"Lo pantes dapat semua itu" ucap fay yang sedang berdiri di balkon kamarnya dirumah abid. Cowok itu sedang mengurungnya agar tidak muncul dihadapan karin. saat ini mereka sedang menatap penuh emosi di balkon kamar masing-masing.
Tadi saat fay dan adiknya akan pulang bersama abid kembali melepaskan tangan fatih yang dilingkarkan di bahu fay.
"Fay pulang sama gue" mendengar itu fatih kembali emosi. Setelah tadi keberadaan kakaknya tidak diinginkan oleh abid, sekarang cowok tidak tau diuntung itu malah ingin kakaknya ikut dengannya.
"Gue pulang sama fatih" ucap fay melepaskan tangannya dari abid
"Ga bisa... ayah kalian lagi ga dirumah" bertepatan dengan selesainya kalimat itu abid segera mendapat bogeman dari fatih. Parkiran yang masih disinggahi oleh gerimis itu kembali heboh karena pertengkaran siswanya yang lebih senang memakai otot ketimbang otak.
"Tih tih, fatih!... udah, kakak bisa bela diri kakak sendiri" ucap fay berusaha tenang. Bagaimana ia tidak cemas kalo adiknya adalah langganan skorsing? bisa menua di SMA adik tampannya ini nanti.
"Liar" ucap fatih setelah meludahi tas abid yang teronggok di lantai, namun ucapannya jelas ditunjukkan untuk sang kakak.
PLAKKK
Fay menampar pujaan hatinya untuk pertama kalinya, demi mencegah adiknya kembali di skors.
"Emang kenapa kalo ayah ga dirumah? Adik gue bukan manusia amoral yang sering lo denger di berita"
"Adek lo bakal menyesal-" "-kalo sampe adek gue nyesal mukul elo berarti disaat yang sama karin akan menangis karena gue cabik-cabik" ucap fay sambil menunjukkan sepuluh kukunya yang panjang. Ucapan fay membuktikan bahwa tidak ada kakak yang rela melihat adiknya disakiti.
"Lo pikir gue takut?"
PRANKKKK. fay menutup pintu yang menghubungkan kamarnya dengan balkon. Bukan hanya karena kesal pada abid tapi karena ia melihat mobil karin memasuki pekarangan rumah papa rama nya itu.
Fay tak lagi mendengar suara abid karena cowok itu pasti sudah berada di bawah bersama cewek dari sekolah lain yang dikenalnya setelah mengikuti sebuah debat beberapa bulan lalu. Fay tidak mengerti apa yang kurang dari dirinya, karin pintar? Well dia juga.
Anak gadis satu-satunya itu meneliti kamarnya dalan diam, sudah lima tahun ia menempati kamar ini. Dirumah ini fay sangat dimanja dan dirumahnya sendiri ia juga disayang. Sebaik apapun papa rama dan mama naya padanya fay lebih suka tinggal bersama orang tuanya, namuh ia tidak bisa menolak permintaan bunda.
"Ayah..." ucap fay saat sang ayah menjawab panggilannya
"sudah makan nak?"
Fay tersenyum lemah menyadari ayah sangat cemas padanya. Ia merasa sangat rindu pada ayah kalo sudah begini.
"Udah dong... tadi fatih beliin fay soto paling enak disekolah"
"Makan jangan ditahan-tahan, ya"
"Iya, yah... ayah kapan pulang?"
"Lusa ayah udah dirumah, kenapa? Adekmu bikin ulah lagi?"
"Ga.... fay cuma kangen ayah"
Kedua anak beserta ayah itu sama-sama terdiam. Sang anak jarang menyatakan kangen pada ayahnya sehingga saat ini ayah pasti sangat ingin pulang.
"Ta-tapi ayah pulangnya harus hati-hati" ucap fay yang cepat tanggap
"Iya sayang.... kamu mau dibelikan sesuatu?"
"Ga kok"
Terdengar bunyi deritan pintu dan saat fay menoleh terlihat shakka yang sudah berada di dalam kamarnya , mendekat padanya sambil menggoyang-goyang kunci kamar di telunjuk kirinya.
"Udah ya yah,,, nanti fay telfon lagi. Ini ada abang shakka kayanya mau minta tolong"
"....."
"Abang nolongin kamu kali fay" kekeh si abang
"Nolongin gimana?" Tanya fay yang mulai lola
Shakka merebut sisir dari fay dan menggantikan pekerjaan tangan adiknya itu. "Lupain.. sana.. kamu mondar mandir aja depan mereka"
Fay menatap bayangan shakka di cermin meja riasnya dan menggeleng lemah. Dari pada membahas abid lebih jauh ia lebih suka bicara 'gimana kalo aku jatuh cinta sama abang?'
"Kenapa? Karna disisirin begini?" Kekeh shakka
"Ga lucu tuh bang"
"Oke oke, baguslah kalo kamu jatuh cinta sama abang, papa pasti suka. Sekarang dandan yang cantik, kita kencan"
"Abang masih niat nyuruh aku muncul didepan mereka? Supaya aku diamuk abid?"
"Kenapa jadi bahas mereka? Abang lagi bahas perkembangan hubungan kita loh iniii"
"Oke.. tunggu karin pergi dulu"
Abid mengajak karin ke taman samping rumah mereka. Tempat itu adalah tempat favoritnya dan sangat cocok untuk ditempati bersama cewek favoritnya. Ia meninggalkan karin sendiri disana sementara ia mengambil camilan serta minum. Cewek manis itu tampak sangat bahagia, sepertinya perasaan abid sudah mendapat balasan. Ia berkeliling sebentar untuk melihat-lihat.
Sementara itu abid tidak langsung pada tujuannya, ia menaiki tangga melingkar rumahnya menuju kamar fay untuk memastikan cewek itu tidak akan mengacaukan harinya.
Abid kaget saat ia memutar handle pintu dan menemukan pintu itu tidak dikunci. Saat ia membuka lebar pintu itu
"Bibir kamu kayanya kenyal banget ya" itu suara abangnya, abang satu-satunya abid yang sedang memakaikan gincu ke bibir fay. Abid tidak habis pikir melihat kelakuan abangnya kali ini. Kenapa otak jenius abangnya membiarkan dirinya melakukan hal yang tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang shakka???
"Hati-hati loh bang.., ini bibir masih perawan" celetuk fay
"Kebetulan abang juga nyari yang masih suci"
"Berani mulut abang mampir kesana aku pastikan ayah akan datang malam ini dan nikahin kita" ucap fay kesal.
Tak hanya fay yang kesal, abidpun geram mendengar abangnya menggoda gadis yang selalu membuat hidupnya was-was itu. Dan keduanya bahkan tidak menoleh sedikitpun padanya, apa kali ini abid segitu transparannya???
"Abang pengen tuh nikah muda , nanti kita bisa punya anak kalo kamu udah lulus" ucap shakka mendekat
"CUKUP BANG!!!!" teriak abid