gavin.
-Gavin, maaf menyampaikan ini mendadak, besok kita harus rapat jam enam pagi dengan CEO dari Golden Corp, dia hanya memiliki waktu kurang dari satu jam untuk kita karena dia memiliki penerbangan ke New York jam tujuh pagi.-
Pesan itu membuat Kyra meringis, lalu ia kembali menatap wajah Gavin yang terlihat lelah dan besok pria itu harus berangkat pagi sekali untuk meeting yang sepertinya sangat penting.
-Maaf Tuan, Gavin sudah tidur, saya istrinya, nanti akan saya sampaikan pesan anda.-
-Ah, maaf mengganggu anda, jika begitu tolong sampaikan pada Gavin jika dia sudah harus tiba pukul enam besok pagi.-
-Baik,Tuan, saya akan menyampaikannya.-
-Dan tolong jangan memanggilku Tuan, Gavin sangat dekat denganku layaknya saudara, kau bisa memanggilku, Chiko,-
-Baiklah, Chiko-
Kyra mengirim pesan itu dan kembali meletakkan ponsel Gavin, namun ia kembali menghentikan langkahnya, ingat dengan pesan pria bernama Chiko yang merupakan rekan kerja Gavin, mengingat dengan baik pesan pria itu yang mengatakan jika Gavin sangat dekat dengannya layaknya saudara, hal itu membuat senyum di bibir Kyra terbit, Tuhan sepertinya memudahkan dirinya untuk mendekati Gavin, ia lalu mengambil ponsel Gavin, menghapus pesannya dengan Chiko lalu mengirim nomor Chiko ke ponselnya, dengan begini ia memiliki seseorang yang sangat dekat dengan Gavin dan bisa dimintai informasi tentang Gavin.
“Langkah awal yang sempurna,” Kyra menggumam dengan senyum yang terukir di wajahnya, lalu melanjutkan niatnya yang harus tertunda karena telepon dan pesan dari Chiko tadi.
~***~
Kyra membangunkan Gavin pukul lima pagi saat langit masih gelap, dan tentu saja ia mendapat tatapan tajam pria itu.
“Seorang pria bernama Chiko menelponmu semalam dan mengatakan kau memiliki meeting jam enam pagi.” Ucapan Kyra membuat Gavin mengerang dan membuka matanya, menatap kesal pada Kyra dan mengacak rambutnya frustasi, membuang selimut dan beranjak dari ranjang, menuju kamar mandi dengan membanting pintunya kasar, Kyra yang melihat itu hanya bisa menghembuskan napasnya panjang lalu ikut beranjak, membereskan tempat tidur dan menyiapkan pakaian kerja pria itu, lalu membuat sarapan untuk Gavin.
Hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit untuk Kyra membuat nasi goreng, tepat setelah itu ia melihat Gavin keluar dari kamar dengan setelan kerja yang berbeda dengan yang telah disiapkannya, hal itu membuat Kyra mendesah kecewa, lalu pria itu menuju dapur untuk menenggak segelas air, Kyra yang melihatnya menunggu, apakah pria itu akan langsung pergi seperti kemarin tanpa menyentuh sarapannya atau duduk bersamanya dan menikmati sarapan mereka.
Saat melihat Gavin yang bahkan enggan untuk meliriknya Kyra mendecak kesal, lalu menarik tangan pria itu dan menyerahkan mug biru yang telah ia siapkan untuk bekal Gavin karena yakin jika Gavin masih enggan untuk makan bersamanya.
Gavin menatapnya tajam dan Kyra juga balas menatapnya tajam, pria itu sudah akan membanting mug di tangannya, namun dengan cepat Kyra menahan tangan Gavin dan menggelengkan kepalanya, berbicara lewat tatapan matanya, mengatakan jika Gavin harus membawa bekal itu, Gavin yang melihat tatapan berani Kyra tersenyum sinis, menghempaskan tangan Kyra dan membanting mug itu dengan kuat hingga isinya berhamburan di lantai, lalu pria itu pergi dengan membanting pintu kasar, Kyra langsung mengejar Gavin, sungguh ingin mengumpat pria itu karena selalu membuatnya emosi, namun ia teringat dengan semua ucapan Angel dan telah berjanji untuk melunak dengan semua sikap Gavin agar bisa membuat pria itu kembali, menjadi pria hangat yang penuh kasih sayang seperti ucapan Angel.
Kyra memilih membersihkan nasi goreng yang telah ia buat dan dihancurkan oleh Gavin, lalu memilih kembali ke kamar dan bersiap untuk ke kantor, namun pria itu teringat dengan Chiko, ingin segera bertemu dengan pria itu dan membahas Gavin, lalu ia mengambil ponselnya, memperkenalkan dirinya pada Chiko dan membuat janji temu dengan pria itu.